Read More >>"> Perhaps It Never Will (Chapter 17) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perhaps It Never Will
MENU
About Us  

            Diantara domba-dombanya yang lain, Pablo yang paling kuat. Namun, entah mengapa kali ini hanya Pablo sendirian yang sakit. Matt tidak tega meninggalkan domba kesayangannya itu meskipun salah satu pekerjanya, Damian, menyuruhnya untuk pulang dan menawarkan diri untuk menjaga Pablo sampai besok pagi.

            “Tidak perlu, aku akan di sini sampai dia sembuh,” tolak Matt menatap sedih ke arah dombanya yang terlihat lesu di ujung kandang.

            “Kau harus pulang, Matt. Aku melihat anak kecil dan seorang wanita masuk ke rumahmu sebelum aku datang kesini,” jelas Damian yang sontak membuat Matt berdiri dari duduknya dan menatap Damian dengan lekat.

            “Apa maksudmu?” tanya Matt menuntut penjelasan.

            “Ada seorang anak lelaki dan seorang wanita yang masuk ke rumahmu. Kupikir itu kerabatmu. Kau harus pulang dan temui mereka.”

            Matt tahu betul siapa anak lelaki itu. Ia hanya pernah memberikan satu kunci rumah kepada orang lain. Tetapi ia tidak tahu siapa wanita yang dimaksud Damian. Ia bergegas berjalan meninggalkan kandang domba menuju rumahnya. Biasanya ia akan menggunakan senter untuk menerangi jalan, tapi kali ini ia sama sekali tidak membutuhkan itu.

            Lampu ruang tamunya terlihat menyala. Tanpa mengetuk pintu, Matt masuk ke dalam rumahnya dan langsung disambut oleh tatapan ketakutan Jeremy yang sedang meringkuk di atas sofa.

            “Jeremy, kau tidak seharusnya berada di sini. Apakah Jane, Madison, atau Hayley tahu kau berada di sini tengah malam seperti ini? Meskipun aku bukan orang asing, tapi kau tidak seharusnya berada di sini sekarang.” Matt terlihat frustasi. Ia menyesal telah memberikan kunci rumahnya.

            “Kau memang bukan orang asing, Matthew James Morrison.” Itu bukan suara Jeremy. Suara itu terdengar dari belakang tubuhnya.

            Tubuh Matt membeku. Tanpa berbalik pun ia sudah tahu siapa pemilik suara itu. Hayley.

            Selama bertahun-tahun tidak ada yang pernah menyebut nama lengkapnya. Ia pun lebih suka dikenal dengan hanya nama Matt atau Matthew. Bukan Tuan Morrison atau semacamnya. Dan dengan Hayley yang sudah mengetahui nama panjangnya, itu berarti satu hal; Hayley mengetahui sesuatu yang disembunyikannya.

            “Berbulan-bulan kau berbohong di hadapan wajahku. Berlagak seolah-olah kau tidak tahu apa-apa. Kau tahu penyebab aku menangis waktu itu. Kau tahu aku sedang mencari seseorang yang kutemui di bandara. Kau dan Jane... Ya Tuhan. Kalian tahu siapa Will. Selama ini kalian tahu siapa Will dan tidak pernah memberitahuku apapun.” Hayley menggeleng sambil tertawa tanpa humor.

            “Hayley, duduklah—“

            “Kau membiarkanku bertanya-tanya seperti orang bodoh tak tahu arah tentang siapa Will sebenarnya tanpa tahu jika selama ini kakeknya ada di hadapanku. Gigi, kau Gigi. Aktingmu, Jane, dan Will sangat hebat, kalian pantas menerima Oscar.” Urat-uratnya mulai muncul di leher, pertanda jika ia menahan amarah.

             “Kupikir kalian keluargaku... Kupikir aku sudah menemukan apa yang kucari. Kupikir—“ Ucapan Hayley terpotong dengan kedatangan Jane dan Madison yang masuk ke rumah Matt secara tiba-tiba. Mereka langsung tahu apa yang terjadi di detik Hayley menatap Jane dengan pandangan jijik.

            “Hayley, kau membuat Jeremy takut,” ucap Jane yang langsung berlari memeluk Jeremy di atas sofa. Jeremy menutup kedua telinganya sambil terisak. Madison dengan cepat langsung menggendong putranya keluar dari rumah Matthew.

            Hayley berjalan mendekat ke arah Matthew dan Jane dengan tatapan tajam. “Kalian semua pendusta kelas atas. Tidak ada bedanya dengan Logan di New York. Aku menyesal menginjakkan kaki di sini. Aku menyesal bertemu kalian.”

             Patah hati kedua memang tidak ada bedanya dengan patah hati pertama, begitupun seterusnya. Rasa sakitnya tidak akan pernah berkurang. Hayley menyentuh dadanya tanpa sadar, sakit sekali ketika lagi-lagi orang-orang yang ia percaya malah menyakitinya dengan hebat.

            Hayley tak tahu mengapa mereka semua melakukan itu. Apakah ini semua salahnya? Salahnya karena hadir secara tiba-tiba di kehidupan mereka yang berantakan?

            Hayley sudah hendak berlari ke luar rumah ketika Matthew berkata, “Will menghamili Lily.”

            Seketika dunia terasa hening. Tidak ada kehidupan. Tidak ada tiupan angin. Tidak ada hawa dingin. Semuanya seperti lenyap dimakan kegelapan. Yang terdengar hanya suara detak jantung Hayley yang berpesta. Hayley berbalik menghadap Matthew, tatapannya kosong. Air mata sudah jatuh menguasai pipinya.

            “Lily-Rose Hughes?” tanya Hayley lirih. Matanya menatap nanar ke arah tembok di belakang Matt.

             “Ya, adik Ronald Hughes atau yang biasa kau kenal dengan Ronnie,” jawab Jane karena Matthew tidak bergeming. Jane tidak berani menatap Hayley. Rasa bersalahnya sedang menguasai.

            Hening. Lidah Hayley terlalu kelu untuk membentuk sebuah kata. Ia seharusnya mengatakan sesuatu. Ia seharusnya marah pada semua orang di sini yang telah tega membohonginya, membuatnya seperti orang bodoh, dan tidak menghargai kehadirannya. Namun, tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali menangis.

            Jane tampak ingin memeluknya, tapi wanita paruh baya itu tahu diri.

            Bayi yang dikandung di perut Lily, yang tadi pagi baru saja dilihatnya, ternyata adalah darah daging Will. Anak Will dan Lily. Will dan Lily. Tidak pernah terlintas di pikiran Hayley tentang hal itu. Ia terlalu hanyut dalam fantasi indahnya bersama Will sampai lupa jika ada lubang-lubang yang siap menjebloskannya kapan saja.

            “Aku mengusirnya karena hal itu,” mulai Matthew. “Dia mengingatkanku pada Ayahnya, yang menghamili putriku dan kabur begitu saja. Will tetap pergi ke London setelah mengetahui kehamilan Lily. Ia berkata bahwa dirinya dijebak oleh Lily dan aku tidak memercayai omong kosong itu. Aku tidak tahu apa yang membuatnya kembali ke sini padahal ia telah bersumpah di hadapanku bahwa ia tidak akan pernah kembali ke sini selama aku masih hidup. Mungkin karena sekarang dia sudah menganggapku mati, dia kembali.”

            “Bagaimana kalau memang dirinya dijebak?” Hayley menatap Matthew. Ia masih berharap jika ini semua tidak benar.

            Matthew menggeleng lesu. “Will menyukai pesta lebih dari siapapun di The Cotswolds. Dia hampir tidak pernah di rumah selama malam musim panas tahun lalu. Hubungan kami memang sudah tidak sedekat dulu, tapi aku percaya jika Will tidak akan melakukan hal yang ku larang. Aku mendengar banyak sekali desas-desus jika Will menjalin hubungan dengan lebih dari satu wanita.

           “Aku tidak percaya tentang hal itu, aku tetap memercayai cucuku sampai suatu pagi aku menemukan dia dan Lily di dalam kamar dan besok paginya dengan wanita yang berbeda. Terus seperti itu selama berminggu-minggu. Aku merasa gagal, Hayley. Aku tidak mendidiknya untuk menjadi lelaki seperti itu.” Matthew membuang muka ke arah lain untuk mengusap air matanya. Jane di sampingnya hanya diam sambil terus mengusap bahu Matthew untuk memberi kekuatan.

           “Aku memang tidak tahu apapun tentang Will, tapi seharusnya kau menjadi satu-satunya orang yang mempercayainya,” balas Hayley. “Kau kakeknya.”

            Penjelasan Matthew terdengar seperti berbeda dimensi. Will yang selama ini Hayley kenal berbeda jauh dengan Will yang Matt deskripsikan. Will yang ia kenal adalah Will yang memeluknya ketika ia menangis, Will yang berakting sakit di depan Miss Tiana demi dua buah roti, Will yang bertengkar dengan kelinci di semak-semak, Will yang mencuri sepeda selama dua jam dan mengembalikannya tanpa lecet, Will yang menunjukkan tempat favoritnya, Will yang membuatnya tertawa terbahak-bahak tanpa beban.

            Will teman heningnya.

            Hayley seketika teringat dengan pertemuan keduanya dengan Will di toko buku ketika lelaki itu pura-pura tidak mengenalinya. Ketika Will membeli buku parenting.

            “Orang tua baru, huh?”

            “Beberapa bulan lagi.”

            Will membeli buku parenting untuk dirinya sendiri dan Lily. Will membeli buku itu agar ia bisa menerapkan ilmu-ilmu yang ada di dalamnya dan menjadi orang tua yang baik untuk anaknya bersama Lily kelak. Hayley tidak begitu memikirkan percakapan itu, ia terlalu fokus pada rasa sedihnya karena Will tidak mengingatnya.

            Ia semakin merasa seperti badut yang bodoh. Semua orang di sini mengetahui semua kebenaran itu kecuali dirinya. Dan parahnya lagi, tidak ada seorang pun yang berniat untuk memberitahunya seakan perasaan Hayley bukan apa-apa.

            Hayley baru akan membuka pintu hatinya untuk Will, untuk membiarkan lelaki itu secara sepenuhnya masuk ke dunianya dan menjadikan dirinya rumah untuk Will pulang. Tapi ternyata Will tidak akan pernah masuk, ia sudah memiliki rumah sendiri. Bersama Lily dan anak yang dikandungnya.

            Will dan Hayley memiliki kesamaan. Mereka berdua sama-sama menggunakan kehadiran satu sama lain untuk sebuah distraksi dan kabur dari masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka hanya rumah singgah untuk satu sama lain. Bukan rumah untuk tinggal selamanya. Hayley sadar akan hal itu sekarang.

            Tidak ada masa depan untuknya dan Will.

            Hayley akan kembali ke New York, memperbaiki karir dan namanya. Melupakan apa yang terjadi di sini demi kebaikannya.

            Will akan tinggal di sini bersama keluarga kecilnya dan hidup bahagia tanpa mengingat bahwa Hayley pernah hadir di hidupnya.

            Untuk pertama kalinya selama hampir empat bulan, ia merindukan suara jalanan kota New York yang ramai. Suara itu lebih baik dibandingkan keheningan beralas dusta seperti saat ini.

            Perhaps it never will.

            Mungkin tidak akan pernah.

            Perhaps it never Will.

            Mungkin tidak akan pernah ada Will di hidupnya.

*** 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
5303      2097     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Jelita's Brownies
2915      1259     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
SORRY
14433      2740     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Call Kinna
3897      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Allura dan Dua Mantan
2956      945     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Negeri Tanpa Ayah
8608      1925     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4944      1410     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5404      1483     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...