Ada pepatah yang mengatakan bahwa sahabat itu layaknya tangan dan mata. Saat tangan terluka mata menangis, saat mata menangis tangan mengusap. Saling melengkapi tanpa merasa tersaingi. Kenalin gue Alyd, gue punya sahabat yang T-O-P banget. Namanya Kekentut Widya Kusuma Jaya Putra Sastra Negara Hardiningrat. Keren bukan? Nama kalian pasti kalah jauh. Kekentut Widya Kusuma Jaya Putra Sastra Negara Hardiningrat adalah sebuah nama yang gue dedikasikan untuk sahabat gue yang tak lain adalah K-E-N-T-U-T gue. Kenapa kalian gak terima nama kentut gue jauh lebih bermartabat daripada nama kalian? Please, kalian harus terima kenyataan ini.
Gue biasa manggil dia Keken. Kehadiran Keken bikin hidup gue berwarna. Dimana ada gue pasti ada dia, kita romatis walau kadang juga sadis. Pernah waktu itu pas jaman putih abu-abu, saat gue harus berurusan dengan kepala sekolah terkait kegiatan OSIS.
"Ada sponsor dari luar gak?" tanya Kepala Sekolah gue
"Masih direncanakan Pak" jawab gue santai
Seperti itulah kira-kira percakapan kami waktu itu. Tiba-tiba saat kami asik membahas masalah anggaran tak disengaja Keken keluar dengan suara yang sangat halus. Cesss. Gue yang tahu kehadiran Keken pasang muka stay cool. Pura-pura tidak terjadi apa-apa. Kepala Sekolah gue mulai merasa terganggu dengan kehadiran Keken. Batuk-batuk, sesekali menutup hidungnya dengan tangan.
"Bapak sakit?" tanya gue polos, lebih tepatnya pura-pura polos
"Ambil dana dibagian keuangan" kata beliau buru-buru
"Siap Bapak, terimakasih"
Wajah gue sumringah luar biasa. Ibarat minum es ditengah Gurun Sahara. Gue keluar ruangan sambil tak henti-henti ngucapin terimakasih. Pas gue buka pintu, langkah gue terhenti. Deg.
"Lyd, buanglah kentut pada tempatnya. Sumpah dada saya sesak. Kentut mu silent but deadly"
Gue nyengir menahan malu.
Kabar tentang kepala sekolah yang gue kentutin menyebar hingga sudut-sudut kelas. Setelah kejadian itu, gue dan Keken kembali berulah. Waktu itu pas jam terakhir, kelas gue ulangan PKN. Suasan panas terik, konsentrasi gue benar-benar pecah. Kali ini ulangan dengan 25 soal isian. Materi tentang undang-undang, pasal, dan apalah gue sama sekali gak paham karena saking lapar dan panasnya. Gue pasrah. Gue lemah dalam menghafal, tapi tidak untuk menghafal namamu #aseek.
Suasana hening. Teman-teman mengerjakan dengan serius. Sementara Gue? mainin bolpoin penuh kepasrahan.
"Lyd sudah selesai?" tanya Bu Titik
"Hehe belum Bu" jawab gue santai
"Kok senyam-senyum lagi bahagia to?"
"Gak kok Bu, anu Bu saya..itu Bu..anu.."
Tiba-tiba mulut gue terkunci, mata gue melotot. Reflek. Keken keluar dengan kerasnya. Duutt.. Udara seketika berubah, semula segar menjadi busuk tak tertahankan. Suasanapun ikut berubah, dari yang hening menjadi gemuruh tak beraturan. Kertas yang semula tertindih bolpoin kini melayang mengusir bau tak sedap. Mantap.
Gue lega, akhirnya Keken keluar dengan dasyatnya setelah dua hari dia menghilang entah kemana. Keken gue rindu. Kitapun berpelukan layaknya sahabat yang lama tak bertemu. Keken sesenggukan menahan haru, sementara gue dan teman-teman sesenggukan menahan bau.
Berkat kehadiran sahabat sejati gue ulangan dibatalkan. Otomatis gue riang gembira. Bu Titik yang gak tahan aroma Keken buru-buru keluar kelas setelah menceramahi gue panjang kali lebar. kini gue percaya, selalu ada jalan bagi hamba yang belum belajar saat ulangan. Thanks Keken, berkat elo ulangan ditunda hatipun bahagia. Haha.