Istirahat tanpa kami sadari tiba dengan cepat. Sedang musim ulangan harian, makanya waktu kami habis untuk mengerjakan soal. Meski sebenarnya, kepalaku penuh dengan apa yang akan kami temukan nanti waktu inspeksi, jadi konsentrasiku terpecah sedikit. Banyak teman sekelas yang terlihat kesulitan mengerjakan ulangan biologi kali ini. Aku mengerjakannya pelan-pelan. Yuki mematahkan semangat teman-teman sekelas karena banyak bergerak, Itupun untuk membolak-balik kertas ulangan. Gerakan lainnya adalah bolpoinnya yang menulis tanpa henti. Kontan saja banyak yang menyangka Yuki seakan tahu jawaban paling benar untuk ulangan kali ini. Aku tersenyum, tanpa itu pun, sebenarnya semua sudah tahu prestasi Yuki yang tidak luput dari prestasi akademis.
Bu Iin, yang mengawasi kami bagai elang mencari mangsa (baca: murid yang curang), mengatakan dengan suara berwibawa, “Lima menit lagi.”
Kontan beberapa anak memekik kaget dan dengan tergesa-gesa berusaha mengisi semua kolom jawaban. Karena paling tidak mereka akan mendapat nilai karena usaha mereka menulis.
Aku tinggal menambahkan ilustrasi gambar lambung pada sistem pencernaan. Untung tepat waktu. Karena sebelum bel berbunyi, Bu Iin sudah bangkit dari tempat duduk dan berdiri di hadapan Friska, yang duduh di barisan terdepan di tengah. Posisi terburuk, dia berkeringat banyak sekali dan sebisa mungkin selalu menunduk.
“Waktu habis!”
Segera, semuanya dengan berat hati meletakkan bolpoin. Hanya Yuki yang sudah meletakkannya sejak tadi. Aku lupa mengisi nama, jadi kutambahkan nama, dan kusodorkan kertas jawaban ke Adimas yang ada di depanku. Begitu juga yang lainnya, yang sudah hafal cara kerja Bu Iin. Kumpulkan ke murid di depan masing-masing. Kemudian yang paling depan akan menyerahkannya ke Bu Iin. Aku sedikit meringis melihat Friska dengan lesu meletakkan kertas ulangan ke hadapan Bu Iin.