Aku sangat bahagia Wonshik membelikanku semua lukisan yang aku pilih tadi. Bahkan Wonshik berjanji padaku untuk bertemu dengan pelukisnya. Pikiranku salah selama ini yang menganggap Wonshik jahat. Kenyataannya Wonshik adalah sosok cowok yang baik dan sopan. Selama jalan denganku tidak pernah sedikit pun Wonshik berbuat jahat padaku. Sudah banyak yang dia lakukan dan belikan padaku. Selain lukisan-lukisan itu dia juga memberikanku kalung dan membayar semua belanjaan Lulu. Jika aku membuka hatiku dengannya,apakah Jackson tidak akan marah padaku. Padahal Jackson baru saja meninggalkanku tetapi aku membuka hatiku untuk cowok lain.
"La,kok diam aja? Kenapa? Loe lapar?", tanya Wonshik membuyarkan lamunanku
"Nggak kok,hanya sedikit lelah saja", ujarku berbohong
"Mau kita mampir ke kafe dulu? Sekedar makan cemilan, atau mau langsung ke hotel?"
"Hotel? Gua nginap di rumah tante namanya Aunty Sarah. Boleh kita mampir ke kafe dulu,sekalian gua mau beli makanan buat Aunty Sarah"
" Oh,kirain gua nginap di hotel sama Lulu. Jangan lupa beli buat Lulu juga nanti dia ngambek lagi kalau nggak dibeliin juga"
"Wonshik,sekali lagi gua minta maaf soal kelakuan Lulu ya. Bisa-bisanya dia minta loe bayarin semua"
"Mau sampai kapan loe minta maaf terus,khan gua udah bilang tadi,nggak masalah,toh nanti Lulu juga bakal jadi adik ipar gua. Udah jangan dipikirin ya", sahut Wonshik sambil memegang tanganku. Biasanya aku langsung marah Wonshik memegang tanganku,tetapi kini aku membiarkannya.
Akhirnya kami sampai ke salah satu kafe. Kata Wonshik ini adalah kafe favoritnya. Semua makanan dan minuman disini enak semua. Aku membiarkan Wonshik yang memilih makanan dan minuman yang kita makan disini dan yang nanti kita take away.
"Kafenya bagus,gua suka"
"Iya,kafe disini emang beda dengan kafe pada umumnya. Makanya seperti yang tadi gua bilang ini kafe favorit gua"
"Sepertinya ini juga bakal jadi kafe favorit gua. Selain itu makanan dan minumannya juga enak. Makasih banyak ya Wonshik"
"Syukurlah loe juga suka. Tadinya gua kira loe nggak bakal suka,karena kafe ini sangat tradisional sekali"
"Justru gua suka. Bosan kalau kafe berbau modern terus", sahutku tersenyum
"Loe kalau senyum tambah cantik La. Jangan marah ya,gua bilang gitu bukan mau gombal tetapi itu nyata"
"Hahahahaha,iya,siapa yang bakal marah"
"Habis,sebelum-sebelumnya loe pasti marah kalau gua bilang seperti itu"
"Iya,habis loe dulu nyebelin sih"
"Jadi sekarang gua udah nggak nyebelin lagi khan?", goda Wonshik padaku
"Kata siapa? Masih kok"
"Wuaduh,berarti gua belum berhasil dong", sahut Wonshik dengan wajah sedih
"Berhasil gimana?"
"Nggak jadi deh,mending kita fokus makan aja"
"Ih,kok gitu"
"Nanti aja kalau sudah waktunya aja,waktu dimana loe sudah membuka hati buat gua", ujar Wonshik dan itu membuatku kaget
Aku memilih diam dan tidak menanggapi perkataan Wonshik karena jujur aku bingung harus menjawab apa. Ingin rasanya aku membuka hati untuk Wonshik tetapi aku tidak mau membuat Jackson kecewa karena Jackson baru saja pergi meninggalkanku selamanya. Aku mau membuka hatiku untuk Wonshik jika sudah siap seratus persen melupakan Jackson.
"Akhirnya kita sampai juga di rumah Aunty Sarah"
"Ayo,loe masuk dulu,kenalan sama Aunty Sarah"
"Besok aja deh La,sudah malam. Salam aja buat Aunty Sarah"
"Oke deh,janji ya besok loe bakal datang lagi"
"Iya janji,besok gua bakal datang lagi"
"Makasih untuk hari ini. Hati-hati di jalan"
"Iya La,nanti kalau gua sampai boleh gua telpon khan"
"Iya,boleh kok"