Athena masuk ke dalam kelasnya tepat setelah guru kimianya keluar dari kelas. Setelah ini pelajaran sejarah, memang membosankan tapi gurunya masih muda sehingga cenderung bercanda daripada mengajar.
“Dari mana?” tanya Elang sambil menyimpan pensil satu-satunya yang dia punya yang baru saja dia gunakan untuk mengerjakan latihan soal kimia yang seharusnya dikerjakan per kelompok, tapi Athena ke kantin, sementara Ciko dan Elena asyik berdebat.
“Dari…” ucap Athena menggantung. “Matamu, matamu, ku mulai jatuh cinta,” lanjutnya sambil bernyanyi.
Ciko dan Elena sontak menoleh dan tertawa.
“Seperti bintang indah matamu,” balas Elang.
Athena cemberut. “Gak nyambung.”
“Dari mana?” tanya Elang lagi.
“Dari… hatimu,” jawab Athena cengengesan.
Elang terkekeh. “Obat lo abis? Atau lupa makan obat tadi pagi?”
Athena tidak menghiraukan Elang. “Hei, hei, hei!” panggil Athena pada Ciko dan Elena di depannya. Ciko dan Elena menoleh sehingga Athena melanjutkan kalimatnya. “Hei tayo, hei tayo,” lanjut Athena sambil tertawa terbahak-bahak.
“Lo keracunan? Salah makan? Lupa minum obat?” tanya Elena sambil menatap Athena ngeri.
“Hei, hei apa kabar kawan?” nyanyi Athena lagi.
“Wah! Lo kesambet?” tanya Ciko.
Athena cemberut lalu menoleh pada Elang di sebelahnya. “Gue abis dari kantin,” ucap Athena untuk menjawab pertanyaan Elang tadi.
Sedetik kemudian Athena sudah mengalihkan matanya ke depan lagi untuk memanggil Ciko dan Elena yang sudah berbalik menghadap ke depan.
“Hei, hei, hei,” panggil Athena tapi Ciko dan Elena tidak berbalik. “Hei, hei, hei,” ulang Athena kesal, tapi berhasil membuat Ciko dan Elena menoleh lagi.
“Apa lagi?” tanya Elena malas.
“Hei, hei, hei, hammer to fall!” ujar Athena sambil menampilkan cengiran puasnya.
Ciko dan Elena kompak menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum kembali menghadap ke depan secara serempak juga.
“Lo abis makan cokelat ya?” tanya Elang heran.
“Es krim cokelat. Kok tau?” tanya Athena dengan tatapan menyelidik. “Jangan-jangan… lo cenayang ya? Atau lo ngikutin gue?” tuduh Athena dengan ekspresi wajah yang berubah seram.
“Haha, lucu.” Elang tertawa dibuat-buat. “Waktu itu lo juga kayak gini abis makan martabak cokelat padahal cuman satu potong,” balas Elang sambil menatap Athena heran.
Athena mengedikkan bahunya tidak peduli. “Elang…” panggil Athena yang membuat Elang menaikkan sebelah alisnya. “Elang walks warily down the street, with the brim pulled way down low. Ain't no sound but the sound of his feet, machine guns ready to go.”
“Saya speechless,” ucap Elang kagum.
“Iya, iya, gue serius, gak bercanda lagi.”
“Itu yang baru resmi, asyik berdua terus ya. Saya kawinin nih kalian berdua,” sindir guru sejarah mereka yang bernama Alra.
“Nikah dulu, bu,” jawab Elang membuat satu kelas tertawa.
“Oh, nantangin?” tanya gurunya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Ayu ah, bu. Saya terima dengan senang hati kalo sama Athena,” jawab Elang yang membuat suasana satu kelas semakin riuh.
“Malu gue, malu, malu, malu, malu,” desis Athena sambil menutupi wajahnya dengan tangan.
Elang menoleh. “Lah? Tadi gak tau malu, sekarang jadi tau malu?” tanya Elang sambil terkekeh.
“Yeh, dia malah tambah asyik pacaran,” celetuk Bu Alra. “Ya udah deh, hari ini kalian bebas aja, saya mau ngegalau dulu,” lanjut Bu Alra sambil duduk di kursi meja guru yang terletak di sudut kiri depan kelas.
“Gagal move on Bu?” celetuk Ciko.
“Iya, saya gagal move on, lebih tepatnya gak bisa move on makanya saya ngajar sejarah,” jawab Bu Alra dengan wajah sedih.
“Guru panutan Elang, memang beda,” ledek Athena menatap Elang sambil cengengesan.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!