Lorong Fakultas Komunikasi yang menghubungkan dengan Fakultas Sains tampak ramai. Terlihat banyak mahasiswa sedang asik saling berbincang satu dengan yang lain. Chayra berjalan melangkah ragu melewati beberapa mahasiswa yang sedang duduk dipinggir lorong.
Melangkah dengan cepat tanpa melihat ke kanan dan ke kiri pandangan lurus. Karena, perasaan tidak nyaman selalu ia rasakan jika harus melewati lorong ini. Tatapan mata para mahasiswa langsung tertuju pada seseorang yang melewati lorong tersebut.
Bagaikan seorang model Chayra langsung ditatap oleh para mahasiswa yang berada di lorong.
"Hai Chayra!"
Suara tersebut sukses membuat Chayra terkejut. Saat itu, Chayra mendapati seorang cowok yang tiba-tiba saja berada dihadapanya membuat langkah kaki Chayra terhenti. Wajah Chayra berubah menjadi semakin kesal. Namun, cowok dihadapan Chayra malah tersenyum senang.
"Mau ke mana Ra?"
Chayra melirik cowok itu yang sudah berjalan di sampingnya. "Mau ke kelas lah!"
Chayra pun melangkahkan kaki dengan cepat tanpa memedulikan orang yang sedang mengajaknya berbicara. Ingin segera pergi dari lorong yang menghubungkan Fakultas Komunikasi dan Sains. Sebab para mahasiswa kini, semakin menatapnya dengan terang-terangan membuat Chayra tidak nyaman.
"Ra, tunggu!" pekik cowok tersebut. "Buru-buru banget sih," ucap cowok itu yang berusaha menyejajarkan langkah kakinya dengan Chayra.
"Gua udah terlambat Tafila. Lo masih bilang buru-buru banget?" Cowok yang mengenakan kemeja kotak-kotak dibalut kaus putih polos bernama Tafila tertawa renyah.
"Ya elah. Gua juga terlambat kali Ra, tapi gua selow."
Chayra melirik tajam ke arah Tafila. "Ya itu lo Tafila. Gua mah engga!"
Tanpa menunggu waktu lagi Chayra berlari ketika melihat lift Fakultas Sains mulai tertutup. Dengan cepat Chayra menekan tombol lift supaya tertahan.
"Eh Ra, tunggu!" Tafila berlari menyusul Chayra yang sudah masuk ke dalam lift.
TING!
Lift telah sampai pada lantai lima tempat kelas matakuliah Geografi Regional Indonesia berlangsung. Chayra dan Tafila berjalan beriringan.
Chayra Ainin Qulaibah gadis yang baik sesuai dengan arti namanya yaitu gadis yang memiliki kebaikan yang berasal dari hati yang suci. Iya, dia memiliki kebaikan yang tidak terhingga. Selalu baik pada semua orang meskipun, kebaikannya hanya dimanfaatkan. Chayra selalu memiliki prinsip setiap kebaikan pasti akan dibalas oleh Tuhan. Walaupun tidak sekarang bukan pada seseorang yang ia tolong.
Tafila memandang gadis yang bernama Chayra tersebut. Dirinya merasa beruntung bisa dipertemukan oleh Chayra. Manusia dengan sejuta kebaikan. Langkah kaki mereka pun mulai dekat dengan ruang kelas. Tafila menahan lengan Chayra memintannya untuk tidak masuk ke dalam kelas terlebih dahulu.
"Tunggu Ra, kita lihat dari luar dulu. Biasanya Bu Amira keluar kelas, kita tunggu beliau keluar baru kita masuk diam-diam ya?" ajak Tafila.
"Ta—"
Tafila menutup mulut Chayra. Ia menarik Chayra bersembunyi dari balik kerumunan mahasiswa yang sedang menunggu lift terbuka. Saat dirasa Bu Amira sudah berjalan menjauh menuju kantor jurusan. Tafila melepaskan tangannya dari mulut Chayra dan berjalan, sambil memastikan keadaan sekitar dan masuk ke dalam kelas.
Tafila masih mengengam tangan Chayra mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang masih tersedia. Nindya yang melihat Chayra melambaikan tangannya ke arah Chayra memberitahu bahwa ada kursi kosong yang masih tersedia di dekatnya.
"Cie Tafila," ucap Lisa yang pandangan matanya tertuju pada tangan Chayra dan Tafila. Saling mengengam. "Mau nyebrang ya?"
Ucapan Lisa sukses membuat Tafila dan Chayra menjadi pusat perhatian dan sayup-sayup ledekan. Chayra segera melepaskan genggaman tangan Tafila. Ia pergi begitu saja menuju kursi kosong yang terletak di belakang. Chayra duduk tepat di samping Nindya. Sedangkan Tafila masih terdiam di tempat.
"Sirik aja lo!" tutur Tafila. Ia pun berjalan menuju Chayra yang sudah duduk manis pada kursinya.
Tidak lama berselang Bu Amira masuk ke dalam kelas. Chayra dan Tafila mengeluarkan buku catatan serta pulpen masing-masing dan bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.
***
"Squat Jump sepuluh kali sekarang!"
"Tapi kak?"
"Ga ada penolakan. Lo sudah terlambat masuk masih mau mengelak?" ucap Siska dengan berkacak pinggang menatap Chayra dengan sinis. Dengan terpaksa Chayra menjalani hukuman.
"Nama lo siapa?" ucap Bara.
"Chayra Ainin kak."
Bara menganggukkan kepalanya. Sementara itu, Siska memeriksa nama Chayra dalam buku pelanggaran. Setelah menemukan nama Chayra dalam buku tersebut, Siska membisikkan sesuatu yang Chayra tidak ketahui. Tidak lama berselang Siksa pun berkata,
"Tiga kali terlambat serta tidak mengenakan pin pengenal kelompok." Dengan napas yang masih tersengal-sengal Chayra berdiri di samping Siska.
"Sudah sepuluh kali?"
"Sudah kak!" Siska menatap Chayra dari bawah sampai atas. Ia pun mempersilahkan Chayra masuk ke dalam aula. Chayra bergegas masuk ke dalam gedung aula untuk mengikuti hari terakhir traning. Belum sampai tiga langkah dirinya dipanggil oleh Siska.
"Kenapa kak?"
"Tanda pengenal lo lepas sini." Siska menunjuk pada tanda pengenal yang Chayra buat dari karton. Yang bertuliskan nama serta kelompok.
Chayra dengan ragu memberikannya pada Siska. Karena takut ditatap tajam oleh Siska. Dalam benak Chayra ada ya manusia segalak dia?
Setelah itu, dengan cepat Chayra masuk ke aula mencari di mana kelompoknya berada. Ia malas berurusan dengan Siska, petugas keamanan yang galaknya seperti singa.