Loading...
Logo TinLit
Read Story - Temu Yang Di Tunggu (up)
MENU
About Us  

Apa kalian tahu apa yang terburuk dari menjadi terbiasa akan kehadiran seseorang? Rasa kehilangan yang begitu hebat saat orang itu memutuskan untuk pergi.
~

Hari ini tepat 2 bulan setelah kejadian yang cukup memalukan itu—di sidang di tengah lapangan di depan banyak orang. Semenjak hari itu, aku kehilangan kebebasanku. Setiap kali aku melakukan sesuatu yang biasa di lakukan oleh para remaja seusiaku, orang-orang akan bergunjing tentangku dengan membawa embel-embel statusku yang sudah bersuami. Aku tidak terlalu mempermasalahkan pendapat orang-orang tentangku, selagi aku masih memiliki Eca dan Davin di sisiku. Tapi semenjak saat itu juga, sebagian hatiku seakan hilang. Hari-hariku tak berwarna lagi. Tak ada gurauan receh atau godaan lucu dari Kenzo Kalandra. Bukan karena dia yang mulai menjauhiku dan tidak ingin bicara denganku lagi, tapi dia benar-benar menghilang dari kampus ini.

"Bengong aja Ta, di panggil Devan tuh dari tadi" ucap Eca mengejutkanku.

Dengan malas aku bangkit dari kursiku, untuk menemui Devan di depan kelas. Seperti biasa.

"Apa?"

Devan menggaruk tengkuknya yang kuyakin tidak gatal.

Aku mengehembuskan nafas pelan, Hah...sudah biasa.

"Ngga bisa pulang bareng karena mau ngaterin Luna lagi?" tebakku yang membuat Devan tersenyum kikuk.

Setelah kejadian dua bulan lalu, Devan memang masih saja tidak berubah. Dia masih saja memprioritaskan Luna di atas segalanya. Meskipun semenjak saat itu kami sering pulang bersama, namun menurutku hubungan kami sama sekali tidak ada kemajuan. Dan untunglah bibit yang Devan tanam tidak berkembang menjadi embrio yang akan mengharuskan kami untuk saling terikat. Jujur saja, kuakui masih ada sedikit rasa kecewa di benakku, saat Devan lebih mementingkan Luna. Tapi entah mengapa rasa sakit yang teramat sakit itu tidak pernah hadir lagi. Entah karena sekarang aku sudah mulai terbiasa di nomor sekian kan, atau karena aku sudah tidak mencintai Devan lagi.

"Kamu bareng Davin aja yah" usul Devan.

Seperti biasa.

Aku menatapnya jengah "Ngga, Davin ada eskul bola. Ngga enak kalau dia terus-terusan telat karena nganterin Tata"

Itu lah Devan, selalu saja membebankan tugasnya kepada adiknya hingga terkadang aku merasa sepertinya Davin lah yang menikah denganku.

"Terus naik apa?" sifat pura-pura perhatiannya muncul lagi.

"Angkot banyak" jawabku sedikit ketus.

Devan mengeluarkan dompetnya, dan mengeluarkan selembar uang bernilai seratus ribu "Nih, naik taksi aja. Ngga sehat kalau naik angkot, polusi udara".

"Maksud ngana?" protesku dalam hati.

Aku menatap tajam Devan yang selalu saja mengakhiri semuanya dengan uang, sedangkan Devan menatapku dengan tatapan bingung. Entah kenapa aku mulai tidak perduli dengan apa yang ada di fikiran Devan, jadi aku memilih untuk meninggalkannya dengan uang yang masih di pegang olehnya.

°°°°

Ini seperti dejavu, sore ini aku kembali berjalan menyusuri jalan raya dengan di iringi air hujan yang terus menerus berjatuhan membasahi pakaianku. Lagi-lagi Kenzo hadir dalam fikiranku. Berbagai macam prediksi dan pertanyaan konyol mulai muncul dalam benakku.

"Akankah Kenzo tiba-tiba saja muncul dan menarik tanganku lagi untuk mencari tempat berteduh?" Setikdaknya pertanyaan sekaligus harapan itulah yang hadir dalam benakku.

Bruk!!

"Awhsss" ringisku saat aku terjatuh karena tak melihat ada gundukan batu yang tergeletak di tempatku berpijak tadi.

"Lagi lagi kayak gini. Ngga sayang sama badan sendiri?" suara yang terdengar sedikit berat itu membuat tubuhku menegang.

Suaranya terdengar seperti suara Devan, namun dengan sedikit getaran yang terdengar cukup jelas.

Karena rasa penasaran, aku menoleh ke arah belakang, tepat di mana suara itu berasal. Dan betapa terkejutnya aku saat kudapati seorang pria dengan penampilan yang tidak seperti biasanya. Ada rambut halus di dagunya, beserta seperangkat kumis tipis di bawah hidungnya. Rambutnya juga tidak serapih saat pertama kami bertemu. Pesonanya telah redup, di tambah dengan baju yang sudah lusuh karena terguyur air hujan.

"Kak Ken" lirihku. Aku bahkan tidak mengenali suaranya tadi. Suara Kenzo biasanya selalu lembut dan terdengar ceria, namun kali itu suaranya terdengar parau dan syarat akan kefrustasian.

Kenzo berjongkok dan memakaikanku sepatu yang sempat terlepas saat aku tersandung tadi. Aku yang masih terkejut akan kehadirannya, hanya bisa menerima perlakuannya. Dia lah Kenzo, seseorang yang tak pernah membuatku kecewa akan ekspektasiku.

Kenzo menatapku sendu "lo jangan kayak gini lagi"

Aku tidak merespon apapun. Aku sibuk memperhatikan wajah Kenzo, guna memprediksi apa yang ada di fikirannya "Apa saat itu juga Devan yang terlantarin lo sampai kayak gini?"

Deg!

Pertanyaan itu seperti sebuah pukulan telak yang tepat sasaran. Hatiku terasa tersayat saat pertanyaan itu di lontarkan oleh Kenzo, padahal biasanya aku akan baik-baik saja saat aku menyadari fakta itu.

"Kak..." lidahku kelu, saat di hadapkan oleh orang yang telah kuhancurkan hatinya.

Kenzo menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri, seolah memberiku isyarat agar aku diam "Lo ngga perlu minta maaf atau ngomong hal ngga guna lainnya. Gue kacau karena emang ini pilihan gue, bukan karena rasa sakit yang gue terima saat itu".

Aku terdiam dan menatap Kenzo sendu. Perasaanku kali ini benar-benar bercampur jadi satu, hingga aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kali ini Kenzo juga tak menarik tanganku dan membawaku ke tempat teduh, dia justru membiarkan dirinya untuk ikut bermandikan hujan bersamaku.

"Gue ngga pernah punya perasaan ke seseorang sebesar ini Aulia. Dan gue juga belum pernah ngerasain sakit yang sesakit ini. Maaf, gue ngga bisa matiin perasaan gue" suara Kenzo semakin bergetar, matanya juga memerah. Aku bisa melihat jika Kenzo memanfaatkan hujan sebagai kamuflase air matanya.

Kenzo menghela nafas, berusaha menenangkan perasaannya yang tengah menggebu-gebu "Dengan melihat lo yang kayak gini, membuat perasaan egois gue muncul Aulia. Sekali lagi gue minta maaf, tapi gue ngga mau mundur meskipun janur kuning udah melengkung"

Aku tertawa karena ucapan Kenzo yang seperti gurauan, sekaligus karena ada rasa bahagia yang tiba-tiba saja hadir di dalam lubuk hatiku. Dia masih Kenzo yang aku kenal. Senior konyol yang sangat memperhatikanku. Tanpa kendali, tubuhku bergerak sendiri dan memeluk tubuh Kenzo. Aku merindukannya.

Kenzo melepas pelukan itu lebih dulu. Dia menatapku dengan tatapan tak percaya "lo setuju?" tanyanya.

Aku mengangguk pasti. Kali ini aku tidak akan menyia-nyiakan seseorang yang membuatku merasa di cintai.

Akhirnya senyuman manis nan lembut itu kembali terbit di bibir Kenzo. Dia kembali memelukku sebentar lalu membantuku berdiri.

"Sekarang kita resmi yah. BTW aku siapa kamu nih?" tanyanya dengan semangat 45.

Aku tersenyum "Terserah kakak"

"Presiden kamu aja gimana?"

Hah? Aku mengira jika Kenzo hendak menjadi pacarku.

Aku mengernyit bingung "Kok gitu?"

"Devan kan suami kamu. Kamu juga bilang punya pacar tapi ngga ada kabar. Jadi aku mau jadi presiden kamu aja deh, yang mimpin kamu. Bahkan suami kamu juga ngga bisa ngelarang aku"

Aku tertawa. Ini lah yang membuatku merindukannya.

"Langsung aku kamu nih ceritanya?" tanyaku, sedikit menggoda.

"Iya dong. Kamu kan spesial ngga pakai telor. Harus beda dari yang lainnya"

Aku terkekeh "Suara kak Ken udah berubah lagi kayak biasanya. Padahal tadi berat dan sedikit bergetar suaranya"

Kenzo mengelus kepalaku yang tertutup kerudung dengan sayang "Tadi aku kelewat sedih karena tiba-tiba bisa ngeliat kamu lagi. Aku pikir tadi aku mimpi"

Aku termenung, begitu takjub pada ketulusan hati Kenzo. Dia bahkan rela meneteskan air matanya demi seorang perempuan seperti aku.

"Kita basah kuyup gini, mending beli baju dulu yuk" ucap Kenzo sembari menarik tanganku dan membawaku ke mobilnya yang tidak jauh dari sini.

"Tapi nanti ke barber shop sekalian" ucapku, ketika kami sudah berada di mobil Kenzo.

"Kenapa?"

"Kak Ken lusuh banget"

Kenzo menghentikan mobilnya sebentar lalu mulai merapihkan rambutnya yang sedikit memanjang hanya dengan perkiraan, tanpa melihat ke kaca mobil "Ini udah kayak artis Hollywood tahu! Kayak Brad Pitt gini kok"

Aku terkekeh "Iya sih, cuma kesannya jadi hot daddy gitu. nanti aku di kira jalan sama om om. Kan aku tuh sukanya gaya Korea yang cute tapi keren"

Kenzo menoleh ke arahku lalu tersenyum lembut. Lagi-lagi dia menaruh tangannya di atas kepalaku lalu mengusap gemas.
"Iya deh, apa sih yang enggak untuk rakyat spesialnya Kenzo"

Aku tersipu malu. Baru kali ini aku menjadi spesial bagi seseorang. Ricko tidak masuk hitungan, karena dia tidak selembut Kenzo. Lagipula dia sudah meninggalkanku tanpa sepatah katapun.

"Kak Ken besok harus kuliah lagi yah" pintaku dengan suara sedikit manja. Aku memang seorang gadis manja, hanya saja terkadang aku harus berpura-pura dewasa saat berhadapan dengan Devan, agar tidak semakin di sepelekan.

"Iya sayang" ucap Kenzo sebelum melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (8)
  • Madesy

    lanjut donk.. gak sabar nihhh

    Comment on chapter Sisi lain
  • Sean_Ads

    Aha! My lovely new story ^^

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • margareth_sartorius

    The best version of yours

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • minata123

    Romance komedi seleraku

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • avalolly

    Lanjutkeun!!

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • landon123

    Such an awesome work, Fighting gurll!!
    Gue harap lo ga berhenti tengah jalan cuma karena ga ada pendukung baru, cerita lo seru ko jadi harus PD dan jangan kehilangan mood'y

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • Tarikhasabis

    Suka banget sama gaya penulisan kakak, kaya semi baku gitu, jadi bikin nyaman di baca dan ceritanya juga menarik banget. Aku suka banget sama cerita yang alurnya sakit dulu baru bahagia. Pokok nya nyesek momentnya kerasa banget di cerita ini, salam hangat dari Tarikha untuk author tercinta. Ngomong-ngomong kapan update lagi kak? Trus cerita Vanilla ice cream apa nggak niat untuk di lanjut? Padahal aku penasaran loh

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • neogara

    Bagus! Enak di baca. Lanjut terosssss... Semangat nulisnya

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
Similar Tags
What If I Die Tomorrow?
391      250     2     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Forbidden Love
9458      2009     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
The Past or The Future
433      345     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Dear You
15088      2596     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Search My Couple
525      294     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Letter From Who?
467      323     1     
Short Story
Semua ini berawal dari gadis bernama Aria yang mendapat surat dari orang yang tidak ia ketahui. Semua ini juga menjawab pertanyaan yang selama ini Aria tanyakan.
The Cherlones Mysteries (sudah terbit)
12203      2204     13     
Mystery
Chester Lombardo dan Cheryl Craft tidak pernah menyangka kalau pembunuhan trilyuner Brandon Cherlone akan mengubah hidup mereka untuk selamanya. Selain bertemu dengan tiga sosok keluarga Cherlone yaitu Don, Sarron, dan Farah, mereka juga ikut menyingkap berbagai misteri dahsyat di dalam keluarga tersebut, selama 12 jam. Cerita ini menjadi pembuka kisah perdana dari Duo Future Detective Series ya...
Rindu
388      281     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Gue Mau Hidup Lagi
391      253     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
love like you
437      309     1     
Short Story