Saat mos, dalam sebuah ruangan auditorium kampus FK UDI yang cukup megah, bisa dilihat dari perlengkapan musik yang terletak di depan panggung dan banyaknya speaker-speaker yang bergelantungan di langit, gua sedang menopang punggung gua di sebuah dinding pojokkan ruangan itu. Gua melihat ke sekeliling dimana banyak sekali teman-teman gua yang mondar-mandir ke sana kemari bersama dengan temannya mengobrol dengan riang dan terlihat menyenangkan. Begitu irinya gua melihat mereka itu. Alih-alih untuk punya teman, daritadi tak ada seorangpun yang mau mengajakku ngobrol.
Inginnya gua mengajak satu orang acak untuk berbicara, tetapi gua tak bisa mengumpulkan kekuatan untuk melakuan hal tersebut. Gua terlalu malu untuk memulainya. Mungkin, itu hanyalah hal sepele bagi kebanyakkan orang, tapi bagi gua itu adalah sebuah tantangan besar seperti mendaki gunung yang sangat tinggi. Gua benar-benar payah. Bagaimana bisa gua mengatakan kalau diri gua itu model terkenal kalo kenalan dan ngajak temen baru ngobrol aja gak bisa. Payah !
Tak lama setelah itu, gua melihat ke arah sekeliling dan ternyata semua mahasiswa telah berbaris dengan rapihnya sesuai dengan warna kalung nametag menunggu instruksi selanjutnya dari kakak kelas. Gua akhirnya melangkahkan kaki gua dari pojokkan ruangan itu dan mencari warna kalung nametag yang sama dengan kalung gua. Saat mos ini, warna kalung menunjukkan kelompok agar memudahkan mencari teman satu kelompok.
Tak butuh beberapa lama, akhirnya gua menemukan barisan kelompok gua. Sepertinya, gua orang terakhir yang memasuki barisan sehingga tak ada satupun dari kelompok gua yang menyadari kehadian gua.
"Cepat, Dek ! Baris sesuai kelompoknya, ya ! Yang paling depan langsung jadi ketua kelompoknya ! Untuk ketua tolong ambil kertas dan catat nama temen-temennya, ya !" Ucap kakak kelas pemandu mos dengan sedikit berteriak.
Gua hanya mendengarkan saja perintah itu mengingat gua bukan ketua kelompok lalu melihat keadaan sekeliling. Gua menyadari kalau teman-teman gua satu angkatan ternyata banyak sekali. Walau sudah mendengar kalau satu angkatan gua itu akan berjumlah 284 orang tetapi saat melihatnya secara langsung di lapangan, rasanya sangat berbeda sekali dengan saat SMA. Ketika gua masih dengan asyiknya melihat-lihat sekeliling, tiba-tiba gua melihat sesosok lelaki dari sudut mata gua sedang berdiri di samping gua dan melihat ke arah gua.
Gua langsung refleks melihatnya dan bingung sendiri. Mau apa dia sampai melihat gua serius kayak gitu. Itulah yang ada dalam benak gua sekarang. Lelaki tersebut berperawakan sedang dengan tubuh yang biasa-biasa saja. Ia tak terlalu gemuk maupun kurus, mengenakan nametag dengan warna yang sama seperti gua, dan memegang sebuah kertas dan pen. Setelah gua berpikir, gua rasa dia ingin meminta tanda tangan gua sehingga gua berkata,"Mau tanda tangan ?" padanya.
Mendengar ucapan gua, ia tampak mengerutkan keningnya. Alis matanya naik sebelah dan ia malah makin tampak bingung. Ia lalu berkata,"Gak, kok ! Gua cuma mau nanya nama lu. Gua ketua kelompok lu soalnya.".
Mendengar ucapannya, gua malah lebih bingung lagi. Masih ada ya orang yang gak tau diri gua itu siapa. Gua seperti menemukan manusia langka yang sudah hampir punah.
"Lu gk tau siapa gua ?" Tanya gua padanya dengan penuh ketidakpercayaan.
Lelaki tersebut langsung mengangguk aja terus nyeletuk,"Kagaklah ! Kalo lu artis atau orang terkenal baru gua kenal !". Gua benar-benar heran kenapa nih mahluk bisa mengatakan hal ini dengan sebegitu yakinnya.
Tanpa buang waktu, gua langsung menjawab,"Gua model terkenal, sih ! Bisa ya lu gak tau gua.".
Lelaki tersebut kemudian nyeletuk lagi,"Gak ! Kalo gua belom kenal, berarti lu gak terkenal ! Lu baru bisa bilang lu itu terkenal kalo udah kayak si Jeniffer Lan, Olivia Amori, atau David Anger gitu !". Gua mendengarkan penjelasan lelaki tersebut dengan penuh ketidakpercayaan. Model-model yang ia sebutkan itu ialah model yang sangat klasik dan sudah lama tak muncul lagi di dunia persiaran.
Gua lalu berkara,"Tapi, mereka kan artis zaman jadul ! Lu gak pernah nonton TV, ye ?!?" Tanya gua padanya sambil sedikit menaikkan nada.
Spontan ia menjawab,"Gak ! Apa itu TV ? Kok gua gak kenal ya benda jadul itu ?".
Entah kenapa, mendengar ucapannya menbuat gua tertawa padahal gak ada lucu-lucunya sama sekali. Melihat gua menertawainya, lelaki tersebut tampak kebingungan dan sebal. Ia kemudian melanjutkan bertanya,"Udah udah udah ! Jadi, nama lu siapa ? Cepetan, nanti gua kena masalah ama panitia mos." sambil menyerahkan kertas dan pena itu kepada gua.
Gua mengambil kertas dan pena itu dan menuliskan nama gua di sana. Setelah selesai, gua mengembalikannya sambil berkata,"Nama gua Saika Amanda. Diinget, ye !".
Ia lalu mengambil kertas dan pena itu dan memeriksanya sebentar. Setelah itu, ia langsung berniat pergi tanpa menjawab perkataan gua yang membuat gua sebal. Gua langsung menahan pundaknya dengan tangan kanan gua sambil lanjut berkata,"Gile ! Langsung mau cabut aja. Gua kan udah kasih nama gua, masa lu gak kasih balik ?".
Merasa pundaknya ditahan, ia lalu menengok ke arah gua sambil menyipitkan matanya. Ia kemudian menggerakkan tangannya dan kemudian menunjukkan nametagnya yang menggelantung persis di depan dadanya.
"Lu gak bisa lihat tulisan ini ?" Ia mengatakan ini sambil menunjuk 2 kata yang tertulis di nametag tersebut dengan jari telunjuk tangan kanannya.
Gua lalu menyipitkan mata gua untuk melihat tulisan tangan tersebut yang bisa dibilang hampir gak kebaca karena saking jeleknya bentuk tulisan itu. Ia memang benar-benar cocok untuk menjadi dokter. Belom mulai kuliah saja, tulisannya sudah sejelek ini.
"An-To-Ni Tet-Su-Ya. Antoni Tetsuya. Itu nama lu ?" Ucap gua sambil berusaha melafalkan namanya dengan benar.
Ia hanya mengangguk saja lalu berkata,"Udah ? Puas, kan ? Sekarang gua mau ke depan dulu, ye ! Kalo ada apa-apa bilang gua aja. Walaupun itu menyusahkan, sih cuma gara-gara jabatan ketua kelompok yang gak penting ini.".
Gua hanya mengangguk saja tidak mau untuk berdebat lebih lanjut dengan mahluk aneh satu ini. Tanpa ada sebab, loh bisa ya dia ngomel-ngomel masalah ketua kelompok dan kenapa harus ke gua ?
Setelah itu, dia langsung melangkahkan kakinya ke depan dan menyerahkan kertas tersebut pada panitia sedangkan gua hanya bisa memandanginya saja. Orang aneh macam apa coba yang sedang gua hadapi.
Mulai sejak peristiwa itu, gua jadi suka gangguin Antoni. Selain karena cuma dia yang berani ngomong ama gua, gua juga ingin mengerjainya karena sifatnya yang menyebalkan itu saat pertama kali bertemu.
Sekarang, mos sedang dalam jam istiahat. Gua sedang benar-benar lelah dan letih setelah mendengar presentasi gak penting yang dibawakan oleh kakak kelas panitia. Gua melihat ke sekeliling dan menyadari kalo teman-teman gua sedang asyik mengobrol dengan teman barunya itu. Gua juga mendengar beberapa diantara mereka yang mengajak ke kantin bareng. Oh, betapa enaknya jika ada seseorang yang muncul di depan gua dan mengajak gua ke kantin sekarang mengingat perut sudah menanggil-manggil dengan kencangnya.
Gua lalu melihat ke sekeliling dan berhasil melihat keberadaan Antoni. Dengan cepat, gua mengambil langkah dan mendekatinya kemudian memukul punggungnya pelan.
"Oi, ke kantin, yuk !" Ajak gua padanya.
Ia lalu menengok dan memberikan tatapan tak percayanya pada gua. Ia lalu menjawab,"Gua udah janjian ama orang lain, sih ! Terus, bukannya lebih bagus kalo cewek ditemani cewek saat hal beginian.".
Gua dengan malu menjawab pernyataan tersebut,"Yaaa...Memang lebih enak gitu ! Cuma, gua gak ada yang gua kenal selain lu.". Sepertinya, ucapan gua sukses membuatnya mematung dan kaget. Betul banget, sih ! Zaman sekarang mana ada model yang jenisnya kagak gua.
"Yaaa...Buat temen, lah !" Dengan singkat, ia menjawab seperti ini.
Kalo gua bisa melakukan hal yang disuruhnya dengan gampang pasti dengan cepat gua lakuin. Cuma, melakukan hal tersebut buat gua merupakan hampir suatu kemustahilan. Sambil menahan malu, gua memaksakan diri menangakan ini padanya,"Gimana caranya temenan sama orang ?".
Mendengar apa yang gua katakan, dia terdiam sejenak. Gua mengharapkan sebuah jawaban yang sangat gua nantikan tersebut dengan tak sabar tetapi yang gua dapatkan malah sebaliknya. Antoni malah ketawa hingga terbahak-bahak sehingga semua mahasiswa teralihkan pandangannya pada kami untuk sementara waktu. Gua merasa sedikit sebal dengan kelakuannya itu hingga Antoni tampak menunjuk ke arah 3 cewek yang sedang mengobrol di pinggiran ruangan. Ia lalu berkata,"Lo bilang ke mereka, maukah kalian jadi temanku ! Gitu !".
"HAH ?!? LU GILA ? Kalo gua udah bisa lakuin itu, gua gak bakal nanya ke lu !" Protes gua padanya sambil memanyunkan wajah gua.
Tanpa membalas perkataaan gua, ia mendorong punggung gua hingga gua terseret menuju tiga perempuan yang sedang mengobrol itu. Awalnya gua mencoba melawan tetapi tenaga gua gak sanggup untuk menandingi tenaga laki-laki. Kalau dilihat-lihat, tubuh Antoni tampak kokoh dan kuat. Mungkin, dia juga suka berolahraga.
Sesampainya di dekat mereka, mereka semua terlihat memandangi kami dengan tampak bingung. Antoni kemudian melepaskan dorongannya dariku dan berkata,"Hei, kalian ! Ajak dia berteman, gih ! Biar gak nempel terus ama gua !".
Setelah itu, mereka tampak saling menatap sedangkan gua sedang hancur dari dalam. Kurang asem si Antoni. Ini merupakan pemaksaan ! Pasti, mereka bakal pikir kalo gua ini aneh karena berteman aja mesti ngemis kayak gini.
"Boleh, dong ! Kamu Saika, kan ? Model terkenal itu ? Siapa, sih yang gak mau temenan ama model ? Hahaha..." Ucap seorang dari mereka.
"Hus ! Anna ! Gak sopan tau. Mentang-mentang ada model yang ngajak kenalan, ya." Ucap seorang perempuan lain sambil menabok pelan pundak Anna.
"Udah udah udah...Maafkan atas ketidaksopanan kedua mahluk aneh ini. Perkenalkan, nama gua Lisa dan yang tadi pertama kali nyeletuk itu Anna. Lalu, perempuan yang suka nabok-nabok ini namanya Mila. Lu Saika, kan ? Semua mahasiswa di sini pengen sekali malah jadi temenlu cuma emang pada gak ada yang bernyali aja hehe..." Ucap Lisa berusaha menjelaskan dan memperkenalkan dirinya serta teman-temannya pada gua.
Mendengar ucapan itu, nyawa gua seakan semakin meningkat. Gua langsung memberanikan diri gua untuk mengatakan 5 kata maksiat ini. "Jadi, gua boleh jadi temenlu ?".
Mereka spontan mengangguk dan kita mulai megobrol dengan asyik setelah itu. Akibat keasyikkan mengorol, gua sampai gak sadar kalo Antoni telah menghilang dari ruangan ini entah kemana. Gua mencoba mencarinya di seluruh sudut ruangan tetapi tak menemukannya.
"Sai, nyari apa ? Kalo cowok yang tadi dorong-dorong lu itu udah pergi keluar ruangan tadi ama satu temen cowoknya. Gua gak kenal sih siapa hehe..." Ucap Anna yang menyadari kalo gua sedang kebingungan mencarinya.
"Oooh...Pantesan gua gak lihat dia di ruangan ini lagi. Ngomong-ngomong, mau ke kantin, gak ? Gua udah kelaperan, nih !" Ajak gua pada mereka yang diikuti dengan anggukkan.
Setelah itu, kami pergi ke kantin untuk mengisi perut kami. Gua hari ini benar-benar senang karena telah melakukan tugas besar yaitu membuat teman baru di kampus. Pulang-pulang, mungkin gua bisa menyuruh manager untuk memesankan gua makanan enak.
J
Saat ini, gua sedang duduk membentuk lingkaran bersama kelompok gua. Antoni sedang duduk di pusat lingkaran sebagai ketua kelompok menerangkan apa-apa saja tugas yang harus kami bawa atau lakukan untuk besok. Sebagai ketua kelompok, ia melakukan tugasnya dengan cukup baik hingga saat ini. Walaupun memang sifatnya kadang-kadang suka menyuruh, tetapi teman-teman kelompok gua tampak menyukainya.
"Jadi, kata kakak kelas tadi. Besok kita akan mengadakan talent show dimana kita akan menampilkan sebuah drama. Lalu, besok juga kita diminta untuk membawa beberapa barang. Untuk barang-barangnya, listnya akan gua kirimkan di grup. Biar cepet, nanti pembagian siapa-siapa yang bawa barang sesuai dengan nomor absen kelompok saja." Antoni menerangkan dengan begitu lancarnya. Teman-teman kelompok tampak mendengarkan dengan saksama. Hingga Antoni mengucapkan kalimat ini.
"Nulis naskah lu pada udah diem aja ! Biarin gua aja yang ngatur ! Gua penulis soalnya !". Spontan beberapa teman langsung menolak usulan Antoni tersebut. Memang kalau dipikirkan sih ada positif dan negatifnya juga. Antoni kemudian melanjutkan,"Kalau yang bikin dua orang atau lebih selain lama pasti akan berbeturan pikiran. Daripada itu terjadi, mending gua yang bikinin terus entar hari ini gua kirim dulu ke kalian di grup. Kalian baca terus kalo ada yang gak suka ato masalah tinggal bilang ke gua entar gua revisi lagi. Gimana ?".
Teman kelompok gua terlihat saling menatap satu sama lain. Sepertinya, mereka semua setuju dengan usulan Antoni tersebut melihat tidak ada diantara mereka yang langsung menolak seperti barusan. Setelah Antoni mendapat jawaban hening itu, ia langsung melanjutkan,"Oke ! Kalau begitu sekian untuk hari ini. Besok jangan telat datangnya. Kalau kalian telat, kasihan teman kelompok kalian yang sudah bangun pagi2 dan ikut dihukum karena kelalaian kalian. Trims. Sekarang, bubar !".
Setelah mengatakan itu, teman-teman kelompok tampak berdiri dan berjalan keluar meninggalkan ruangan. Begitu juga Antoni yang berdiri setelah membereskan barang-barangnya. Ia lalu berjalan keluar ruangan dan gua mengikutinya diam-diam. Gua melihat ia memasuki perpustakaan dan duduk di salah satu meja komputer kosong yang merupakan fasilitas dari perpustakaan UDI ini. Ternyata, gua mendapatinya sedang membuat naskah untuk besok. Dia terlihat membuatnya dengan senang hati gitu sampai senyum-senyum ketawa-ketawa sendirian. Entah kenapa, gua suka melihatnya seperti itu.
Gua terus deketin si Antoni dan,"Seneng banget ya lu ! Padahal ngerjain tugas !" yang berhasil membuatnya kaget dan menghentikan suara ketikkan keyboardnya.
Antoni kemudian menjawab,"Seneng, lah ! Penulis itu kalo disuruh menulis malahan senang karena menulis itu hobi kita sebagai penulis !".
Gua kembali bertanya,"Lu udah nerbitin buku ?".
Ia lalu menjawab,"Belom ! Tapi bentar lagi akan terbit ! Jadi ditunggu aja !"
Gua hanga mengangguk saja. Ternyata, ada ya penulis yang masuk ke jurusan kedokteran.
"Kalo bukulu terbit, jangan lupa kasitau gua, ya ! Gua fans besarlu nanti ! Hahaha..." Ucap gua ngelantur.
Antoni menjawab langsung,"Oke ! Berarti lu fans pertama gua, ya ! Hahaha..." Terus kami ketawa aja dan si Antoni mau nerusin lagi tugasnya dan gua pamit pulang padanya.
J
Besoknya, ini adalah hari terakhir mos dan kami mementaskan cerita yang sudah Antoni siapkam. Bukan hanya kelompok kami saja yang kagum dengan jalan ceritanya, tetapi kelihatannya para dosen yang hadir dan kakak kelaspun tampak suka dengan apa yang kami pentaskan sehingga mereka menobatkan kami sebagai juara satu dengan selisih poin yang cukup signifikan. Kelihatannya, gua sudah bertemu dengan calon novelis terkenal di suatu hari nanti.
Setelah pementasan talent show dan mendengarkan beberapa pengumuman penting, akhirnya tibalah acara penutupan mos ini. Acara penutupan tersebut merupakan acara tak wajib dimana setiap adik-adik kelas dapat berkenalan langsung dengan kakak-kakak kelas khususnya panitia sambil menikmati hidangan kecil yang telah disediakan. Gua saat ini sedang mengobrol dengan 3 teman baru gua yaitu Anna, Mila, dan Lisa. Mereka senang sekali sudah melewati acara mos ini dan ingin berkenalan dengan kakak kelas lainnya. Kata mereka, ini adalah ajang untuk mencari jodoh.
"Guys, gua mau cari orang dulu, ya ! Penting hehe..." Ucap gua pada mereka.
"Cieee...Mau nyari kakak kelas cakep, ya ! Kita juga mau nyari-nyari, nih !" Balas Anna sambil memberikan tatapan menyindiri.
Gua hanya tersenyum saja dan langsung meninggalkan mereka setelah berpamitan. Sebenarnya, gua bukan mau nyari kakak kelas tetapi ingin mencari si Antoni. Setelah pementasan drama itu, dia menghilang entah kemana. Padahal, gua pengen bilang sesuatu ke dia.
Gua akhirnya mulai mencarinya dalam area kampus kesana kemari tetapi tetap tak menemukanya. Gua berpikir apakah ia sudah pulang. Bila benar, cepat sekali dia pulangnya. Gua lalu melihat ke arah jendela di dekat gua yang langsung mengarah ke pintu masuk gedung dan mendapati Antoni sedang berjalan menggendong tasnya ingin keluar gedung. Tanpa tunggu lama, gua langsung berlari menuju tempat tersebut dan untunglah gua masih sempat menyusulnya.
"Oi ! Gua mau bilang sesuatu ke lu !" Teriak gua dengan napas terengah-engah akibat berlari dari lantai 2. Akibat teriakkan gua, akhirnya ia menengok sambil menyipitkan matanya. Mungkin, ia sedang berpikir kalo gua ini aneh dan seakan-akan seperti memperlakukannya seperti maling.
"Apa ? Aneh banget lo pake sok-sokan mau bilang sesuatu ke gua !" Ucapnya sewot.
Gua terus berkata,"Ah ! Diam kau ! Po...Pokoknya gua mau bilang sesuatu ama lu !".
Si Antoni terus langsung jawab,"Apaan emangnya ?".
Gua berusaha mengumpulkan tenaga dan suara,"Gua...Gua....".
Antoni yang tak sabar kemudian memotong "Gua apa ?"
Aduuuh...Ini sangat memalukan. Bagaimana bisa gua bilang kalo gua pengen, pengen, pengen jadi pacarnya kalo kayak gini. Gua juga udah buat surat sih kalo misalkan gua gak berani bilang langsung saking gua penuh persiapannya. Perasaan pengen nembak orang ini sungguh gak enak di dada dan terasa sangat menegangkan. Tubuh gua seakan meringan dan kepala gua terasa melayang. Gua memang pernah membaca soal ini di majalah dan artikel internet tapi tidak menyangka akan terasa seperti ini.
Akhirnya, dengan penuh keberanian gua mengucapkan kalimat ini,"Gua boleh jadi temen lu gak ?". Ya, gua memang payah ! Akhirnya, gua cuma berani mengatakan kalimat ini. Sebenarnya, harusnya dimana-mana itu cowok yang nembak duluan, sih ! Apalagi gua model, kan ? Jadi, mendingan gua menunggunya untuk menembak gua walaupun gua gak tau kapan itu akan terjadi. Memang ini terdengar sangat payah dan mengecewakan tapi mau dikata apa. Gua gak ada kekuatan dan keberanian untuk mengatakannya secara langsung.
Mendengar ucapan gua barusan, si Antoni ketawa gitu terus bilang,"Hahaha...Gua kira lu mau bilang apaan !".
"Ini seriusan ! Jangan diketawain ! Gua ngumpulin kekuatan nih buat ngucapin hal memalukan itu !" Protes gua padanya.
"Katanya model masa ngucapin hal gitu aja perlu kekuatan ?" Sindir Antoni pada gua sambil masih tertawa pelan.
"Ah, diam kau ! Jadi ?"
"Lu itu temen dan fans gua pertama di kampus ini. Jadi ? Sudah terjawab, kan ?" Ia menjawab sambil senyum dan ketawa gitu.
Setelah ia menjawab itu, ia langsung memutar badsnnya ingin pulang seperinya. Sebelum ia menjauh lebih lagi gua sedikit berteriak padanya,"Cerita drama tadi yang lu bikin juga bagus ! Gua tunggu cerita-cerita dari lu lagi, ya ! Sampai ketemu pas kuliah !". Si Antoni cuma angkat tangan aja gak nengok lagi dan itulah awal mula gua ketemu Antoni.
J
Di dalam kamar perempuan yang tak lain adalah kamar Saika, Saika tampak merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya itu. Ia memegang sebuah kertas yang sudah tampak usang. Ya, kertas itu ialah naskah drama kelompoknya dulu yang dibuat oleh Antoni. Di halaman terdepannya, terlihat secarik foto yang dengan rapih disteples dimana terdapat beberapa orang di dalam foto itu. Foto itu ialah foto kelompok mosnta sesaat sebelum mereka pentas drama.
"Si Antoni masih inget gak, ya ? Kalo dia itu temen pertama gua di sini." Ucap Saika sembari memandangi foto tersebut.
"Sudah setahun, ya ! Gak kerasa banget ! Tapi, sejak mos itu, dia jadi jauh ama gua, sih ! Apa gara-gara gak pernah sekelas, ya ? Tapiii...Gua rasa dia yang sekarang ada yg berubah dari yang dulu. Gak tau kenapa tapi sewotnya sekarang jadi makin kurang gitu, ya !"
Di sebelah naskah drama dan foto itu ada sepucuk surat berwarna pink gitu yang di belakangnya ada gambar hati yg terletak di tengah-tengah persis sebagai pusat surat bagian belakang. Di bagian kop surat itu tertulis,"Untuk Antoni dari Fans Pertamalu".
"Dan juga udah setahun ya ! Sejak gua gagal kasih surat ini ke dia pas bubaran mos itu. Dengan begonya, gua malah nanya boleh jadi temen dia apa kagak hahaha..."
Saika kemudian memeluk bantal dan gulingnya dengan erat. Ia lalu bergumam dalam hati,"Padahal...Gua pengen bilang gua boleh jadi cewek dia apa kagak. Bodoh banget gua dulu.".
Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..
Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal