Loading...
Logo TinLit
Read Story - KILLOVE
MENU
About Us  

=====
Sekarang, hanya ada Rosetta yang terduduk di tanah dan Edward yang berdiri di depannya. 

Rosetta tak bisa menahan kecemasannya, jadi air mata dan gemetaran hebat di tubuhnya tak terkendali. Ia tak peduli dengan sekitarnya dan hanya mencoba meraih tasnya yang tergeletak tak jauh darinya. Karena tangannya yang gemetaran, isi tasnya terhambur dan botol obat penenang yang ia butuhkan sekarang terlempar keluar dari tas.

Botol obatnya terlempar dekat di mana Edward berada. Melihat perempuan menyedihkan dihadapannya membuatnya membantu mengambilkan botol obat itu ke Rosetta. 

"Obat penenang? Memikirkan beberapa mahasiswa dewasa menindas seseorang yang sedang sakit, hahh" Gelengnya tak habis pikir setelah tak sengaja melihat catatan kecil di botol obat Rosetta. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat wajah dihadapannya,

"Rosetta... Inggrid..??!" Tapi tak mengambil langkah apapun lebih lanjut dan hanya mengamati apa yang dilakukan Rosetta dalam diam.

Rosetta tak memiliki waktu untuk memperhatikan orang dihadapannya, ia dengan cepat mengambil botol obatnya dari tangan Edward dan segera menelan beberapa pil lalu mengambil minuman yang selalu ia siapkan di dalam tas.

Obatnya tak mungkin bekerja begitu saja, dan dengan serangan panik yang tiba-tiba menyerang dirinya membuat nafasnya tak beraturan, tubuhnya terasa dingin. Ia mencoba menghubungi ayahnya, berharap dengan mendengar suara ayahnya, ia akan menjadi sedikit tenang.

Deringan menghubungi ke panggilan ayahnya terasa seabad lama bagi dirinya, semakin lama durasi menghubungi, kecemasan di matanya semakin menjadi, untungnya ayahnya segera menerima panggilan darinya.

'...Baby?' Seru ayahnya bersuara.

Rosetta masih merasakan detak jantungnya berdebar sangat kencang hingga ke titik ia merasa sesak untuk bernafas.

Jadi, ia tak mampu mengeluarkan respon dan hanya bisa meringkuk kesakitan dengan wajah menghadap lantai.

'.. Baby,.. apakah kau masih sadar?' Edward mendengar respon yang menurutnya bahwa kejadian seperti ini tidak terjadi kali ini saja, tetapi sudah terlalu sering.

"Uhngh Daddy, jantungku berdebar terlalu cepat dadaku sesak..hiks.." Tangis Rosetta menyedihkan. "Daddy terus berbicara aku.. aku tak bisa tenang aku sudah makan obat penenang, tapi tidak ada artinya" Lanjutnya lirih.

'... Baby, apakah kau bersama seseorang sekarang? jika tidak ada, Daddy akan menghubungi seseorang untuk mengantarmu pulang Daddy sekarang berada di luar kota, aku hanya bisa menemanimu di malam hari..'

Menyentuh lembut bahu Rosetta, "Bisakah kau biarkan aku berbicara pada ayahmu?" Perkataannya membuat perempuan yang meringkuk kesakitan itu mencoba menatap matanya, sepertinya menilai niat sebenarnya dari perkataannya yang tiba-tiba. 

Respon yang ia dapatkan adalah dari pihak seberang, '... Ah, apakah anda berniat untuk membantu anak perempuanku?'

Edward segera membalas, "... Saya adalah Edward Frost, orang dari pihak kepolisian. Saya baru saja menyelamatkan putri anda dari sekumpulan mahasiswa yang mencoba membully dan melecehkannya Saya melihat bahwa putri anda sedang sakit, jadi saya berniat untuk mengantarnya ke rumah sakit." Ia sebenarnya tak tahu apa yang ia lakukan sekarang.

Edward sangat tahu bahwa dirinya bukan seseorang yang baik hati apalagi memiliki hati yang simpatik, terlepas bahwa polisi adalah pekerjaannya. Tetapi, ia merasa ada ketertarikan aneh untuk perempuan yang sekarang tergeletak menyedihkan dihadapannya, meringkuk gemetaran.

Mungkin yang membuatnya tertarik adalah perbedaan bagaikan langit dan bumi pada penampilan Rosetta kemarin dan sekarang. Ia yang seperti seorang dewi yang dicintai semua orang, tetapi sekarang terlihat sangat menyedihkan dan hampir saja dilecehkan oleh sekumpulan 'binatang'.

Ada nafas lega dari pihak seberang, 'Syukurlah jika kau adalah orang dari kepolisian Aku berhutang budi pada anda karena telah menyelamatkan putriku dari orang-orang buruk'

"Tidak masalah, pak. Saya hanya menjalakan tugas saya sebagaimana mestinya." Sahut Edward perlahan menggendong Rosetta yang untungnya tak menolak. 

Tubuh Rosetta lebih ringan dari yang ia perkirakan.

Telepon itu masih tersambung, Rosetta tak berniat mengakhiri dan Edward tidak peduli. 

'... Baby,.. apakah kau melukai dirimu lagi?' Tanya ayahnya padanya.

"... Aku.. melukai diriku ketika mencoba melarikan diri... aku.. aku.. mengigit bibirku terlalu keras karena tak bisa menahan emosiku Daddy,.. maafkan aku..." Lirihnya putus-putus. Walaupun dirinya mulai tenang, tetapi rasa letih yang datang setelahnya mampu membuat kesadarannya mulai kabur. "... Aku.. juga menggigit tangan seseorang dan menyikut dagu aku..."

'Tidak apa.' Ayahnya membuatnya tak perlu melanjutkan kalimatnya hingga selesai. 'Daddy cukup tahu bahwa kau baik-baik saja, Baby... tidak masalah jika kau melakukan hal itu...'

Edward yang daritadi mendengar percakapan di antara keduanya sama sekali tak berpikir banyak. Rosetta melakukan hal-hal drastis seperti itu tentunya sebagai tindakan perlindungan diri. Bahkan, ia tidak akan mendapatkan hubungan karena jelas-jelas ia adalah korbannya disini.

Ia melihat kesadaran Rosetta yang perlahan menghilang. Obat penenangnya akhirnya bekerja dan sepertinya yang dikonsumsi perempuan di lengannya adalah yang memiliki efek untuk menghilangkan kesadaran diri.

Itu sangat berbahaya.

Ia butuh setidaknya seseorang untuk selalu bersamanya.

Ia pikir karena Rosetta tak memiliki respon, sisi seberang akan sadar diri dan mengakhiri panggilan telponnya. Tetapi, ternyata ayah dari perempuan ini mengatakan sesuatu pada dirinya.

'.. Edward Frost, putra tunggal dari kepala keluarga Frost sekarang, benar?.. aku akan secara pribadi mengucapkan terima kasihku ke keluarga Frost karena telah menyelamatkan putriku.'

"... Anda mengenal ayahku?" Kejut Edward menaikkan sebelah alisnya tidak percaya.

'... Aku pernah bekerja beberapa kali dengannya ketika kami berdua masih muda.. yah, ini tidak seperti hubungan kami sedekat itu... tapi, mungkin memang sudah takdir jika aku bisa bertemu orang-orang dari keluarga Frost.. apalagi fakta bahwa kau menyelamatkan putriku...' Suara dari pihak seberang datar dan stabil sehingga Edward tidak bisa menebak apakah yang dikatakan ayah Rosetta adalah sebuah kebenaran atau hanya untuk mencoba memanfaatkan koneksi keluarganya.

"... Ah, teman lama ayah dari masa mudanya? Berarti anda adalah sosok yang berpengaruh, aku sangat malu karena tidak bisa mengenali anda lebih cepat." Responnya memutuskan untuk merespon dengan ramah.

Ada desahan pendek sebelum ayah Rosetta membalas, 'Semua itu hanya di masa lalu dan aku sama sekali tak berniat menghubungi orang-orang di masa laluku. Aku senang dengan kehidupanku yang sekarang,... Rosetta adalah prioritasku sekarang,... putriku seperti yang kau lihat, ia tidak terlalu stabil dan sebagai ayahnya aku harus sebisa mungkin merawat dan menghabiskan lebih banyak waktu disampingnya' Setelahnya, panggilan itu diakhiri begitu saja.

Sepertinya, ayah Rosetta yang selama ini terasa seperti pekerja normal seperti biasanya. Namun, mungkin saja ada cerita di balik semua itu? Tidak ada yang tahu.

Edward tak mengingat ayahnya memiliki teman dari kalangan biasa, apalagi kawanan masa mudanya. Semuanya rata-rata merupakan orang berpengaruh sekarang, satu dengan yang lainnya tidak kalah dari segi posisi maupun kekayaan seperti ayahnya.
Memikirkan hal yang masih abstrak adalah hal memusingkan, jadi ia dengan cepat melupakannya dan hanya fokus mengantarkan Rosetta ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut.

=====
Karena Edward merupakan anggota elite, tempat manapun yang ia kunjungi selalu menyuguhkan pelayanan terbaik mereka untuknya, jadi Rosetta sekarang sudah ditangani dengan tangkas. Luka-lukanya sudah diobati dan diresepkan beberapa obat untuk mencegah luka dalam terjadi. Rosetta mengumpulkan kesadarannya dengan cepat dan sekarang terduduk di ranjang rumah sakit dengan tangannya yang diinfus.

Ia menatap ke arah Edward yang dengan sabar menunggu dari awal pemeriksaan hingga dirinya terbangun. Beberapa dokter masih menanyakan kondisinya, ia tak bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara pada Edward.

"Bagaimana keadaan Nona sekarang? Apakah merasakan perasaan tidak nyaman?"

"... Aku baik-baik saja, hanya sedikit lemas."

"Saya akan meresepkan obat penenang dengan dosis lebih rendah.."

"... ah, tidak perlu. Aku biasa mengonsumsi itu dan selama itu tak terjadi apa-apa."

"Tapi, obat itu membuat nona kehilangan kesadaran"

"Aku tidak terlalu mempermasalahkan it-"

Edward memotong perkataannya, "Apa kau berniat menyusahkan orang sekitarmu ketika kau tiba-tiba tumbang begitu saja?"

"..." Rosetta terdiam. "Tapi, jika aku tidak tumbang, ada kemungkinan besar serangan cemasku tidak hilang."

"Lalu?" Edward tidak berniat menyerah.

Cemberut, "... Bagaimana jika aku membuat lebih banyak luka?..." Lirihnya pelan.

Ia secara pribadi tidak peduli apa yang dikatakan orang-orang terhadap keadaan mentalnya sekarang, tetapi ia tak mau ayahnya merasa terbebani karena masalah yang ia buat.

"... Kalau begitu, bawa resep obat yang biasa kau bawa dan yang baru diresepkan dokter dengan dosis yang lebih ringan. Hanya konsumsi yang berat ketika kau benar-benar berniat membunuh seseorang, begitu bagaimana? Kau seseorang yang bertindak implusif untuk melukai dirimu dan orang lain, kan?" Edward memberikan jalan tengah untuk Rosetta.

Ia tak tahu kenapa ia tiba-tiba sangat peduli dan perhatian pada perempuan dihadapannya. Ia tak memiliki tipe khusus terhadap perempuan, tetapi ia bukan penggila wanita juga. 

...tidak mungkin itu adalah jatuh cinta pada pandangan pertama? Mustahil.

Sepertinya jiwa kepolisian dalam dirinya yang membantu masyarakat akhirnya terbangun. Hanya itu jawaban logisnya.

Lagipula, ayah perempuan dihadapannya terlihat mengenal ayahnya. Jika ia beruntung dan dapat membuat seseorang berpengaruh untuk memiliki kesan baik pada dirinya, ia tidak akan mendapatkan rugi dari itu.

Benar. Pasti begitu. 

"Terimakasih karena telah repot-repot memperhatikanku.." Ucap Rosetta akhirnya mengatakan apa yang ingin dikatakan. 

"... Biarkan aku mengantarmu pulang." Sahut Edward bangkit dari kursinya dan meminta para perawat mencabut infus dari tangan Rosetta.

"Aku bisa pulang sendiri.. aku tak bisa merepotkanmu lebih dari ini.."

Mengernyitkan dahinya, "... Ayahmu mempercayakanmu padaku." Ucap Edward membuat Rosetta dengan patuh mengikuti. "Ini pasti takdir yang dikatakan orang-orang,.. jadi anggap saja pertemuan kita hari ini adalah takdir yang sudah ditentukan." Lanjutnya memapah Rosetta perlahan agar tak terjatuh saat berjalan menuju parkiran.

"Kenapa tiba-tiba?" Bingung Rosetta tak paham maksud pembicaraan Edward.

"Aku juga tidak paham." Sahutnya dengan wajah datar sembari memasangkan sabuk pengaman ketika mereka sudah di dalam mobilnya.

Ia sama sekali tak paham. Untuk dirinya yang tak suka membuat dirinya repot, tapi sekarang susah-susah membantu perempuan dihadapannya sampai ke rumah dengan selamat.

=====
Ia baru saja selesai mengantarkan pulang Rosetta ke rumahnya dan ia sekarang berada di kediaman utama Frost. Ia duduk di ruang keluarga, terlihat pria tua yang memiliki penampilan mirip dengannya sedang menceramahinya.

"Edward, sudah berapa kali kukatakan untuk tidak menganggap enteng pekerjaanmu!? Kau bahkan berani tidak hadir pada kelas pertamamu sebagai pengajar sementara?!!" Itu adalah kepala keluarga Frost sekarang, ayah dari Edward Frost, Allan Frost.

"Sudahlah, ayah... kau tahu bahwa bahkan jika Edward memiliki kepribadian yang kurang, ia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna."

"Ayah, tenangkan dirimu. Edward baru saja pulang, ia pasti Lelah.."

"Benar, ayah.. ini sudah malam.. dan sangat jarang bagi kita berkumpul secara keseluruhan karena kita terlalu sibuk jadi, tidak bisakah ayah tak merusak suasana dan bersenang-senang?"

Allan Frost mendengar kicauan dari istri dan beberapa anak perempuannya yang benar-benar memanjakan Edward hingga ke langit menjadi tambah emosi, "Kalianlah yang terlalu memanjakan dirinya, lihatlah bagaimana ia tumbuh sekarang?!"

Sementara keluarganya sibuk membuat keributan, Edward masih tak bisa memikirkan alasan logis untuknya bertindak sejauh itu hanya demi seorang perempuan yang bahkan merupakan orang asing baginya.

=====

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When the Winter Comes
60772      8206     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Utha: Five Fairy Secret
1572      770     1     
Fantasy
Karya Pertama! Seorang pria berumur 25 tahun pulang dari tempat kerjanya dan membeli sebuah novel otome yang sedang hits saat ini. Novel ini berjudul Five Fairy and Secret (FFS) memiliki tema game otome. Buku ini adalah volume terakhir dimana penulis sudah menegaskan novel ini tamat di buku ini. Hidup di bawah tekanan mencari uang, akhirnya ia meninggal di tahun 2017 karena tertabrak s...
Metamorf
151      125     0     
Romance
Menjadi anak tunggal dari seorang chef terkenal, tidak lantas membuat Indra hidup bahagia. Hal tersebut justru membuat orang-orang membandingkan kemampuannya dengan sang ayah. Apalagi dengan adanya seorang sepupu yang kemampuan memasaknya di atas Indra, pemuda berusia 18 tahun itu dituntut harus sempurna. Pada kesempatan terakhir sebelum lulus sekolah, Indra dan kelompoknya mengikuti lomba mas...
Gantung
804      510     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...
Kinara
4911      1712     0     
Fantasy
Kinara Denallie, seorang gadis biasa, yang bekerja sebagai desainer grafis freelance. Tanpa diduga bertemu seorang gadis imut yang muncul dari tubuhnya, mengaku sebagai Spirit. Dia mengaku kehilangan Lakon, yang sebenarnya kakak Kinara, Kirana Denallie, yang tewas sebagai Spirit andal. Dia pun ikut bersama, bersedia menjadi Lakon Kinara dan hidup berdampingan dengannya. Kinara yang tidak tahu apa...
Photograph
1698      802     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
Premium
Dunia Leonor
117      102     3     
Short Story
P.S: Edisi buku cetak bisa Pre-Order via Instagram penulis @keefe_rd. Tersedia juga di Google Play Books. Kunjungi blog penulis untuk informasi selengkapnya https://keeferd.wordpress.com/ Sinopsis: Kisah cinta yang tragis. Dua jiwa yang saling terhubung sepanjang masa. Memori aneh kerap menghantui Leonor. Seakan ia bukan dirinya. Seakan ia memiliki kekasih bayangan. Ataukah itu semua seke...
Gi
1184      686     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Coneflower
4296      1733     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Dominion
239      191     4     
Action
Zayne Arkana—atau yang kerap dipanggil Babi oleh para penyiksanya—telah lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Perundungan, hinaan, dan pukulan adalah makanan sehari-hari, mengikis perlahan sisa harapannya. Ia ingin melawan, tapi dunia seolah menertawakan kelemahannya. Hingga malam itu tiba. Seorang preman menghadangnya di jalan pulang, dan dalam kepanikan, Zay merenggut nyawa untuk p...