Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Universe 1
MENU
About Us  

#3 Gerbang...

 

Mentari pagi menerobos celah kamar Senja dan perlahan menerpa kelopak matanya, perlahan mata itu terbuka dan bolamatanya mengedarkan pandang pada sekitar kamarnya. Dilihatnya jam alarm sudah terlewat jauh, namun ia berusaha merelaksasikan diri dengan pikiran bahwa hari ini adalah hari libur, hari minggu.

“Baiklah, sebentar lagi yaa..” gumamnya, ia kembali menarik selimutnya yang nyaman dan menutup matanya. Tak berapa lama ia teringat sesuatu yang terasa hilang darinya, ia tak menemukan handphone kecil itu di saku celananya, biasanya ia mengisi baterainya setiap pagi. Ia membuka matanya dan mencari benda kecil itu di sekitaran tubuhnya dan ranjangnya namun tak menemukannya. “aarghh boa murag*...” kesalnya. (jangan-jangan jatuh). Namun tak ia temukan walau bayangnya, benda itu hilang.

Kini tidurnya tak lagi nyaman, diteruskanpun tak kan baik, segera saja dia keluar dan mandi untuk selanjutnya menengok adik tirinya di rumah sakit.

*

Bintang merekatkan kembali tali sepatu yang udar beberapa saat lalu ketika ia lari mengelilingi lapangan dekat alun-alun kota, “Udah atuh Bii... aduuh.. udah berapa keliling nih...?” Mega yang berlari di belakangnya mulai kelelahan dan meminta untuk istirahat, Bintang duduk di kursi taman samping lapangan itu, Mega memberikan sebotol minuman ion padanya. “jadi, itu hape punya Senja gitu Bii...?” tanya Mega yang disambut dengan anggukan Bintang. Keringat mengucur dari dahi mereka berdua, apalagi wajah Mega terlihat memerah, kepanasan dan lelah. 

“iya, aku balikinnya gimana ya...? pangbejakeun atuh ke Langit hape Senja aku yang nemuin.. ” pintanya, Mega hanya mengangguk sembari memainkan handphone nya.

“nih... udah yaa...” Mega memperlihatkan chat nya dengan Langit, Bintang hanya mengangguk tersenyum dan memberikan jempol kanannya.

“kuy... mau lanjut gak larinya...?” Bintang berdiri dan menyiapkan ancang-ancang untuk kembali berlari memutari lapangan, Mega hanya menggeleng dan tersenyum sembari terus memainkan handphonenya.

*

Lelaki berkacamata itu tersenyum ketika mendapatkan pesan dari Langit, segera saja ia bergegas menemui Langit. Meskipun handphone itu sangat kecil dan jadul namun itu adalah handphone pertama Senja ketika kelas satu SMP, terlalu banyak kenangan yang terlewati bersama handphone itu, mulai dari cinta pertamanya hingga kekasih yang tak urung jua mampu ia lupakan hingga saat ini.

Kela nya, urang telepon heula si Bintangna*... katanya sih Otw dia tuh..” ketika Senja sampai di sekre BEM menemui Langit (sebentar ya, aku telpon dulu si Bintangnya), Senja hanya tersenyum.

“dimana Bii..?” tanya Langit ketika panggilan itu telah tersambung, “eh.. kok kamu yang nerima Meg..? hmm.. aduh iya atuh aku kesana sama Senja sekarang..” Langit mengakhiri panggilannya dan berdiri “ikut yuk...”

“kemana?”

“mereka jatoh di jalan mau kesini... sekarang lagi di warung deket kampus..” jawab Langit sembari memakai sepatunya. Senja hanya ikut meskipun tak begitu paham apa yang terjadi.

*

Darah merah segar itu mengalir dari lengan Bintang, lagi dan lagi ia mengelapnya dengan saputangan yang ia punya. Beberapa luka benturan di kakinya mulai terlihat lebam, roknya tesingkap sampai lutut. Di sela-sela membersihkannya ia mengerang merasakan sakit yang amat sangat. “kamu kena apa aja yang luka Meg..?”

“ini cuma lutut kegerus Bii.. kalem aja..” jawabnya sembari membersihkan lututnya dari kotoran dan debu yang menempel dengan tissu basah “kamu mau pake tissu basah ga Bii..?” Mega memberikan tissu basahnya, namun Bintang hanya menggeleng. “kok darahnya keluar terus sih Bii..? gimana atuh..?” kaget Mega melihat darah dari lengan Bintang tak henti-hentinya mengalir.

“aku hemofilia Meg...” Bintang menatap Mega, saputangan itu kini penuh dengan noda darahnya yang tak berhenti mengalir lagi dan lagi.

atuh gimana ini teh...? ya Tuhan..” Mega beralih mengurusi luka Bintang.

“gak apa-apa Meg, kalem aja...” Bintang tersenyum, “bu, gaduh plester...?” Bintang memanggil ibu warung, segera saja ibu warung itu datang dengan membawa plester yang dimaksud “Meg, tolong pasangin ya..” pinta Bintang, Mega hanya mengangguk dan mencoba untuk memasangkan plester pada luka Bintang yang terus saja mengalirkan darah. “biar gak terlalu keluar banyak hehee..”

“mm... sakit gak Bii..?” perlahan-lahan Mega memasangkannya, “mm.. sini saputangannya...” ia membersihkan sisa darah di sekitaran plester lengan Bintang.

“makasih Meg..” Bintang tersenyum, kembali ia memakai jaketnya meskipun jaketnya sudah berlubang karena tergores benda tajam ketika jatuh tadi. “Meg.. ini rahasia kita ya...” Bintang tersenyum pasrah, Mega mengangguk dan membalas senyumannya meski dengan hati yang masih bingung.

Tak lama setelah itu Langit datang bersama Senja, mereka terlihat khawatir terutama Langit yang memang sangat memikirkan Mega selama di perjalanan menuju lokasi mereka kini.

“kalian tuh kenapa..?” tanya Langit tiba-tiba, nada panik masih terdengar jelas di suaranya yang kalem.

“kita keserempet tadi, yang nyerempetnya kabur Lang... kita gak apa-apa cuma luka ringan kok..” jawab Mega “im ok.. we are ok.. hehee”

Bintang yang melihat Langit begitu khawatir pada Mega hanya bisa merasakan iri, iapun ingin ada yang memperhatikan, tapi apa daya, ia paham benar dimana posisinya kini berada. Pandangannya bepindah pada sosok disamping Langit yang juga menatap Mega dan dirinya dengan bergantian seakan ingin berkata sesuatu hanya saja tertahan di tenggorokannya.

“Senja..” Bintang memberanikan diri untuk memanggil lelaki berkacamata itu, yang dipanggil menghampirinya. Segera saja ia mengambil handphone itu dari dalam tas kecilnya untuk selanjutnya dikembalikan pada pemiliknya. “ini handphone nya, maaf ya aku gak charge karena aku gak punya charger hape yang kayak gitu.. semalem kayaknya jatoh pas kamu buru-buru pergi setelah dapet telpon dari Embun..” jelas Bintang.

“gak apa-apa... makasih yaa...” sebuah senyuman ia lemparkan pada Bintang, tiba-tiba saja jantungnya berdebar tak seperti biasanya ketika mendapati Bintang membalas senyumannya, segera saja ia mengalihkan pandangann,ya namun ketika ia alihkan pandangannya, ia menemukan tangan gadis itu penuh bekas darah. “mm.. kamu baik-baik aja Bintang...?” tanyanya.

“gak apa-apa.. aku strong kok...” jawab Bintang semampunya, ia mencoba terseyum, pasalnya kini pandangannya mulai sedikit berkunang-kunang.

“eh, maaf ya...” Senja mengambil kerikil super kecil dari ujung bibir Bintang “ada kotoran nih...” sembari memperlihatkan kerikil kecil itu pada Bintang yang kini menatapnya tak berkedip. Senja dapat dengan jelas melihat pantulan dirinya di bolamata gadis di hadapannya. “kamu jatuh ke tanah yaa...? hehee” katanya salah tingkah entah apa yang ia katakan, yang penting ia bisa keluar dari suasana yang mendebarkan seperti barusan. Jika diteruskan ia khawatir sesuatu yang aneh akan terjadi padanya.

“ahahaaa.. makasih Senja.. iya ini kerikil..” tawa Bintang pecah, ia membuang kerikil kecil itu. Pandangannya beralih pada Mega dan Langit yang ternyata sedang melihat pada mereka. “ahahaa.. kalian, ayo pulang yok...” ajak Bintang sambil tertawa menutupi rasa berdebarnya.

“kuy...” Mega bangkit, disusul oleh yang lainnya “eh tapi aku gak bisa pake motor Bii.. dan kamu luka..” bingungnya.

“yaudah gini aja, kamu sama aku.. biar Bintang sama Senja yaa..” usul Langit.

“jangan... nanti malah ngerepotin ahh.. gak apa-apa kok, aku bisa pake motor Meg.. yuk...” ajak Bintang.

“yakin Bii..?” tanya Mega ragu, pasalnya tadi Bintang keluar lumayan banyak darah, pasti sekarang dia sangat lemas.

“iya Meg... hayu ahh..” ajaknya, ia mencoba menstarter motor matiknya dan menarik gas nya, tapi sayang tubuhnya tak kuat menahan motornya sendirian dan hampir terjatuh.

“tuh kan Bii... udah ahh.. aku mau sama Langit aja..” Mega segera menghampiri Langit “tolong ya Senja.. Bintang kayaknya masih syok pas jatoh tadi..” pinta Mega sembari berbisik, Senja tersenyum dan mengangguk. Ragu.

“gak apa-apa kan Bintang..?” tanya Senja ketika ia meminta motor Bintang untuk ia pakai, Bintang hanya mengangguk dan tersenyum. “yuk naik..” pintanya.

“maaf ya ngerepotin kamu...” Bintang segera naik, pandangannya mulai kembali berkunang-kunang.

“pegangan..” pinta Senja,

“eh..? kenapa? Barusan ngomong apa?” Bintang mendekatka kepalanya pada Senja.

 “ehh.. enggak Bintang, gak apa-apa..” kagetnya, ia terbiasa membonceng Embun dan menyuruhnya untuk pegangan. “udah siap...?”

“iyaa..” jawab Bintang dengan sisa kemampuannya, pandangannya sudah benar-benar penuh cahaya dan tubuhnya melemah.

Tak lama sampai di depan kosan Bintang, Mega turun dari motor dan menghampiri Bintang dan Senja. Merasa sedikit khawatir melihat Bintang hanya menunduk sembari memejamkan mata Mega mengusap pundaknya dan Bintang terkulai lemas. Semua panik, terutama Mega “ya Tuhan Bii...” ia menepuk-nepuk pipi Bintang pelan mencoba menyadarkannya, namun Bintang sudah sangat lemas dan hanya bisa mendesah pelan sebagai jawaban atas kesadarannya, matanya sudah terasa sangat berat. “Lang, tolongin laaahh..” panggilnya, Langit yang tengah memarkir motornya bergegas menolong Mega.

Senja yang kaget menoleh ke belakang dan menelan ludahnya dalam-dalam lalu kemudian mencoba menolong Mega yang terlihat kesusahan “pelan-pelan Meg...”

Langit dan Senja menggotong Bintang hingga depan kosannya, beberapa penghuni kosan terlihat kaget dan menghampiri.

“kenapa teh Bintang a..?” tanya seorang ibu yang sudah sedikit renta.

“pingsan Bu... ibu, ada kunci cadangannya ga..?” tanya Senja, segera saja ibu itu masuk ke rumah dan kembali membawa kunci kamar kosan Bintang.

“disini.. “ Mega menunjuk ke tempat tidur Bintang “pelan-pelan...” pintanya.

Seketika bayangan itu muncul di benak Senja, bayangan Embun yang hampir meregang nyawanya karena bunuh diri karena ia menolak cinta adik tirinya itu. Semua sangat tidak nyaman berkelebat di benaknya, ia berusaha untuk tidak mengingatnya namun Bintang terlihat seperti Embun saat ini.

“Bii..! Bii...! bangun Bii...!” panggil Mega, ia melonggarkan pakaian Bintang satu persatu. “Lang, punten ambilin air yaa..” pintanya, Langit mengangguk dan segera mengambil segelas air.

“Meg...” panggil Bintang setengah mendesah “aku gak apa-apa.. aku baik-baik aja..” igaunya setengah sadar.

“iya Bii kamu baik-baik aja..” jawab Mega, “mau minum..?” tawarnya, Bintang mengangguk dan menerima gelas yang disodorkan Mega “kamu istirahat aja dulu yaa..”

“makasih Meg.. aku capek, mau bobo dulu yaa..” Bintang mengangguk dan tersenyum lalu kemudian terlelap dengan butiran-buturan keringat di wajahnya yang pucat.

Senja hanya terdiam menatap Bintang yang kini terlelap tidur, sesak rasanya dada itu. Rasa sesal itu kembali menghantui Senja, menyesal karena tak bisa menghentikan kegilaan Embun ketika hatinya hancur atas penolakannya.

Maaf...

Bintang..

Maaf...

Embun..

Maafkan aku..

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mendadak Pacar
9298      1878     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA
Roger
2080      872     2     
Romance
Tentang Primadona Sial yang selalu berurusan sama Prince Charming Menyebalkan. Gue udah cantik dari lahir. Hal paling sial yang pernah gue alami adalah bertemu seorang Navin. Namun siapa sangka bertemu Navin ternyata sebuah keberuntungan. "Kita sedang dalam perjalanan" Akan ada rumor-rumor aneh yang beredar di seluruh penjuru sekolah. Kesetiaan mereka diuji. . . . 'Gu...
Asa
4707      1396     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Le Papillon
3157      1237     0     
Romance
Victoria Rawles atau biasa di panggil Tory tidak sabar untuk memulai kehidupan perkuliahannya di Franco University, London. Sejak kecil ia bermimpi untuk bisa belajar seni lukis disana. Menjalani hari-hari di kampus ternyata tidak mudah. Apalagi saat saingan Tory adalah putra-putri dari seorang seniman yang sangat terkenal dan kaya raya. Sampai akhirnya Tory bertemu dengan Juno, senior yang terli...
HEARTBURN
391      287     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
MANGKU BUMI
156      146     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
F.E.A.R
9434      1693     5     
Romance
Kisah gadis Jepang yang terobsesi pada suatu pria. Perjalanannya tidak mulus karena ketakutan di masa lalu, juga tingginya dinding es yang ia ciptakan. Ketakutan pada suara membuatnya minim rasa percaya pada sahabat dan semua orang. Bisakah ia menaklukan kerasnya dinding es atau datang pada pria yang selalu menunggunya.
Koude
3543      1259     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Pahitnya Beda Faith
470      339     1     
Short Story
Aku belum pernah jatuh cinta. Lalu, aku berdo\'a. Kemudian do\'aku dijawab. Namun, kami beda keyakinan. Apa yang harus aku lakukan?
Memorieji
7703      1622     3     
Romance
Bagi siapapun yang membaca ini. Ketahuilah bahwa ada rasa yang selama ini tak terungkap, banyak rindu yang tak berhasil pulang, beribu kalimat kebohongan terlontar hanya untuk menutupi kebenaran, hanya karena dia yang jadi tujuan utama sudah menutup mata, berlari kencang tanpa pernah menoleh ke belakang. Terkadang cinta memang tak berpihak dan untuk mengakhirinya, tulisan ini yang akan menjadi pe...