Seorang siswi SMA kelas 1 berlari mengejar seorang temannya. Oh, itu Park Myung-Joo.
“Jung Tae-In!” panggilnya.
Teman yang sedari tadi ia kejar akhirnya menoleh. “Ada apa?” tanyanya dingin.
“Sepulang sekolah nanti, aku main ke rumahmu, ya!”
Ia memincingkan pandangannya. “Oke, baiklah. Sana pergi, temanmu manggil, tuh.” Benar saja, kedua sahabat Myung-Joo memanggilnya.
“Myungieee!!” panggil kedua sahabatnya, Shin-Hye dan Jae-Min.
“Ah, iya!”
Tae-In memberi code pada Myung-Joo. Myung-Joo pun membalasnya code nya itu.
__ __ __
“Psst, Myung-Joo, sini!” panggil Tae-In. Myung-Joo mendekatinya. “Psst! Aku punya rahasia, lho,” bisik Tae pada Myung.
“Sungguh? Apa itu?” Tae-In melirik kanan-kiri, memastikan kalau tak ada yang menguping.
“Sebenarnya, aku bukan manusia biasa! Aku penguasa dua dunia,” bisiknya.
“Hah? Apaan tuh? Kau anak-anak, ya? Mana ada yang begituan!” Myung-Joo tetap tak percaya.
Tae-In menggeleng kepalanya kuat-kuat. “Kau tak percaya?”
“Ya.”
Tae-In menunjukkan telapak tangannya padanya. “Coba lihat ini baik-baik.”
BZZT!
Perlahan-lahan, telapak tangan Tae-In mengeluarkan cahaya berwarna biru laut, yang perlahan-lahan membentuk sebuah bola. Kemudian bola cahaya itu menghilang tanpa jejak.
“Ah, sayang sekali. Padahal tadi aku ingin menyentuhnya,” sesal Myung-Joo.
“Jangan! Jangan sentuh! Ini sangat berbahaya! Jika seseorang menyentuhnya, atau terkena bola cahaya ini sedikiit saja, ia bisa dihantarkan ke dunia lain. Atau yang lebih parahnya... ia tak akan mendapatkan tubuh dan tak kan bisa kembali ke tubuhnya untuk selama-selamanya!” peringat Tae-In.
“Hiiy~.” Myung-Joo bergidik ngeri.
“Jadi, apa kau sudah percaya?” Myung-Joo mengangguk. “Oh, ya. TOLONG JAGA RAHASIA INI. Janji?”
“Janji!”
__ __ __
Kriing!!
Bel jam istirahat berdering.
Myung-Joo berlari ke luar kelas menuju halaman belakang. Biasanya, ia akan menemukan Tae-In di sana.
“Uh, tak ada Tae-In disini.” Tapi, yang ia temukan malah salah seorang sahabatnya. Jae-Min sedang duduk di bawah pohon rindang sambil mendengarkan sebuah lagu.
“Oh, hai Jae-Min!” sapa Myung-Joo.
“Eh, Joo ya,” balas Jae.
“Hmm... sedang mendengarkan lagu, ya?” tebak Joo.
“Iya, hehe.”
“Apa kau lihat Tae-In?”
“Tae-In? Sedari tadi aku tak melihatnya. Dia tak ada di sini,” ujar Jae-Min.
Myung-Joo mengangguk. “Ya sudah, aku akan cari dia di tempat lain. Dah, Jae-Min!”
“Daah....”
__ __ __
Terdengar suara ricuh dari dalam kelas 1-2. Myung-Joo yang tujuannya memang di sana tampak keheranan.
Ia mengintip dari pintu kelas. “Shin-Hye~!” panggilnya.
“Eh, Myung-Joo. Ya? Ada apa?”
“Itu... ada apa? Mengapa semua siswa mengerubungi meja itu? Itu mejanya Tae-In ‘kan?” tanya Myung-Joo cemas.
“Wah... aku tak tahu apa masalahnya, ya? Tapi kata mereka, ternyata Tae-In itu bukan manusia pada umumnya! Tapi entahlah,” jelas Shin-Hye.
“A-apa? Mereka tahu darimana?!” tanyanya tersentak.
Shin-Hye melirikku. “Kau tahu juga?” Yang ditanya hanya menggeleng.
“Bukannya Tae-In tidak suka kalau diperlakukan begitu? Aku takut kalau ia akan....”
Seorang dari mereka melirik Myung-Joo yang hanya bisa diam sambil bertanya di ambang pintu. “HEI, LIHAT! Itu Myung-Joo! Wahaha. Apa benar, Tae-In memiliki kekuatan super, Myung-Joo?”
“A-aku tak tahu!” elaknya.
“HOOIIII!! Jangan memperlakukan mereka begitu! Mereka sahabatku! Kalau kalian sampai menyakiti mereka, akan aku habisi kalian! BUBAAR!!” ancam Shin-Hye dengan keras.
“Huu...! Tidak seru, ah!” sorak mereka, lalu bubar.
Tak sengaja, pandangan Myung-Joo dengan Tae-In bertemu. Tae-In menatapnya dengan murka.
“Ha-hai Tae-In~,” sapanya setengah ketakutan.
“Grrr!” Tae-In bangkit dari kursinya, dan berjalan perlahan menuju Myung-Joo.
“T-Tae?” Myung-Joo perlahan melangkah ke belakang. “Apa salahku?”
“KAU... kau bukan sahabatku. Sahabat tak akan berkhianat!”
“Aku salah apa?!” ulangnya.
“Kau, kan, yang menyebarluaskan rumor, bahwa aku bukan manusia biasa, dan mempunyai kekuatan super? Mengakulah! Hanya kau yang tahu itu!” Sekarang, Myung-Joo terpojok.
“Padahal... aku sudah mempercayaimu, dan memberitaukan rahasia besarku padamu seorang. Ya, hanya kau!” Dari sorotan matanya, Tae-In terlihat sangat kecewa dan marah. “Kau ternyata hanya benalu di kehidupan orang, ya,” katanya.
Myung-Joo tersentak saat melihat telapak tangan Tae-In yang mulai membiru, yang berarti Tae-In akan mengeluarkan senjata rahasia terbesarnya itu. Dan bukannya yang lain membantu, semua siswa malah menonton pertunjukkan menegangkan ini. Ya, HANYA menonton.
Kesadarannya mulai buyar, saat melihat tangan Tae-In yang mulai membiru.
“Myung-Joo ah! LARII!!!” teriak Shin-Hye tiba-tiba, yang membuat kesadaran Myung-Joo kembali lagi. Ia lalu lari, lari kemana pun dan secepat apa pun yang ia bisa. Semua orang yang ada di depannya di terobos begitu saja. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya.
Begitu juga Tae-In, mata hijaunya semakin bercahaya seiring berjalannya waktu. Dan begitu juga dengan bola cahaya yang ada di tangannya, semakin membesar.
Myung-Joo terus berlari, berlari, dan berlari. Pokoknya, ia tak mau terkena bola cahaya itu dan mati dengan sia-sia.
Kini, mereka sampai di taman sekolah, tempat yang paling sepi.
Kriing!
Tepat pada saat itu juga, bel masuk berdering.
Mereka tak peduli. Pertarungan mereka belum berakhir. Dan keadaan semakin sepi, karena tak ada satu siswa pun yang ada di sekeliling mereka.
Tak ada satu pun orang yang mempedulikanku? batin Myung-Joo agak kecewa. Ia ingin pertarungan ini segera berakhir. “Tak apa. Pasti sebentar lagi, Shin-Hye dan Jae-Min akan datang,” gumamnya pelan. Agar Tae-In tak mendengar.
Myung-Joo sebenarnya sudah mulai kelelahan. Kepalanya pusing, kakinya pegal-pegal, dan tubuhnya kepanasan. Ia sudah tak ada tenaga lagi untuk berlari. Tapi ia masih tetap berusaha menghindar dari bola cahaya Tae-In. INI ADALAH PERTARUHAN ANTARA HIDUP DAN MATI.
Myung-Joo mencoba untuk berlari. Namun sayang, takdir baik tak berpihak padanya. Ia menyelandung sebuah benda, sampai ia tersungkur dan kakinya berdarah. Dan ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Untuk berdiri pun sangat susah karena kakinya pegal-pegal dan perih karena luka.
Joo membalikkan badannya untuk menghadap Tae-In. Sekarang, ia benar-benar sudah seperti siluman kucing. Mata hijaunya menyala. Rambutnya berantakan. Wajahnya menyeramkan dan penuh goresan. Gigi taringnya mengkilap. Owh, telinganya, telinganya terluka yang diakibatkan oleh antingnya sendiri. Oh, lihat bola cahayanya. Makin lama ia makin membesar, dan membesar.
“DAN SEKARANG, KAU AKAN LENYAP DARI DUNIA INI, HA HA HA!!” tawanya.
“Tidak, Tae. Kumohon....”
BZZT!
“JUNG TAE-IN!!!”
Tae-In melempar bola cahayanya ke arah tubuh Park Myung-Joo, dan....
BLAAAR!!!
Setengah jiwa Myung-Joo akhirnya pergi entah kemana. Myung-Joo pingsan di tempat.
“PARK MYUNG-JOO!!!” teriak Shin-Hye dan Jae-Min yang baru datang bersama semua guru dan murid. Para murid dan guru langsung mengerubunginya.
“HA HA HA!” tawa Tae-In menggelegar. Ia puas dengan apa yang terjadi barusan.
“HEI, TAE-IN! SEBENARNYA, YANG MENYEBARKAN RUMOR INI BUKAN DIA SAMA SEKALI!” sahut seseorang.
“Bohong!” sentak Tae-In tak percaya.
“ITU AKU!” sahut seseorang. “Aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian saat aku melewati rumahmu, Tae-In!” lanjutnya.
Seketika, mata hijaunya redup. Cahaya yang masih tersisa di tangannya juga seketika hilang tanpa jejak.
“A-APA?!” Tae-In terkejut. Ternyata, yang menyebarkan rumornya adalah teman sekelasnya sendiri. “Ma-maafkan aku....” Tae-In mendekati Myung-Joo yang masih terbujur lemas.
“PERGI KAU! KAU, MONSTER!” sahut Jae-Min.
“Mmaaf....” Akhirnya, Tae-In kabur. Berlari, entah kemana, dan tak pernah lagi datang ke hadapan Shin-Hye dan Jae-Min....
@SusanSwanshWkwk
Comment on chapter Peurollogeu