Read More >>"> KILLOVE (3.3 Ketertarikan Misterius) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KILLOVE
MENU
About Us  

=====
Sekarang, hanya ada Rosetta yang terduduk di tanah dan Edward yang berdiri di depannya. 

Rosetta tak bisa menahan kecemasannya, jadi air mata dan gemetaran hebat di tubuhnya tak terkendali. Ia tak peduli dengan sekitarnya dan hanya mencoba meraih tasnya yang tergeletak tak jauh darinya. Karena tangannya yang gemetaran, isi tasnya terhambur dan botol obat penenang yang ia butuhkan sekarang terlempar keluar dari tas.

Botol obatnya terlempar dekat di mana Edward berada. Melihat perempuan menyedihkan dihadapannya membuatnya membantu mengambilkan botol obat itu ke Rosetta. 

"Obat penenang? Memikirkan beberapa mahasiswa dewasa menindas seseorang yang sedang sakit, hahh" Gelengnya tak habis pikir setelah tak sengaja melihat catatan kecil di botol obat Rosetta. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat wajah dihadapannya,

"Rosetta... Inggrid..??!" Tapi tak mengambil langkah apapun lebih lanjut dan hanya mengamati apa yang dilakukan Rosetta dalam diam.

Rosetta tak memiliki waktu untuk memperhatikan orang dihadapannya, ia dengan cepat mengambil botol obatnya dari tangan Edward dan segera menelan beberapa pil lalu mengambil minuman yang selalu ia siapkan di dalam tas.

Obatnya tak mungkin bekerja begitu saja, dan dengan serangan panik yang tiba-tiba menyerang dirinya membuat nafasnya tak beraturan, tubuhnya terasa dingin. Ia mencoba menghubungi ayahnya, berharap dengan mendengar suara ayahnya, ia akan menjadi sedikit tenang.

Deringan menghubungi ke panggilan ayahnya terasa seabad lama bagi dirinya, semakin lama durasi menghubungi, kecemasan di matanya semakin menjadi, untungnya ayahnya segera menerima panggilan darinya.

'...Baby?' Seru ayahnya bersuara.

Rosetta masih merasakan detak jantungnya berdebar sangat kencang hingga ke titik ia merasa sesak untuk bernafas.

Jadi, ia tak mampu mengeluarkan respon dan hanya bisa meringkuk kesakitan dengan wajah menghadap lantai.

'.. Baby,.. apakah kau masih sadar?' Edward mendengar respon yang menurutnya bahwa kejadian seperti ini tidak terjadi kali ini saja, tetapi sudah terlalu sering.

"Uhngh Daddy, jantungku berdebar terlalu cepat dadaku sesak..hiks.." Tangis Rosetta menyedihkan. "Daddy terus berbicara aku.. aku tak bisa tenang aku sudah makan obat penenang, tapi tidak ada artinya" Lanjutnya lirih.

'... Baby, apakah kau bersama seseorang sekarang? jika tidak ada, Daddy akan menghubungi seseorang untuk mengantarmu pulang Daddy sekarang berada di luar kota, aku hanya bisa menemanimu di malam hari..'

Menyentuh lembut bahu Rosetta, "Bisakah kau biarkan aku berbicara pada ayahmu?" Perkataannya membuat perempuan yang meringkuk kesakitan itu mencoba menatap matanya, sepertinya menilai niat sebenarnya dari perkataannya yang tiba-tiba. 

Respon yang ia dapatkan adalah dari pihak seberang, '... Ah, apakah anda berniat untuk membantu anak perempuanku?'

Edward segera membalas, "... Saya adalah Edward Frost, orang dari pihak kepolisian. Saya baru saja menyelamatkan putri anda dari sekumpulan mahasiswa yang mencoba membully dan melecehkannya Saya melihat bahwa putri anda sedang sakit, jadi saya berniat untuk mengantarnya ke rumah sakit." Ia sebenarnya tak tahu apa yang ia lakukan sekarang.

Edward sangat tahu bahwa dirinya bukan seseorang yang baik hati apalagi memiliki hati yang simpatik, terlepas bahwa polisi adalah pekerjaannya. Tetapi, ia merasa ada ketertarikan aneh untuk perempuan yang sekarang tergeletak menyedihkan dihadapannya, meringkuk gemetaran.

Mungkin yang membuatnya tertarik adalah perbedaan bagaikan langit dan bumi pada penampilan Rosetta kemarin dan sekarang. Ia yang seperti seorang dewi yang dicintai semua orang, tetapi sekarang terlihat sangat menyedihkan dan hampir saja dilecehkan oleh sekumpulan 'binatang'.

Ada nafas lega dari pihak seberang, 'Syukurlah jika kau adalah orang dari kepolisian Aku berhutang budi pada anda karena telah menyelamatkan putriku dari orang-orang buruk'

"Tidak masalah, pak. Saya hanya menjalakan tugas saya sebagaimana mestinya." Sahut Edward perlahan menggendong Rosetta yang untungnya tak menolak. 

Tubuh Rosetta lebih ringan dari yang ia perkirakan.

Telepon itu masih tersambung, Rosetta tak berniat mengakhiri dan Edward tidak peduli. 

'... Baby,.. apakah kau melukai dirimu lagi?' Tanya ayahnya padanya.

"... Aku.. melukai diriku ketika mencoba melarikan diri... aku.. aku.. mengigit bibirku terlalu keras karena tak bisa menahan emosiku Daddy,.. maafkan aku..." Lirihnya putus-putus. Walaupun dirinya mulai tenang, tetapi rasa letih yang datang setelahnya mampu membuat kesadarannya mulai kabur. "... Aku.. juga menggigit tangan seseorang dan menyikut dagu aku..."

'Tidak apa.' Ayahnya membuatnya tak perlu melanjutkan kalimatnya hingga selesai. 'Daddy cukup tahu bahwa kau baik-baik saja, Baby... tidak masalah jika kau melakukan hal itu...'

Edward yang daritadi mendengar percakapan di antara keduanya sama sekali tak berpikir banyak. Rosetta melakukan hal-hal drastis seperti itu tentunya sebagai tindakan perlindungan diri. Bahkan, ia tidak akan mendapatkan hubungan karena jelas-jelas ia adalah korbannya disini.

Ia melihat kesadaran Rosetta yang perlahan menghilang. Obat penenangnya akhirnya bekerja dan sepertinya yang dikonsumsi perempuan di lengannya adalah yang memiliki efek untuk menghilangkan kesadaran diri.

Itu sangat berbahaya.

Ia butuh setidaknya seseorang untuk selalu bersamanya.

Ia pikir karena Rosetta tak memiliki respon, sisi seberang akan sadar diri dan mengakhiri panggilan telponnya. Tetapi, ternyata ayah dari perempuan ini mengatakan sesuatu pada dirinya.

'.. Edward Frost, putra tunggal dari kepala keluarga Frost sekarang, benar?.. aku akan secara pribadi mengucapkan terima kasihku ke keluarga Frost karena telah menyelamatkan putriku.'

"... Anda mengenal ayahku?" Kejut Edward menaikkan sebelah alisnya tidak percaya.

'... Aku pernah bekerja beberapa kali dengannya ketika kami berdua masih muda.. yah, ini tidak seperti hubungan kami sedekat itu... tapi, mungkin memang sudah takdir jika aku bisa bertemu orang-orang dari keluarga Frost.. apalagi fakta bahwa kau menyelamatkan putriku...' Suara dari pihak seberang datar dan stabil sehingga Edward tidak bisa menebak apakah yang dikatakan ayah Rosetta adalah sebuah kebenaran atau hanya untuk mencoba memanfaatkan koneksi keluarganya.

"... Ah, teman lama ayah dari masa mudanya? Berarti anda adalah sosok yang berpengaruh, aku sangat malu karena tidak bisa mengenali anda lebih cepat." Responnya memutuskan untuk merespon dengan ramah.

Ada desahan pendek sebelum ayah Rosetta membalas, 'Semua itu hanya di masa lalu dan aku sama sekali tak berniat menghubungi orang-orang di masa laluku. Aku senang dengan kehidupanku yang sekarang,... Rosetta adalah prioritasku sekarang,... putriku seperti yang kau lihat, ia tidak terlalu stabil dan sebagai ayahnya aku harus sebisa mungkin merawat dan menghabiskan lebih banyak waktu disampingnya' Setelahnya, panggilan itu diakhiri begitu saja.

Sepertinya, ayah Rosetta yang selama ini terasa seperti pekerja normal seperti biasanya. Namun, mungkin saja ada cerita di balik semua itu? Tidak ada yang tahu.

Edward tak mengingat ayahnya memiliki teman dari kalangan biasa, apalagi kawanan masa mudanya. Semuanya rata-rata merupakan orang berpengaruh sekarang, satu dengan yang lainnya tidak kalah dari segi posisi maupun kekayaan seperti ayahnya.
Memikirkan hal yang masih abstrak adalah hal memusingkan, jadi ia dengan cepat melupakannya dan hanya fokus mengantarkan Rosetta ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut.

=====
Karena Edward merupakan anggota elite, tempat manapun yang ia kunjungi selalu menyuguhkan pelayanan terbaik mereka untuknya, jadi Rosetta sekarang sudah ditangani dengan tangkas. Luka-lukanya sudah diobati dan diresepkan beberapa obat untuk mencegah luka dalam terjadi. Rosetta mengumpulkan kesadarannya dengan cepat dan sekarang terduduk di ranjang rumah sakit dengan tangannya yang diinfus.

Ia menatap ke arah Edward yang dengan sabar menunggu dari awal pemeriksaan hingga dirinya terbangun. Beberapa dokter masih menanyakan kondisinya, ia tak bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara pada Edward.

"Bagaimana keadaan Nona sekarang? Apakah merasakan perasaan tidak nyaman?"

"... Aku baik-baik saja, hanya sedikit lemas."

"Saya akan meresepkan obat penenang dengan dosis lebih rendah.."

"... ah, tidak perlu. Aku biasa mengonsumsi itu dan selama itu tak terjadi apa-apa."

"Tapi, obat itu membuat nona kehilangan kesadaran"

"Aku tidak terlalu mempermasalahkan it-"

Edward memotong perkataannya, "Apa kau berniat menyusahkan orang sekitarmu ketika kau tiba-tiba tumbang begitu saja?"

"..." Rosetta terdiam. "Tapi, jika aku tidak tumbang, ada kemungkinan besar serangan cemasku tidak hilang."

"Lalu?" Edward tidak berniat menyerah.

Cemberut, "... Bagaimana jika aku membuat lebih banyak luka?..." Lirihnya pelan.

Ia secara pribadi tidak peduli apa yang dikatakan orang-orang terhadap keadaan mentalnya sekarang, tetapi ia tak mau ayahnya merasa terbebani karena masalah yang ia buat.

"... Kalau begitu, bawa resep obat yang biasa kau bawa dan yang baru diresepkan dokter dengan dosis yang lebih ringan. Hanya konsumsi yang berat ketika kau benar-benar berniat membunuh seseorang, begitu bagaimana? Kau seseorang yang bertindak implusif untuk melukai dirimu dan orang lain, kan?" Edward memberikan jalan tengah untuk Rosetta.

Ia tak tahu kenapa ia tiba-tiba sangat peduli dan perhatian pada perempuan dihadapannya. Ia tak memiliki tipe khusus terhadap perempuan, tetapi ia bukan penggila wanita juga. 

...tidak mungkin itu adalah jatuh cinta pada pandangan pertama? Mustahil.

Sepertinya jiwa kepolisian dalam dirinya yang membantu masyarakat akhirnya terbangun. Hanya itu jawaban logisnya.

Lagipula, ayah perempuan dihadapannya terlihat mengenal ayahnya. Jika ia beruntung dan dapat membuat seseorang berpengaruh untuk memiliki kesan baik pada dirinya, ia tidak akan mendapatkan rugi dari itu.

Benar. Pasti begitu. 

"Terimakasih karena telah repot-repot memperhatikanku.." Ucap Rosetta akhirnya mengatakan apa yang ingin dikatakan. 

"... Biarkan aku mengantarmu pulang." Sahut Edward bangkit dari kursinya dan meminta para perawat mencabut infus dari tangan Rosetta.

"Aku bisa pulang sendiri.. aku tak bisa merepotkanmu lebih dari ini.."

Mengernyitkan dahinya, "... Ayahmu mempercayakanmu padaku." Ucap Edward membuat Rosetta dengan patuh mengikuti. "Ini pasti takdir yang dikatakan orang-orang,.. jadi anggap saja pertemuan kita hari ini adalah takdir yang sudah ditentukan." Lanjutnya memapah Rosetta perlahan agar tak terjatuh saat berjalan menuju parkiran.

"Kenapa tiba-tiba?" Bingung Rosetta tak paham maksud pembicaraan Edward.

"Aku juga tidak paham." Sahutnya dengan wajah datar sembari memasangkan sabuk pengaman ketika mereka sudah di dalam mobilnya.

Ia sama sekali tak paham. Untuk dirinya yang tak suka membuat dirinya repot, tapi sekarang susah-susah membantu perempuan dihadapannya sampai ke rumah dengan selamat.

=====
Ia baru saja selesai mengantarkan pulang Rosetta ke rumahnya dan ia sekarang berada di kediaman utama Frost. Ia duduk di ruang keluarga, terlihat pria tua yang memiliki penampilan mirip dengannya sedang menceramahinya.

"Edward, sudah berapa kali kukatakan untuk tidak menganggap enteng pekerjaanmu!? Kau bahkan berani tidak hadir pada kelas pertamamu sebagai pengajar sementara?!!" Itu adalah kepala keluarga Frost sekarang, ayah dari Edward Frost, Allan Frost.

"Sudahlah, ayah... kau tahu bahwa bahkan jika Edward memiliki kepribadian yang kurang, ia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna."

"Ayah, tenangkan dirimu. Edward baru saja pulang, ia pasti Lelah.."

"Benar, ayah.. ini sudah malam.. dan sangat jarang bagi kita berkumpul secara keseluruhan karena kita terlalu sibuk jadi, tidak bisakah ayah tak merusak suasana dan bersenang-senang?"

Allan Frost mendengar kicauan dari istri dan beberapa anak perempuannya yang benar-benar memanjakan Edward hingga ke langit menjadi tambah emosi, "Kalianlah yang terlalu memanjakan dirinya, lihatlah bagaimana ia tumbuh sekarang?!"

Sementara keluarganya sibuk membuat keributan, Edward masih tak bisa memikirkan alasan logis untuknya bertindak sejauh itu hanya demi seorang perempuan yang bahkan merupakan orang asing baginya.

=====

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memento Merapi
3944      1616     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
LUKA TANPA ASA
4786      1583     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
Love Al Nerd || hiatus
85      62     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Dieb der Demokratie
16906      1974     16     
Action
"Keadilan dan kebebasan, merupakan panji-panji dari para rakyat dalam menuntut keadilan. Kaum Monarki elit yang semakin berkuasa kian menginjak-injak rakyat, membuat rakyat melawan kaum monarki dengan berbagai cara, mulai dari pergerakkan massa, hingga pembangunan partai oposisi. Kisah ini, dimulai dari suara tuntutan hati rakyat, yang dibalas dengan tangan dingin dari monarki. Aku tak tahu...
God's Blessings : Jaws
1547      710     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
After Feeling
3526      1401     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
A Day With Sergio
963      451     2     
Romance
Lazy Boy
3671      977     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...
The Black Envelope
2375      834     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Ibu Mengajariku Tersenyum
156      91     0     
Mystery
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...