Shevana melirik malas saat sudah kesekian kalinya ia bertanya namun selalu di acuhkan oleh Leon.
”Tak bisakah? hanya memberi tahuku saja, mengapa sesulit itu."
”Nanti kau akan tahu sendiri, Ana.. " lagi.. Jawaban itu lagi yang selalu Leon katakan.
Akhirnya shevana memilih diam. Dia malas berbicara lagi. Hingga akhirnya mobil berhenti di sebuah mansion besar, membuat shevana menautkan alisnya bingung.
"Untuk apa kita ke mansion besar ini?" Leon hanya meliriknya sebentar lalu turun membuka kan pintu untuk shevana.
Meski bingung, shevana tetap mengikuti langkah besar lelaki itu. Sampai akhirnya, Leon membuka suaranya yang cukup membuat shevana mendelik tajam.
"Ini mansion orang tua ku. Mereka mengundangku untuk makan malam, sebab itulah kita berada disini sekarang." jelas leon yang sedari tadi hanya diam.
Shevana memandangnya tidak percaya. Dia menatap tajam lelaki yang suka semaunya sendiri itu.
"Demi Tuhan Leon.. Kenapa kau tidak memberi tahu ku dari tadi. Tahu begini aku tidak akan menerima tawaran mu meski dengan bonus besar." ucapnya membuat Leon meringis.
"Itulah alasan mengapa aku tidak memberi tahumu. Aku yakin kau pasti akan menolak, bahkan sebelum aku mengutarakan niatku." Shevana memejamkan matanya kesal.
Sebelum dirinya kembali mengoceh, seruan dari dalam mansion membuatnya harus menahan semua kata mutiaranya.
Dia menoleh ke arah leon dengan tatapan bertanya.
Leon hanya tersenyum tipis menanggapi itu, membuat shevana mati-matian menahan diri untuk tidak mengumpat nya.
"Leon.. Akhirnya kau pulang nak, mommy merindukan mu kau tahu." ucap wanita paruh baya yang langsung memeluk Leon dengan senangnya.
Dari sini. Shevana bisa tahu, jika wanita cantik yang sudah berumur ini adalah ibunya, orang tua Leon.
"Aku tahu, hanya saja Leon banyak pekerjaan mom, ini saja leon baru kembali dari Paris pagi tadi." jelasnya beralasan.
"Kau selalu banyak alasan." balasnya, kemudian menoleh saat menyadari jika Leon tidak datang sendiri.
"Gadis ini.. Dia siapa Leon?"
Leon menoleh kearahnya, "Dia Shevana mommy, sekretaris pribadi Leon." jedanya melirik sekilas ke arah Shevana yang terlihat gugup.
"Ah ya.. Perkenalkan saya shevana Mrs. Stevano, panggil saja Sheva." ucap shevana memperkenalkan diri.
Wanita paruh baya itu tersenyum hangat, ''Saya Clara, mommynya Leon." balasnya.
Shevana mengangguk kaku.
"Ayo masuk sheva, jangan sungkan ya." ucap Clara mengiringnya masuk di ikuti Leon di belakangnya.
Leon mengelengkan kepala, yang anaknya siapa, yang di gandeng siapa? Tetapi, jauh di lubuk hatinya ia senang melihat binar mommynya memandang Shevana sayang. Shevana juga terlihat ramah dan sopan bersama mommynya, membuatnya bahagia bisa melihat dua malaikatnya berjalan beriringan.
Barusan dia mengatakan apa? Sudahlah biarkan saja.
Tidak ada salahnya berharap pada seseorang kan?
Semoga saja..
***
Shevana merutuk dalam hati. Mengapa Leon tidak mengatakan jika ini bukan hanya sebuah acara makan malam? Bahkan, Lebih tepatnya, ini bisa di katakan seperti acara keluarga.
Banyak sanak saudaranya yang datang kemari. Membuat shevana kikuk setengah mati.
"Ayo di makan Sheva, jangan sungkan." ucap Clara yang menyadari kecanggungan dirinya.
Shevana mengangguk, dia tersenyum tipis menanggapi itu.
"Biasanya kau akan makan banyak, Mengapa sekarang sedikit sekali?" ungkap Leon yang membuat shevana ingin sekali menendangnya menggunakan sepatu tingginya.
Shevana menatapnya tajam, ”Tidak bisakah kau diam? Jangan ribut." ucapnya pelan.
Leon mengedik santai, "Aku kan hanya bertanya. Jangan Menatap ku begitu, matamu bisa copot nanti." Shevana memejamkan matanya kesal.
Lelaki ini.. Benar-benar!!
"Anda sangat menganggu, Sir." desisnya kesal.
Leon mengalihkan pandangannya, "Apakah kalian merasa terganggu?" tanyanya kepada anggota keluarga nya yang di balas gelengan kecil mereka.
Melihat itu membuat Shevana menutup wajahnya kesal.
Dasar Singa menyebalkan!
"Mengapa kau terlihat bodoh. Astaga.. Kemana perginya kepintaranmu itu." balas Shevana berdecak. Membuat mereka yang menyaksikan terkekeh mendengar geraman shevana.
Habis sudah kesabaran Shevana, dia tidak lagi memperdulikan tatapan kaget bercampur binggung mereka yang mendengar ucapan shevana, yang terdengar seperti bukan sedang berbicara antara atasan dengan bawahannya. Membuat yang lainnya berfikir lain tentang kedekatan antar mereka.
"Tidak usah heran, Sheva. Terkadang, dia memang idiot." Jawab Seno, salah satu pria yang mengenalkan dirinya sebagai Sepupu Leon.
Shevana balas menatapnya, "Yeah.. Dia memang idiot." mereka semakin tertawa melihat raut muka Leon yang kesal di buatnya.
"Apa kalian tidak punya etika? Membicarakan seseorang yang sudah jelas ada di hadapan kalian."
Sebelum sempat membalas, Evan Daddy Leon sudah lebih dulu angkat bicara.
"Sudah, sudah. Jangan meributkan sesuatu yang tidak penting. Dan kau Sheva.. Makanlah yang banyak, kau terlihat sedikit kurus. Apa Leon tidak memberimu makan?" ucapnya yang di balas decakan malas Seno.
"Paman sendiri bertanya yang tidak penting pada Sheva, mengapa melarangku tadi? "
Evan hanya meliriknya sekilas.
"Tidak usah pedulikan dia. Mari makan." ucapnya mengakhiri perdebatan kecil mereka.
Shevana merasa asing dengan suasana ini. Rasanya.. Dia sudah lama tidak merasakan yang namanya hangatnya keluarga.
Leon Yang melihat keterdiaman Shevana, mengengam tangan mungilnya yang berada di bawah meja. Shevana menoleh terkejut menatapnya.
Leon berbisik pelan, "Kau bisa menganggap mereka seperti keluargamu, jangan menunjukkan muka suram mu disini." jedanya, "Mereka bisa merasakanmu nanti."
Sesaat, Shevana tertegun mendengar ucapan lelaki arogan yang mengengam tanganya kini. Tetapi ia tetap merasa jengkel mendengar kalimat tengah Leon yang membuatnya sedikit kesal.
"Kau selalu saja ingin mengajakku kelahi. Enyahlah dariku." balasnya berbisik, lalu kembali menarik tanganya.
Leon terkekeh pelan mendengar nada ketus itu. Dia selalu suka melihat raut wajah Shevana yang terlihat imut saat memberengut sebal.
Mereka yang sedari tadi melihat interaksi antara mereka berdua pun, di buat gemas dengan tingkah mereka yang selalu saja meributkan sesuatu yang sebenarnya hanyalah masalah sepele.
Sekilas, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat serasi.
***
Jadilah Reader yang baik Dan dukung penulis dengan Klik tanda 👍 jika anda menyukai karya saya😊. Terima kasih dan selamat membaca😊..
@R_Quellaiya..
Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2