Menunggu sebuah harapan yang tak pasti
Yang datang dan pergi tanpa permisi
Pada akhirnya hati yang tersakiti
---
Suasana gedung aula semakin malam semakin menegang. Kini, di depan anggota-anggota baru Lingkar Pena Chayra berdiri. Dengan perasaan tidak keruan.
Di hadapannya berdiri lima senior yang saling menatap bergantian pada Chayra. Untung saja, dirinya tidak sendiri ada dua temannya yang bernasib sama.
Kaevan dan Ranasya nama yang Chayra baca pada tanda pengenal yang mereka kenakan. Para senior berjalan di hadapan Chayra, Kaevan dan Ranasya. Menatap tajam silih berganti.
"Nama lo siapa?" Tunjuk ketua Lingkar Pena pada Ranasya.
"Ranasya kak."
"Lo?" Andrian menunjuk Kaevan.
"Kaevan kak."
"Lo?"
"Chayra kak."
Andrian menganggukkan kepala. Menarik napas dalam dan menghembuskannya.
"Kalian tahu alasan kenapa kalian berdiri di sini?" Chayra, Kaevan, dan Ranasya terdiam tidak ada yang berani menjawab.
"Kalau di tanya itu jawab!" sergah Andrian.
"Karena melakukan banyak pelanggaran kak," ucap Kaevan sambil menundukkan kepala.
Andrian langsung bertepuk tangan setelah mendengar penuturan Kaevan. Tiba-tiba saja Andrian melirik ke arah Chayra dan berjalan menujunya.
"NAMA SIAPA?"
"C--Chayra kak."
"Mana papan nama lo?"
"Di ... Disita sama Kak Siska."
"Bagus!" Chayra meneguk salivanya. Rasanya ia ingin meminjam pintu Doraemon sekarang juga agar bisa pergi dari aula ini.
"Kalian berdua, sekarang lepas papan nama kalian. Ga solidaritas banget sama teman!" kata Andrian.
Ranasya dan Kaevan pun menatap Chayra. Chayra benar-benar merasa tidak enak dan bersalah pada kedua temannya itu. Akibat dirinya mereka pun juga harus melepas papan nama yang mereka kenakan. Dengan terpaksa Ranasya dan Kaevan melepaskan papan nama yang mereka kenakan. Rasa bersalah semakin menjadi pada benak Chayra.
"Kasih papan nama kalian ke Siska." Mereka pun berjalan menghampiri Siska yang berdiri di pojok depan panggung. Dan setelah itu mereka kembali pada posisinya.
"Pelanggaran. Hal yang fatal dilakukan sebagai anggota baru seperti kalian! Terlambat, bermain ponsel saat pemateri sedang menjelaskan, lupa mengenakan pin kelompok." Andrian berjalan menatap satu per satu wajah Chayra, Ranasya dan Kaevan silih berganti.
"Sekarang kalian pulang. Karena kita ga butuh orang seperti kalian!"
Chayra, Ranasya dan Kaevan saling menatap. Beberapa panitia ada yang terang-terangan menatap sinis dan tidak suka namun, beberapa lain menatap iba. Mereka masih terdiam masih pada posisi yang sama, tidak bergerak barang sejengkal pun.
"KELUAR!"
Tiba-tiba seorang cowok bertubuh tegap dan tinggi berdiri dari barisan anggota baru. Seakan menantang para senior.
"Saya keberatan kak! Mereka tidak boleh di keluarkan begitu saja. Hanya karena kesalahan kepele!" ucapnya dengan nada berani.
"Heh, lo siapa? Berani banget lo ya!" teriak Bara dari barisan belakang.
"Saya Ardam Angkasa. Saya berani karena saya merasa mereka ga terlalu salah. Dan mereka sudah berusaha mengikuti peraturan dari awal dan sampai sekarang."
"Ga terlalu lo bilang?!" teriak Bara keras yang mengema di dalam aula.
"Iya mereka ga salah!" bela cowok tersebut.
Semua anggota baru menatapnya tidak percaya, cari mati istilahnya. Kemudian, seorang senior memintanya untuk berdiri menemani ketiga temannya yang sejak tadi sudah berdiri di depan. Dengan santai dan tanpa rasa takut Ardam berjalan di antara para anggota baru yang duduk menjalar ke belakang.
"Ardam Angkasa. Manusia sok pahlawan!" tutur Langit—wakil ketua dari Lingkar Pena.
"Belum dilantik resmi menjadi anggota baru saja sudah gayanya selangit. Bagaimana jika sudah dilantik?" sergah Langit menatap sinis pada Ardam. Perkataan tersebut sukses membuat Ardam terdiam tidak berani menjawab.
Sementara itu, manik mata Ranasya mulai mengeluarkan bulir air mata. Chayra yang menyadari bahwa Ranasya menangis pun mendekat dan merangkul Ranasya berusaha menenangkan.
"Jangan nangis sekarang Sya. Gua takut kalau senior liat lo, lo bisa kena omel." bisik Chayra pada Ranasya. Ranasya pun menyeka air matanya. Menarik napas sebentar agar merasa baik.
"Sekarang kalian berempat. PULANG!" teriak Langit.
Bara dan Siska pun mulai beraksi. Mereka mendorong Ranasya, Chayra, Kaevan serta Ardam menuju pintu keluar aula. Ardam masih berusaha melakukan perlawanan namun, usahanya sia-sia. Ketika beberapa panita yang berada di aula ikut membantu Bara dan Siska mengusir mereka dari aula.
"KELUAR!" seru Siska seperti Ibu Malin Kundang yang sedang mengutuk anaknya.
Tak ... Duar ... Duar ...
Suara yang terdengar mengelegar ketika mereka sudah sampai di ambang pintu. Suara dari petasan yang menyala digantung pada sisi pojok depan pada pohon yang berada tepat di depan aula. Seperti sedang ada pernikahan ala adat Betawi.
"WELCOME TO THE LINGKAR PENA!" ucap seluruh panitia baik yang berada di dalam ruang aula dan di luar ruang aula secara bersamaan. Sambil bertepuk tangan dan tertawa lepas.
Beberapa senior pun langsung menyalami Chayra, Ranasya, Kaevan serta Ardam silih berganti. Mereka saling menatap satu dengan lain, bingung. Setelah itu, mereka pun kembali diajak masuk ke dalam aula. Chayra merasa bingung dengan semua ini, mungkin bukan hanya dirinya semua anggota baru pun juga merasakan hal yang sama.
"Mentor-mentor dari mereka harap maju ke depan. Untuk mendampingi mereka dalam pemberian penghargaan," tutur Andrian. Keempat orang mentor dari kelompok berbeda pun berjalan menuju panggung. Mendampingi anak didik mereka.
"Tunggu-tunggu! Ini maksudnya gimana? Gimana woy?!" sergah Ardam.
Andrian menertawakan raut wajah Ardam yang terlihat bingung namun, menahan amarah. "Kalian cuma di-prank!"
"Kambing!" umpat Ardam yang terlihat sangat kesal sekaligus malu.
Ardam menarik napasnya dalam. Pasalnya dirinya sudah marah-marah di depan umum tapi semua ini hanya kebohongan belaka? Membuat harga dirinya jatuh di mata cewek-cewek anggota baru Lingkar Pena saja!
Ketegangan yang terjadi mulai berangsur membaik dan lebih terkondisikan. Seluruh anggota baru Lingkar Pena diminta berdiri dari tempat duduk.
Chayra, Ranasya, Kaevan diberikan penghargaan oleh ketua Lingkar Pena karena mereka terpilih menjadi juara dalam artikel yang mereka buat. Sedangkan Ardam mendapatkan penghargaan karena sikap kepeduliannya terhadap teman-temannya. Bukan hanya penghargaan atas sikap kepeduliannya namun, ia pun juga dinobatkan sebagai ketua dalam anggota baru Lingkar Pena. Sungguh tidak ada yang pernah menduga.
Sudut bibir Chayra menampilkan senyum simpul. Hari ini ia resmi menjadi anggota Lingkar Pena. Rasanya seperti habis bermain drama banyak adegan yang menguras emosinya hari ini. Tapi hari mungkin jadi kisah yang akan selalu Chayra ingat. Sebab pertama kalinya dalam sejarah kehidupannya, ia mengikuti sebuah organisasi.
"Oh, jadi seperti ini jika mengikuti organisasi?" batin Chayra dalam hati.
Malam semakin larut. Diiringi lagu dari Ipang yang berjudul sahabat kecil dan suasana lampu yang sengaja diredupkan serta lampu flash dari ponsel seluruh orang-orang yang berada di aula. Suasana malam ini menjadi lebih hangat dan bersahabat. Para senior yang awalnya berraut wajah sangar kini, menjadi seperti ibu peri yang di kirimkan oleh Tuhan. Banyak hal yang Chayra alami selama seminggu traning. Dan kini, ia bisa sedikit bernapas lega karena telah berhasil melewati kerikil-kerikil kesulitan saat training.