=====
[Anomaly Street, Vivian's Café, 02:00 p.m, red ribbon]
Bliss datang sejam lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Ia berniat untuk menganalisis lawan bicaranya terlebih dahulu dan mencuri start karena ia sudah kecolongan sebelumnya. Ia melihat bahwa hanya tinggal beberapa menit sebelum waktu pertemuan mereka, tetapi orang yang ia tunggu-tunggu tidak terlihat juga.
Ia dengan kesal menatap pesan terakhir Rosetta yang mengirimkan tempat dan waktu pertemuan. Bliss sengaja memilih kursi di dekat jendela dan sedaritadi memperhatikan orang-orang dengan yang membawa atribut apapun yang berwarna merah.
Mendengus kesal karena lama menunggu, "Huft.. jangan bilang aku baru saja ditipu?"
"Ditipu apa?" Bliss tiba-tiba mendengar suara perempuan dari arah belakangnya dan dengan panik menoleh dan melihat perempuan dengan pita merah yang menghiasi riasan rambutnya.
"... kau..?"
"Ya? Ini aku." Rosetta tersenyum pada keterkejutan Bliss dan dengan santai mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan Bliss duduk.
Rosetta tak terburu-buru langsung ke permasalahan yang ingin ia bicarakan dengan Bliss. Ia bagaimanapun menganggap kunjungan nya ke café siang ini sebagai kegiatan jalan-jalan di hari liburnya. Ia juga memesan minuman dan dessert, hitung-hitung ia akan menghabiskan waktu yang tak sebentar disini.
Melihat waitress café yang sibuk mencatat pesanan Rosetta, "... Kau masih sempat berpikir untuk memesan sesuatu?" Ia menatap dengan tatapan ketidakpercayaan.
"Kau pilih beberapa juga. Kita akan membicarakan banyak hal, jadi minum dan makan adalah hal yang perlu~" Ajak Rosetta dengan mata penuh geli sedaritadi karena melihat reaksi yang diberikan Bliss.
Bliss tak bisa berkata-kata dan hanya memberikan tatapan penuh kewaspadaan ketika ia akhirnya menyerah dan dengan patuh ikut memesan beberapa menu untuk dinikmati.
Pesanan mereka tak lama tiba, namun Bliss tidak berniat memulai pembicaraan terlebih dahulu.
Ia melihat Bliss yang menyedot minumannya dengan matanya yang tak pernah melepaskan pandangan dari dirinya. Rosetta berinisiatif membuka pembicaraan, "Halo,..? Ini adalah pertemuan pertama resmi kita. Namaku Rosetta, kau bisa memanggilku sesukamu."
"... Bliss..." Sahut Bliss singkat, jelas, dan padat. Ia berniat membuat Rosetta kesal dengan hanya menjawab dengan singkat setiap Rosetta berbicara padanya.
"... Bukankah ini seperti kencan pertama dua orang yang dijodohkan?" Bliss hampir menyemburkan minumannya ketika mendengar itu. "Aku hanya bercanda, haha.."
Mengapa menjadi dirinya yang kesal duluan?
"Aku tidak mengingat bahwa kita sedekat itu hingga kau bisa bercanda seenaknya!"
"Ah, maafkan aku, aku hanya tak tahan menggodamu. Kau benar-benar mudah dibuat kesal soalnya." Balasan ringan dari Rosetta malah membuat Bliss tambah kesal.
"Hmph! Apakah kau seorang stalker? Aku tidak tahu bahwa kau sesuka itu padaku! Apakah kau sudah puas pada akhirnya bisa bertemu dan bertatap mata denganku, huh?!"
Menatap Bliss dari atas ke bawah seperti menilai dalam beberapa detik, lalu pada akhirnya memberikan respon, "... Kau memang memiliki penampilan yang luar biasa,.. tapi, aku tak tertarik dengan seseorang yang belum benar-benar tumbuh dewasa.."
Bliss tahun ini berusia 16 tahun.
Perbedaan usia mereka sekitar 2-3 tahun.
Ia masih 19 tahun di kehidupannya yang sekarang, tetapi Bliss bahkan belum mencapai usia legal untuk berkendara.
"..." Bliss terdiam menahan amarah, sedangkan Rosetta hanya diam melihat Bliss yang sedang mencoba menahan emosi dari penghinaan yang baru saja ia lontarkan.
Tapi, kedatangannya bukan untuk membuat perkelahian, jadi ia berkata, "... Well,.. aku hanya jatuh cinta pada seseorang yang jahat padaku.. apa yang orang-orang katakan, ya? Seperti Stockholm syndrome? Maybe not..." Ia juga bingung dengan perkataannya.
Ia selalu melemparkan dirinya pada pria yang melakukan banyak kejahatan.
Ia memilih pembalasan dendam untuk hidupnya, jadi ia dari awal tak berniat bermain aman seperti meminta perlindungan pada seseorang dan sebaliknya memilih untuk menghalalkan segala cara untuk berhasil.
Ia akan memberikan dirinya bahkan untuk pria dengan selera teraneh demi mencapai tujuannya.
Jadi, itu adalah hal yang wajar ketika ia lebih banyak berkutat dengan pria buruk dibanding pria normal dengan kehidupan normal juga cinta yang normal.
Ah.. tentu saja, Rey nya pengecualian. Rey adalah malaikat dalam hidupnya, matahari untuk hatinya. Ia adalah laki-laki yang cintai setelah ayahnya dan ia rela berkorban untuknya jika saja bisa.
.... Mengingat masa lalu selalu membuat perasaannya tercampur aduk.
Ia menutup matanya sejenak sebelum memfokuskan kembali perhatiannya pada Bliss, "... Yang mana yang ingin kita bahas dulu?" Lalu menambahkan, "Permainan kita masih berlaku, lho. Kau bisa mencari informasi tentang diriku sekarang~" Sembari menunjuk tas laptop yang berada di samping tubuh Bliss.
"... Permainanmu masih berlanjut?" Respon Bliss tidak berpikir dua kali segera membuka laptopnya untuk mencari identitas milik Rosetta.
"Langsung ke intinya,.. Maka jadikan ini sebagai bahasan pertama kita kalau begitu." Rosetta memberi jeda sebelum melanjutkan kalimatnya, "Ini adalah permainan khusus yang kusiapkan hanya untukmu. Bukankah menarik? Aku bukan hacker hebat sepertimu, tetapi aku mempunyai jaringan dan informasi yang bagus,.. aku percaya diri bahwa aku tidak akan menjadi pihak yang dirugikan."
"... Lalu kenapa aku?" Tanya Bliss bingung.
"Karena hanya kamu seorang..?" Sahut Rosetta hanya membuat dirinya tambah bingung.
"Aku serius bertanya!"
"Bukankah hanya kau yang memiliki kemampuan yang hebat? Aku memilihmu karena hanya kamu seorang." Ulang Rosetta berbaik hati menjelaskan.
"..." Bliss terdiam, untuk sementara waktu hanya menatap Rosetta. Lalu, pada akhirnya ia mengeluarkan hal yang ada di pikirannya, "Kau butuh sesuatu dariku? Informasi? Tapi, bahkan kau bisa mengetahui informasi yang tidak kuketahui, kalau itu informasi yang bahkan tidak bisa kau dapatkan, apalagi aku?"
Tersenyum tipis, Rosetta sudah mengira Bliss akan berkata seperti itu dan tentu saja dia dengan mudah merespon, "...Aku bukanlah yang paling tahu.., maka dari itu aku juga butuh informasi dirimu."
"Kau hanya perlu melakukan transaksi untuk mendapatkan informasi dariku, jadi mengapa repot-repot menyiapkan permainan segala macam?"
"... Tidak menarik bukan jika transaksinya hanya dengan uang? Aku lebih tertarik jika informasi dibeli dengan informasi juga." Sahut Rosetta sebenarnya hanya tidak ingin menghabiskan banyak uang terhadap informasi yang sebenarnya ia tahu-tahu juga.
Bliss menghela nafas, "Lalu, informasi apa yang ingin kau tahu? Sebagai gantinya kau memberitahukan informasi yang sedang kuselidiki sekarang."
"... Hmm? Tidak, tidak, aku tidak ingin pertukaran informasi yang seperti itu. Aku tidak berniat bertukar informasi sekali saja.." Geleng Rosetta pelan.
"Maka kau hanya perlu bertukar kembali informasi seperti namanya. Apa yang membuatmu sengaja menyulitkan kesepakatan kita, hah?" Bliss lama-lama jadi kesal.
Selama ia bekerja, ia tentu saja tak jarang menerima tipe orang aneh dan eksentrik seperti dihadapannya sekarang. Tetapi, perempuan dihadapannya membuat kepalanya pusing.
"Hmmm? Kau pasti berpikir kau menjadi pihak di atas kesepakatan di antara kita, kan? No, no, aku lah yang mengatur semuanya."
Tak terima, "Bukankah kau yang paling membutuhkan informasi dariku sekarang makanya kau mendekatiku terlebih dahulu?!!" Ia menggebrak meja dengan tangannya perlahan.
"...? Bukankah kau yang paling membutuhkannya sekarang? Bukan aku."
"..." Bliss terdiam, tidak bisa membalas.
"Aku akan menyiapkan clue untuk informasi untukmu, sedangkan kau... hanya memberitahu informasi yang kuinginkan ketika aku minta."
"Dilihat dari sisi manapun, itu sama sekali tidak masuk di akal." Bliss menolak keras.
"Aku akan memberitahukanmu informasi terbaru hanya dengan beberapa clue, tentu saja aku hanya meminta clue atas informasi yang kubutuhkan darimu."
Bliss sama sekali tidak paham.
"Bukankah cukup adil?" Lanjut Rosetta tak berniat untuk mengambil jalan mudah.
"... Aku sulit mencerna."
"Setuju saja kalau begitu, kau bisa merasakannya terlebih dahulu dan jika tidak puas maka kita bisa membatalkan kesepakatan kita kapan saja." Rosetta memberikan banyak pilihan untuk Bliss.
Kurang baik hati apalagi dirinya
Bliss menatap Rosetta untuk mencari sesuatu, tapi pada akhirnya ia dengan lesu setuju, "Baiklah aku.. aku akan." Ia tak bisa mendeteksi ekspresi atau niat sebenarnya dari Rosetta, tetapi ia sudah ditawari banyak pilihan, dan semakin ke sini ia tak merasa dirinya dirugikan.
Ia hanya akan melihat situasinya terlebih dahulu, lalu kembali memutuskan.
Mendengar persetujuan Bliss, Rosetta dengan senyum berseri-seri berkata, "Lalu, kita bisa lanjutkan bahasan kita selanjutnya~ Mari?"
"Bahasan apa??" Bliss sudah tidak berniat berpikir karena ia merasa Rosetta sangat paham tentang seluk-beluknya.
"Insiden yang sedang kau selidiki. Aku akan memberikanmu jawabannya langsung sebagai hadiah terbentuknya pertemanan kita~"
"Hah? Pertemanan apa? Aku tidak mengingat kita menyepakati untuk menjadi teman?!" Kejut Bliss segera menyanggah.
Dengan nada dan ekspresi sedih berkata, ".. Kita akan menjaga kesepakatan ini tidak dalam waktu yang singkat jadi aku pikir tidak ada salahnya kita menjadi teman, kan?" Nada Rosetta di akhir tidak bisa diganggu gugat.
Dan Bliss hanya bisa terdiam kehabisan kata-kata.
"Kau tidak akan rugi berteman denganku, percayalah~" Ucap Rosetta percaya diri. "... Sebuah kultus sesat adalah pelakunya." Lanjutnya singkat memberikan jawaban dari kasus yang sedang dicari-cari Bliss beberapa waktu ini. "Aku tidak akan memberitahu yang lain, kau harus mencari tahu sendiri~" Akhirnya kemudian melihat pemandangan dari jendela di samping tempat duduk mereka.
Pandangannya mengarah pada kantor polisi daerah yang tepat berada di seberang café yang ia tempati. Alasannya memilih café memang karena popular dan ramai, juga ada kantor polisi terdekat kalau-kalau ada kejahatan terjadi padanya.
Bliss tidak berbahaya, tapi posisinya di dunia bawah itu berbahaya. Banyak orang yang menargetkan dirinya untuk mendapatkan informasi rahasia.
Ia tak mau terseret ketika ia bahkan belum terikat lagi dengan Bliss.
Menatap beberapa polisi yang baru saja keluar dari kantor polisi diseberangnya, "... Benar, ini adalah distrik tempat keluarga Frost berada, kan?" Ucapnya hanya berbicara sendiri.
Tetapi, Bliss dengan senang hati menyahut, "Iya, putra tunggal dari kepala Frost sekarang bekerja disini." Ia merasa Rosetta sebenarnya lebih mengetahui informasi lebih darinya, jadi ia tidak memiliki kerugian dalam memberitahu informasi yang sudah diketahui.
Rosetta tak berkata apapun lagi dan hanya menatap ke luar, melihat Edward Frost di antara para polisi yang keluar dari kantor, dan tiba-tiba tatapan mereka bertabrakan. Edward Frost dengan cepat menemukan wajah familiar di antara jam ramai ini.
Untuk sementara waktu, baik Rosetta dan Edward tak melakukan gerakan apapun. Dalam waktu keheningan itu, hanya tatapan dari keduanya yang menggambarkan hal dimana hanya di antara mereka.
Bliss merasa aneh karena melihat Rosetta yang hanya hening sedaritadi, jadi ia dengan cepat berseru, "Mengapa diam saja? Tatapanmu aneh sekali daritadi.." Ucapnya agak takut-takut juga.
Dengan tatapan yang masih mengunci Edward, Ia menyeruput minuman yang ia pesan, "... Hmm? Sepertinya masa jatuh cintaku akan bersemi kembali~" Ia mengatakan kalimat itu dengan seringai yang tak bisa Bliss lukiskan.
Ia merasa senyum Rosetta terlihat gila, seperti senyum seorang fanatik atau diambang kegilaan.
Tetapi, disandingkan dengan wajah cantiknya, terkadang terlihat seperti benar-benar perempuan yang jatuh cinta, namun dalam artian obsesif.
=====