Seperti hari-hari biasanya, Antoni dan seluruh mahasiswa UDI mengikuti kegiatan pengajaran. Walau ditemani dengan panasnya ruangan karena AC kelas mereka yang sedang rusak, Antoni dan teman-temannya masih tetap semangat belajar. Saking semangatnya, sampai-sampai 50% dari mahasiswa di kelas Antoni tertidur. Mungkin, karena mereka terlalu lelah untuk belajar.
"Ton, lu denger gak yang diomongin ama dokter Santosa ? Suaranya kok kecil banget, sih !" Ucap Deni mengeluarkan uneg-unegnya.
Antoni yang masih fokus pada materi menjawab tanpa menoleh,"Ya ! Gua cuma ikutin gerakkan bibirnya aja. Lihat aja itu mike yang harusnya diletakkan di depan mulut malah dia taruh di depan jidatnya. Emang dia kira otaknya yang bicara, ya.".
"Nah ! Betul itu ! Gua harap kelas cepat selesai aja, dah ! Udah mules gua dengerinnya." Jawab Deni sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya.
"Harapan anda terkabul, Nak ! Lihat di depan. Slide presentasi yang kita idamkan telah hadir." Ucap Antoni cepat.
Deni lalu melihat ke layar dan mendapati tulisan terima kasih pada slide. Biasanya, kalo dokter di UDI udah selesai mengajar, pasti mereka menutup dengan slide itu ato tidak dengan tulisan "selamat belajar". Setelah itu, dokter Santosa mengucapkan terima kasih dan setelah ia meminum segelas air putih yang disediakan, ia kemudian keluar dari kelas tanda pelajaan telah selesai. Semua mahasiswa yang tertidur pun akhirnya terbangun setelah suasana kelas menjadi ricuh.
"Akhirnya ! Selesai juga ! Selamat tinggal Anatomi !" Seru Deni sambil melemaskan seluruh badannya yang pegal-pegal akibat duduk diam selama satu jam setengah.
Antoni membereskan barang-barangnya dan melihat ke arah Saika. Ia mendapatinya sedang berbucara asyik dengan ketiga bodyguardnya itu. Antoni lalu mengambil hpnya dan meline Saika.
Saika yang merasa bahwa hpnya bergetar kemudian langsung menbukanya dan melihat bahwa ada line dari Antoni.
"Hari ini lu mesti ikut gua buat temenin adek gua nyari perlengkapan karyawisata. Lu kan cewek mestinya lebih ngerti beginian." Begitu pesan Antoni padanya.
Saika lalu membalasnya dengan mengetik,"Lu pacar gua, kan ? Turun ke sini dan minta yang bener, dong ! Gua gak nerima lewat Line !" lalu mengirimnya.
Antoni yang membaca balasan Saika menaikkan alis matanya. Ia bingung dan heran ama cewek satu ini. Dalam hatinya, ia sedikit menyesal telah menintanya menjadi pacarnya karena ialah yang tambah repot. Padahal, awalnya ia hanya ingin mengerjai Saika saja.
"Kenapa lu ? Kok ngelamun ? Hati-hati kerasukkan, loh !" Ucap Deni pada Antoni.
"Gak ! Gak ada apa-apa. Siapa juga yang ngelamun." Bantah Antoni.
"Daripada itu, mending lu ikut gua ke kosan. Biar bisa marathon anime bareng, gimana ?" Ajak Deni.
Antoni tak menjawab ajakkannya itu. Ia hanya menghela napas lalu turun mendekat ke Saika. Ia lalu berkata,"Gua udah turun, nih ! Jadi ?".
Saika dan ketiga sahabatnya langsung berhasil diambil perhatiannya. Mereka semua menengok dan memandangi Antoni yang sukses membuat Antoni makin gak enak. Ia soalnya tidak biasa untuk dipandangi oleh banyak orang.
"Bisa, tapi hari ini ada pemotretan bentar dulu di studio sampe jam 4an kira-kira. Kalo lu mau sorenya bisa. Gimana ?" Usul Saika.
"Gile, ternyata lu udah ada janjian, nih apa ceweklu ? Canggih-canggih. Lu tuh kalo ngomong jangan kaku-kaku. Nanti Saika gak suka lagi gimana ?" Ucap Deni dari belakang Antoni yang berhasil mendapat sipitan mata Antoni sebagai balasannya.
"Gua bingung kenapa lu ceramahin gua padahal lu sendiri masih jomblo !" Jawab Antoni.
"Uuugh..." Desis Deni sambil memegang dadanya yang telah berhasil ditikam oleh Antoni dengan jawaban yang sangat tajam. "Maafkan kejombloan gua ini, my friend ! Gua harap, suatu saat ada cewek secantik dan sebuta Saika lagi yang mau ama model-model kayak kita ini." Tambah Deni lagi.
"Kurang asem, lu ! Gini-gini, gua gak jelek-jelek amet kali." Ucap Antoni kesal.
"Udah ? Jadi gimana ? Lu mau kalo sore ?" Tanya Saika lagi yang pertanyaannya dikacangin ama Antoni tadi.
"Eh ! Iya ! Bisa, kok ! Sekalian aja gua anterin dan nungguin lu sini biar cepet." Saran Antoni padanya yang berhasil memunculkan warna kemerahan pada pipi Saika.
"O...Oke kalo gitu." Balas Saika pelan.
"Uhuk uhuk... Ehm Ehm..." Teman-teman Saika berpura-pura batuk untuk menjaili mereka.
"Ya udah. Ayok sebelum gua telat." Ajak Saika yang kemudian berjalan keluar kelas setelah menggunakan tas punggungnya.
"Tunggu, woi !" Seru Antini sembari mengejarnya.
Deni dan teman-teman Saika yang ditinggalkan begitu saja hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka. Deni lalu berkata,"daripada kalian gak ada yang ngajak, mending gimana kalo kalian pergi ama gua aja. "
Ucapan Deni barusan berhasil mendapat perhatian dari mereka bertiga. Mereka diam sejenak dan kemudian berkata berbalasan.
"Apaan, sih ?"
"Aneh lu."
"Plis tau diri, dong !"
Tiga pedang tak kasat mata berhasil menikam Deni yang sukses membuatnya mematung. Teman-teman Saika kemudian berjalan keluar kelas meningalkan Deni yang masih diam di tempat meratapi nasibnya.
J
"Mobil lu bagus juga ! Boleh juga nih buat nganterin gua tiap hari." Ucap Saika memuji mobil Antoni.
Mereka sedang berada di dalam mobil Antoni menuju ke studio tempat pemotretan Saika. Antoni saat itu sedang fokus pada jalanan dan tak menjawab ucapan Saika itu.
"Orangtua lu kerja apa, sih ngomong-ngomong ?" Tanya Saika kepo yang berhasil mendapatkan perhatian Antoni. Ya, setiap kali bermasalah dengan orangtua Antoni, pasti ia akan tersinggung.
"Gak tau. Mereka hidup aja gua gak tau." Balas Antoni dengan nada tak senangnya itu.
"Ooo..." Saika yang menyadari kalo ia sedang memasuki radang ranjau langsung menggangi topik,"Kalo lu ? Lu jadi penulis, kan ? Gimana jadi penulis ?".
"Yaaa...Gak gimana-gimana. Ada penulis yang free lance dan ada yang kayak gua. Di deadline gitu. Tiap kali deket-deket deadline, rambut gua biasanya memutih, sih. Jadi, penulis itu ya gak bisa dibilang enak juga." Ucap Antoni berusaha menjelaskan pada orang awam yang bukan penulis.
Saika hanya mengangguk-angguk saja. Ia lalu menambahkan,"Iya. Setiap kerjaan pasti ada beban kerja masing-masing tersendiri. Gua jadi model juga susah-susah gampang.".
"Emang ada yang nanya pendapatlu ?" Sanggah Antoni cepat.
"Iiih... Lu itu, ya ! Ngeselin banget, sih !"
Criiit...Tiba-tiba mobil Antoni berhenti tepat di depan sebuah pintu gedung yang terlihat megah. Antoni lalu berkata,"Udah sampe, tuh !".
Saika lalu melihat ke sekeliling dan memang benar kalo ini gedung studio tempatnya akan melakukan pemotretan. Ia lalu berkata,"Ya udah ! Gua turun dulu. Kalo lu mau nunggu, di depan tempat foto ada kursi tempat biasanya staf pada duduk. Duduk aja di situ." lalu turun dari mobil Antoni serta berjalan masuk ke dalam gedung.
Setelah Antoni memastikan Saika telah memasuki gedung, Antoni kemudian mencari tempat parkir untuk memarkirkan mobilnya. Setelah 10 menit, akhirnya Antoni selesai parkir. Ia lalu berjalan memasuki gedung menuju ke tempat dimana Saika menyuruhnya untuk menunggu. Setelah ia sampai, belum selang berapa lama ia duduk, keluarlah seorang perempuan berambut cokelat bergelombang dari ruangan pemotretan. Ia benar-benar cantik dan kalah cantik dengan Saika sehingga membuat Antoni terus menatapnya. Ia lalu berjalan mendekati Antoni dan sepertinya ia berhasil melihat keberadaan Antoni yang sedang menunggu Saika itu.
"Wah, kok ada orang jelek di sini yang baru pertama kali gua lihat ? Lu staff bagian apa ?" Tanya perempuan cantik itu padanya.
Gile, nih cewek ! Baru ketemu aja udah bilang muka gua jelek. Apa semua cewek cantik di dunia itu model-model kayak Saika dan dia ini, ya ? Gumam Antoni dalam hati. Ia masih mencerna perkataan dari gadis cantik itu.
"Gua bukan staff. Tadi, Saika nyuruh gua nunggu di sini jadi beginilah." Ucap Antoni seadanya.
"Nungguin siapa ? Saika ? Hahaha...Gua gak tau lagi harus bilang apa ! Ternyata selera Saika terlalu rendah, ya ! Gagal dia menjadi rival gua di sini !" Antoni cuma bisa diem aja. Padahal dia pengen rasanya sambelin mulut nih cewek satu.
"Ngomong-ngomong gua Clarissa. Calon top model tahun ini bareng Saika. Harusnya, sih gua gak usah memperkenalkan diri, ya karena semua orang pasti udah tau dan terpesona dengan kecantikkan gua ini." Ucapnya menyombongkan diri.
"Nyatanya gua gak tau lu, kok ! Berarti lu gak terkenal." Sanggah Antoni.
Mendengar itu, Clarissa hanya melirik Antoni saja. Ia lalu memberikan tatapan pada Antoni yang seolah-olah mengatakan bahwa kasihan sekali dia sampai tak mengetahui Clarissa.
"Lu hidup di zaman apa sampai tak tahu gua. Mau Saika mau kenalannya itu memang bisa membuat gua emosian, ya." Ucapnya.
Setelah mengucapkan itu, Clarissa tak menunggu jawaban dari Antoni dan langsung masuk kembali ke ruangan pemotretan. Antoni hanya melihatnya masuk ke ruangan tersebut sambil melontarkan kata-kata kasar dalam hatinya.
Di dalam ruangan tersebut terlihat banyak sekali kamera dan lampu sorot untuk kepentingab foto. Keadaan dalam sana juga cukup ramai karena banyak sekali staff dan model yang sedang melakukan kegiatan pemfotoannya. Clarissa berjalan menelusuri ruangan hingga ia berhenti karena diteriaki seseorang.
"CLARISSA !!! Ke mana aja kamu ! Daritadi saya cariin kemana-mana gak ketemu." Seru perempuan setengah baya yang tak lain ialah manager Saika. Ternyata, manager satu ini bukan hanya kedapatan memegang Saika tetapi juga Clarissa.
"Iya, Bu. Masa ? Padahal daritadi gua udah di sini, sih." Ucap Clarissa.
"Kalian berdua itu sama saja. Sukanya membuat saya pusing dan sakit kepala saja. Tidak bisakah sehari saja kalian melakukan pekerjaan kalian dengan benar." Keluh manager terhadapnya.
Saika yang sedang melakukan pemotretan tak jauh dari tempat mereka berdebat terlihat terganggu dengan ucapan managernya. Sepertinya, ia mendengar apa yang baru saja managernya katakan. Ia lalu menghentikan pemotoannya sejenak dan berjalan mendekati mereka berdua sambil berkata,"Udah bagus saya mau datang ke sini, Bu ! Anda kan tahu kalo saya itu sangaaaaat...sibuk !".
Mendengar ucapan Saika barusan, manager langsung menjawab,"sibuk pala lu ! Kerjaan lu cuma tiduran aja di rumah. Itu yang lu sebut sibuk ? Dan gua belom ibu-ibu !!! Umur gua baru 29 dan belom sampe 30an !".
Saika hanya membuat siulan saja sambil membuang muka tanda ia tak mau mendengar kata-kata managernya. Terus si Clarissa nyahut,"Apakah ada maling yang ngaku kalau dia maling ? Terus, si Saika emang lagi sibuk, kok sekarang ! Tuh dia sampai bawa cowok kemari. Tapi, gua kecewa ama lu Saika. Kenapa lu bisa-bisanya bawa cowok gak berkelas macam tuh orang ?"
Saika langsung terlihat kesal dan bantah langsung si Clarissa,"Dia gak terlalu jelek, kok ! Memang sedikit radak-radak, sih tapi yang terpenting, dia itu baik dan gak bikin kesel kayak lu !".
Tumben bener, nih anak bisa belain orang lain. Siapa sih sebenernya cowok itu ? Gumam manager dalam hati.
Clarissa dan Saika kembali beradu mulut setelah itu. Mereka sudah biasa melakukan kebiasaan ini berulang kali jika bertemu di pemotretan.
"Saikaaa...Mau sampai kapan kau di situ ! Ayok, lanjut ! Tinggal 2 gaya lagi, nih !" Ucap photographernya.
Saika yang merasa dipanggil kemudian berjalan meninggalkan mereka. Sebelum itu, ia sukses memberikan ekspresi muka kesalnya pada Clarissa yang dia balas dengan hal yang serupa.
Setelah Saika meninggalkan mereka, manager kembali bertanya,"Cowok yang tadi ama Saika yang kau bilang, dia ada di mana sekarang ?" pada Clarissa.
Clarissa spontan menjawab,"Di depan, tuh ! Lagi duduk nungguin Saika katanya.".
Manager hanya menganggukkan kepalanya tanda ia sudah mengerti. Ia lalu berkata,"Udah ! Sekarang kau tunggu giliran. Setelah Saika selesai, langsung giliran kau !" kemudian berjalan meninggalkan Clarissa keluar ruangan.
Manager keluar ruangan pemotretan dan melihat ke sekeliling mencari cowok yang dimaksud oleh Clarissa itu. Ia lalu kaget gitu karena ternyata ia melihat seseorang yang familiar dengannya.
"Lu ? Antoni, kan ?" Tanya manager pada Antoni yang masih duduk sambil memainkan hpnya.
Antoni yang terpanggil langsung melihat ke arah panggilan dan mendapati sesosok orang yang sudah ia kenal sebelumnya.
"Oh, managernya Saika, kan ?" Tanyanya padanya.
"Iya, ternyata lu berdua beneran pacaran ?" Tanyanya menginterogasi Antoni. Ia lalu mengambil tempat dan duduk di sampingnya.
Kemaren pas gua ngaku kalo Saika bukan pacar gua, dia nangis. Apa mending gua ngaku aja, ya ke managernya ? Dia kan juga yang ngurusin kerjaan Saika jadi pasti deket, dong ama dia. Nanti kalo dia cerita kalo gua ngakunya bukan pacarnya, bisa nangis lagi jangan-jangan. Gumam Antoni dalam hati.
"Hmmm...Iya. Saya pacarnya." Jawab Antoni sedikit tegas supaya managernya percaya.
Manager Saika langsung mengucek-ngucek matanya. Ia lalu memasukkan telunjuknya dan mengorek-ngorek telinganga dengan itu. Setelah itu, ia berkata,"Coba kamu ulangi lagi. Mungkin, saya tadi salah denger.".
"Yaaa...Saya pacarnya !" Ucap Antoni lagi pelan.
Manager Saika menunjukkan muka kagetnya. Ia benar-benar berhasil dibuat kaget oleh Antoni. Seketika itu, Saika terlihat keluar dari ruangan pemotretan dan mencari-cari Antoni. Tak butuh waktu lama, ia berhasil menemukannya.
"Maaf nunggu, ya ! Eh, ada manager !" Ucap Saika setelah sudah cukup dekat dengan mereka.
Manager Saika hanya melihat Saika tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Mungkin, efek kejut yang Antoni keluarkan masih memberikan efeknya padanya.
"Ya, udah. Gua pulang dulu, ye ! Pemotretannya udah beres, kok !" Sehabis Saika melaporkan itu, ia lalu mengajak Antoni untuk pulang. Antoni lalu berdiri dan melambaikan tangannya pada manager Saika sebelum ia mengikuti Saika untuk pulang. Walau Saika dan Antoni sudah tak terlihat lagi dari pandangan manager, ia masih saja tak bisa bergerak dari tempatnya ia duduk.
Saika benar-benar sudah pacaran ? Pacaran ? Mendahului gua ? Gua aja sampe sekarang belom pernah sekalipun pacaran ! Nasib sial apa ini ? Begitulah suara teriakkan hatinya saat itu.
Dari tempat studio pemotretan, Saika dan Antoni meneruskan perjalanannya untuk menjemput Sayaka. Di perjalanan, Saika sedikit bertanya tentang adiknya Antoni tersebut. Antoni hanya mendeskrisikan adiknya secara general saja sebagai adik yang baik, lucu, dan imut yang berhasil menbuat Saika makin penasaran dengannya. Tak butuh waktu lama, sampailah mereka di depan sebuah rumah yang cukup megah. Antoni kemudian menekan sebuah tombol pada remote lalu beberapa lama kemudian, pagar dan garasinya tiba-tiba terbuka sendiri yang sukses membuat Saika takjub dengan teknologi yang Antoni miliki. Setelah memarkir mobilnya, Antoni hendak memencet remote lagi. Namun, Saika merampas remote itu dari tangannya.
"Biar gua aja ! Pencet yang ini, kan ?" Ucap Saika sambil memencet sebuat tombol pada remote. Setelah itu, pintu garasi pun tertutup secara otomatis.
Melihat itu, mata Saika berbinar-binar. Ia tak tahu bahwa perkembangan teknologi sudah sebegitu pesat hingga pagar dan garasi saja sekarang sudah otomatis. Antoni hanya tersneyum tipis saja melihat tingkah Saika yang kekanakkan itu. Ia juga senang dapat melihat sisi lain dari pacar kontraknya ini.
"Wah, kakak sudah pulang ! Jadi, kapan kita per..." ucap Sayaka yang berlari menyambut kakaknya itu yang baru saja keluar dari mobilnya. Tetapi, omongannya terputus pas sadar kalau kakaknya membawa cewek dan cantik banget gitu kayak model (emang model sih).
"Ah iya ! Aku pulang. Ngomong-ngomong, ini Saika. Hmmm..." Omongan Antoni tertahan sejenak. Ia lalu melirik ke Saika sedikit dan langsung kembali meneruskan ucapannya,"Pacar kakak.".
Mendengar ucapan Antoni barusan, Saika langsung reflex menengok ke arah Antoni. Ia agak sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Mungkin, ia sudah terbiasa tidak diakui sebagai pacar karena ia hanyalah kontrak semata.
Sayakapun berhasil dibuatnya kaget juga. Ia langsung melihat Saika dari atas ke bawah. Ia lalu senyum gitu ke Saika sambil berkata,"Halo ! Aku Sayaka. Salam kenal, Kak.".
"Iya, aku Saika. Salam kenal, ya !" Balas Saika.
"Gak nyangka, loh ! Kakak bisa juga pacaran, ya ! Bagus bagus bagus ! Gitu, dong ! Harus move on !" Seru Sayaka pada Antoni yang berhasil membuat Antoni sedikit kurang nyaman.
Antoni langsung mengalihkan pembicaraan,"Ya udah. Kamu siap-siap, gih ! Kita mau cepetan biar Saika juga pulang gak kemaleman.".
Mendengar itu, Sayaka langsung menjawab,"Oke ! Tunggu sebentar, Kak ! Aku ambil tas pergi dulu." lalu melesat masuk ke dalam rumah dengan cepat.
"Hmmm...Rumahmu bagus juga keliatannya." Ucap Saika memecahkan suasana hening sambil melihat-lihat ke sekeliling.
"Lu kan baru di garasinya. Belom ke dalem. Gimana bisa tau ?" Balas Antoni yang berhasil mendapat sipitan mata Saika.
"Ngomong-ngomong, lu udah punya cewek sebelumnya ? Makanya adiklu bilang move on itu ?" Tanya Saika lagi.
"Gak ! Lu salah denger kali." Bantah Antoni dengan cepat sambil memasang poker face. Ia paling tidak mau kalau ditanya soal masa lalu percintaannya. Menurutnya, masa-masa itu haram baginya.
Setelah menunggu 5 menitan, Sayaka kembali pada mereka sehabis mengambil tasnya dan mengenakan jaket perginya. Mereka lalu menaiki mobil Antoni dan pergi menuju Mall. Sebelum meninggalkan rumah Antoni, Saika kembali memainkan remote pagar dan garasi Antoni yang berhasil ditertawai oleh Sayaka. Di perjalan, mereka berbincang tentang kehidupan Antoni dan Saika di kampus dan bagaimana mereka bertemu. Sayaka sangat ingin tahu sekali bagaimana kakaknya ini bisa mendapat cewek cantik macam Saika sebagai pacarnya. Namun, belum selesai ia mengorek semua informasi tentang mereka, mereka sudah terlanjur sampai di Mall.
" Perlengkapan mandi, senter, buku, alat tulis, sisanya tinggal pakaian renang, kan ?" Ucap Saika pada Sayaka.
Sayaka lalu mengangguk, ia lalu menarik lengan Saika ke toko alat renang. Mereka langsung terlihat akur gitu padahal baru pertama kali bertemu. Antoni yang melihat hal itu pun senang.
Cewek memang cepat akur, ya dengan sesama. Gak salah gua ngajak dia. Gumamnya dalam pikirannya sembari masih memperhatikan mereka yang sedang memilih-milih pakaian renang yang bagus.
Setelah setengah jam, akhirnya mereka keluar dari toko tersebut sambil menenteng bingkissn tanda mereka sudah berhasil berbelanja.
"Oke...Udah selesai, ya berarti ? Kamu udah gak butuh apa-apa lagi, kan ?" Tanya Saika pada Sayaka.
"Iya, terima kasih, Kak !" Balas Sayaka.
"Kalau kamu butuh apa-apa lagi, chat aku aja ya di line. Nanti aku coba cariin, kok. Oke ?" Saran Saika.
"Kalian sudah tukeran line ?" Tanya Antoni bingung.
"Sudah, dong ! Kita udah best buddy, kok ! Iya, gak ?" Ucap Saika pada Sayaka yang disambut dengan anggukkan kepalanya.
Dari sana, Antoni mendapat pelajaran bahwa kalau cewek itu berteman sangat cepat sekali. Ia lalu mengajak mereka untuk pulang.
J
"Kelihatannya, ada banyak sekali hal yang perlu kakak ceritakan pada adik kakak yang cantik ini !" Ucap Sayaka pada Antoni setelah mereka selesai mengantar Saika pulang ke rumahnya.
"Yaaa...Nanti kakak ceritakan." Ucapnya pasrah. Ia masih fokus menyetir mobil jadi ia tak mau memikirkan hal-hal lain yang dapat membahayakan nyawanya dan terutama adiknya.
Drrrdrt.... Bunyi getaran ponsel Antoni yang ia taruh di dalam rak mobil terdengar jelas. Antoni lalu meminta Sayaka untuk mengambilnya.
"Dari Pak Editor, Kak !" Ucap Sayaka.
"Kamu yang angkat, gih ! Tanyain ada apa." Suruh Antoni pada Sayaka.
Sayaka kemudian mengangguk dan mengangkat telepon itu. "Halo ! Ini Sayaka, Pak Editor. Kakak sedang fokus menyetir. Ada apa, ya ? Hmm... Jadi besok kakak harus ke kantor untuk mengambil barang-barang pemberian fansnya yang sudah menumpuk ? Oke, akan aku sampailan. Terima kasih." Ucap Sayaka di telepon menjawab panggilan dari editor Antoni.
"Tuh, besok kakak mesti ke kantor !" Ucap Sayaka mengingatkan lagi walaupun sudah jelas bahwa Antoni mendengar apa yang ia bicarakan dengan editornya di telepon barusan.
"Ya, terima kasih." Balas Antoni cepat dan singkat.
Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..
Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal