Oke, Hamka bersikap aneh. Karena dia mengijinkan aku ikut inspeksi diam-diam ini meski harusnya tidak ada pejabat OSIS selain Yuki yang ikut. Aku bersyukur, meski agak jengah dengan Kak Junna yang baru saja membeberkan pengamatan ala detektifnya untuk mengungkap rahasiaku, rahasia kami.
Yah, meski cuman sebentar, aku jadi punya alasan ketemu Rey waktu istirahat.
Setelahnya, dia menanyakan soal Fisika yang mungkin keluar untuk Quiz. Kelasnya dapat jadwal Fisika setelah kelasku dan nilai Fisikaku lebih bagus darinya. Aku menunjuk Bab yang kemarin dibahas. Dia meninju bahuku.
“Iya kalo itu monyet juga tahu, nyet!”
“Lha, kalau kamu nanya sementara kamu tahu, berarti siapa yang monyet?”
Hamka diam dan memberi pandangan hina ke wajahku sambil meninju bahuku berkali-kali. Beberapa teman di sekitar bangkuku terkekeh mendengarnya.
“Seriusan, kasih tau lah Lar!” Mahar, yang duduk di depan ikut nimbrung pembicaraan kami.
“Aku bukan dukun, gimana bisa tahu?” balasku.
“Yah, dikira-kira kek…”
Aku mendengus dan menggeleng. Kebiasaan murid Indonesia dimanapun mereka berada: Malas berpikir untuk diri sendiri!
Aku pun menunjuk beberapa soal latihan dasar di buku. Tapi mengingat Pak Ali yang mendewakan Albert Einstein dan hobi menyisipkan soal jebakan dimanapun dan kapanpun…Serius, dia selalu menunjuk satu orang maju ke depan dan menyuruhnya mengerjakan soal tersebut. Soal itu padahal soal untuk mahasiswa, mungkin jurusan Teknik atau Fisika MIPA, kontan yang mengerjakan bingung setengah mati di depan.
“Paling ada jebakan lagi, ati-ati aja kalo ada soal yang kelihatannya terlalu gampang atau terlalu susah.”
“Nah, nah, itu gimana?” tanya Umar yang duduk di sebelah Mahar bersemangat.
“Ya….nggak gimana-gimana. Mau dikerjain atau nggak juga terserah….toh biasanya cuma satu dua soal.”
Perkiraanku sedikit meleset. Kuisnya hanya 3 soal. Soal essay, dan harus memakai rumus turunan. Kami diperbolehkan melihat buku, tapi tetap saja, semakin lama mengerjakan, keringat anak sekelas semakin banyak menetes. Bahkan kulihat si Juara Kelas kami, Lukman, yang duduk di depanku, berpikir keras sampai seragamnya basah di bagian punggung.
Aku berniat menyelesaikannya secepat mungkin karena ingin menyimpan tenaga, berjaga-jaga untuk kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan ketika inspeksi, tapi rasanya nggak mungkin.