"Bagaimana hari pertama kamu di sekolah?"
Kinara tersenyum saat menyalami wanita cantik -yang tak lain adalah bundanya, Kirana- saat Kinara tiba di rumah megah bertingkat itu.
"Baik, bunda."
"Bagaimana dengan teman-teman sekelasmu, mereka baik, bukan?" Tanya Kirana lagi.
"Iya" jawab Kinara. "Tadi di sekolah aku bertemu dengan salah satu teman sekelasku, namanya Lilian. Dia itu orangnya.. unik."
Kinara mulai menceritakan kisahnya di hari pertama sekolah di tempat baru dan juga menceritakan tentang Lilian, teman pertamanya itu pada Kirana. Sementara di belakangnya, Danu memperhatikan raut wajah putrinya, putri kesayangannya, Kinara. Satu hal yang Danu tahu, putrinya itu merasa bahagia. Dan hal tersebut membuat senyum di wajah Danu mengembang.
Danu teringat kenangan akan masa lalu Kinara. Sungguh, hanya dengan mengingatnya saja sudah dapat membuat hati Danu teriris.
"Ayah?" Danu tersadar saat Kirana menegurnya.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Kinara di mana?" Tanya Danu.
"Kinara sudah pergi ke kamarnya."
Melihat raut sedih di wajah Danu membuat Kirana penasaran. Kirana berdiri di belakang Danu dan menaruh dagunya di bahu Danu, sementara kedua tangannya masing-masing menggenggam tangan Danu.
"Kenapa? Kok ayah kelihatan sedih? Bukankah Kinara sudah baik-baik saja?"
"Aku hanya sedikit.. takut." Terdengar helaan napas Kirana.
"Kenapa? Bukankah dokter Anggi bilang kalau Kinara sudah baik-baik saja? Lalu apa yang ayah takutkan?"
"Entahlah.. aku hanya berharap, agar Kinara selalu bahagia."
"Amiin"
**
Keesokan paginya, Kinara sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut lurusnya kembali Kinara ikat seperti ekor kuda. Dan setelah semuanya siap, Kinara keluar dari kamarnya lalu menuju ke ruang makan.
"Selamat pagi Kinara sayang" sapa Kirana. "Cantiknya anak bunda."
"Selamat pagi bunda."
Pagi ini berjalan seperti biasanya. Kinara memakan sarapannya bersama Kirana, sementara Danu sudah lebih dulu keluar untuk memanaskan mobil.
"Ini bunda buatkan kamu dua bekal. Yang satu untuk kamu, dan yang satu lagi untuk teman kamu, Lian." Kirana memberikan dua kotak bekal kepada Kinara seusai dia sarapan.
"Terima kasih bunda"
**
"Hati-hati ya sayang." Danu mencium kening Kinara sebelum dia kembali masuk ke dalam mobil.
"Iya ayah"
Selepas mobil yang dikendarai Danu pergi dari pelataran sekolah, Kinara memulai langkahnya untuk pergi ke kelas.
Suasana pagi ini sekolah sudah cukup ramai, sudah banyak siswa yang datang silih berganti. Banyak orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dan seperti biasa, Kinara hanya berjalan melewati kerumunan orang tersebut sambil menundukkan kepala.
Kinara terus saja berjalan, mengabaikan kebisingan yang ada di sekitarnya. Satu tujuannya, Kinara hanya ingin cepat sampai di kelasnya.
"Kalau jalan tuh liatnya ke depan, jangan ke bawah. Nanti nabrak."
Refleks Kinara menghentikan langkahnya, kemudian melihat ke samping kiri dan kanannya. Tidak ada siapapun. Namun saat Kinara melihat ke arah depan, Kinara melihat orang asing yang kemarin Kinara temui di kelas. Orang itu hanya menatapnya datar, sebentar, lalu dia pergi. Hal itu membuat Kinara lagi-lagi merasa sedikit takut. Mengingat kemarin Kinara bertemu dengannya dan dia sedang dalam keadaan kacau. Hari ini pun Kinara melihatnya sama, namun yang membedakan hanya bekas luka yang sudah mengering. Satu hal yang ada di pikiran Kinara saat ini, Kinara harus menghindari orang itu.
"Hoyy!!"
Kinara terkejut saat seseorang mengagetkannya dari arah belakang. Lilian. Wajah Kinara sangat mengatakan bahwa saat ini dirinya sedang benar-benar kaget. Hal itu membuat tawa dari mulut Lilian terhenti.
"Eh sori sori, lo beneran kaget ya? Aduh sori banget, Ki." Ucap Lilian merasa bersalah.
"Gapapa" hanya kata itu yang keluar dari mulut Kinara.
Kemudian Kinara melanjutkan langkahnya, sementara Lilian masih diam di tempatnya sambil menatap punggung Kinara yang menjauh.
"Gue yakin ada sesuatu dalam diri dia yang belum gue ketahui."
**
Lagi dan lagi Kinara harus terkejut saat memasuki kelasnya. Terutama saat kakinya menuju tempat duduknya. Sebab seseorang sudah duduk di kursi kosong di samping tempat duduknya. Orang yang sama dengan yang kemarin Kinara temui di tempat yang sama pula. Orang yang sama dengan orang yang tadi menegurnya di koridor.
"Kenapa lo liat gue kayak yang lagi liat setan?" Tanya orang itu cuek, sedangkan Kinara saat ini sedang merasa gugup, oh atau lebih tepatnya takut?
"Kinara? Lo kenapa?" Dia Lilian.
"Wah gue tau, ini pasti gara-gara lo kan?! Hayo ngaku?! Lo apain temen gue?!" Ucap Lilian pada seseorang yang duduk di samping tempat duduk Kinara. Sementara orang itu hanya memutar bola mata malas lalu membuang pandangannya ke arah lain. Dan seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Kinara, Lilian menggeser tubuh Kinara lalu mendudukkannya di tempatnya.
"Lebih baik lo duduk di sini aja, ga baik duduk sama cowok rese kayak dia." Setidaknya Kinara merasa sedikit lega karena tidak harus duduk berdampingan dengan orang itu.
Teman sebangku Lilian pun mengerti apa yang diisyaratkan oleh Lilian, sehingga dia langsung pindah ke tempat duduk dua baris dari tempat duduk awalnya. Tempat duduk Arul.
"Eiiitttsss siapa yang nyuruh lo duduk di tempat gue?!" Teriak Arul yang baru saja tiba.
"Gue yang nyuruh, kenapa?! Masalah?!" Ucap Lilian dengan kesal.
Jangan salahkan Lilian yang selalu berkata kasar pada Arul, tapi salahkan Arul yang mempunyai wajah menyebalkan yang setiap kali melihatnya Lilian selalu merasa kesal.
"Dasar Liliput!! Terus gue duduk di mana njir?!"
"Tuh di belakang! Lo sama dia kan satu spesies, jadi ga masalah kalau kalian sebangku."
"Satu spesies cogan mah iya."
"Spesies cowok rese, aneh dan juga pembuat onar!"
Kinara hanya diam tertunduk di tempat duduk yang tadinya milik Lilian, sedangkan Arul dan Lilian masih saja meneruskan pertengkaran mereka. Sementara orang yang menurut Lilian cowok rese itu sedari tadi mata tajamnya tak berkedip menatap Kinara.
Dasar cewek aneh. Batinnya.
Bel masuk berbunyi. Suara langkah kaki terdengar memasuki kelas XI Ipa 1, bu Indah. Sebab sekarang adalah pelajaran matematika. Kinara ingin menghentikan Lilian agar berhenti bertengkar sebab bu Indah sudah memasuki kelas, namun Kinara tidak berani saat mata milik bu Indah menatapnya seakan mengisyaratkan 'Jangan'. Dalam hati Kinara hanya berharap, semoga Lilian tidak kena masalah.
"Harus berapa kali sih gue bilang sama lo, kalo lo itu cuma cowok rese yang bisanya bikin gue darah tinggi!"
"Harus berapa kali juga gue bilang, kalo lo tuh ga usah kegeeran?! Siapa juga yang cari gara-gara sama lo? Yang ada juga lo yang selalu cari gara-gara sama gue?! Dasar Liliput!!"
"Dan harus berapa kali saya bilang, kalau kalian jangan sampai bertengkar lagi?"
Kinara lagi-lagi hanya menunduk, sementara teman-teman kelas yang lainnya sedang susah payah menahan tawa mereka.
Seakan emosi mereka -Lilian dan Arul- menghilang seketika, dan seakan kesadarannya baru saja dikembalikan setelah mendengar suara lembut namun penuh tekanan dibaliknya. Baik Lilian atau pun Arul, keduanya hanya saling menatap dan meneguk ludahnya masing-masing.
"Kenapa? Sudah selesai?"
"Eh ada bu Indah cantik. Pagi bu." Ucap Arul sambil menyalami tangan bu Indah. Begitu juga dengan Lilian.
Akhirnya Lilian dan Arul pun duduk di tempatnya masing-masing. Sementara bu Indah masih menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Sekali lagi saya lihat kalian berdua ribut-ribut ga jelas, saya tidak akan segan-segan untuk memberikan kalian libur selama satu bulan pada pelajaran saya."
Mendengar perkataan -oh atau lebih tepatnya ancaman dari bu Indah, baik Arul ataupun Lilian hanya bisa meneguk ludah masing-masing.
"Kalian mengerti?!" Mereka pun mengangguk.
"Bagus."
Bu Indah kembali ke tempatnya dan memulai absen. Satu per satu siswa yang disebutkan namanya pun menjawab hadir.
"Kevandra Adya?"
"Hadir" Mendengar jawaban hadir dari seorang yang namanya disebutkan, bu Indah sangat terkejut.
"Kevan hadir?" Tanya bu Indah memastikan.
Begitu juga dengan Kinara. Ia juga terkejut saat bu Indah memanggil nama Kevan. Nama itu tidak asing bagi Kinara. Seingatnya, Kinara pernah mendengar juga nama itu. Tapi kapan? Kinara lupa. Namun bayangan ketika Kinara berada di ruangan kepala sekolah pun terlintas begitu saja. Sekarang Kinara ingat.
Jadi, dia Kevan?
"Kinara Wijaya?"
Kinara tersadar saat lengannya disenggol oleh Lilian. Kinara tidak mengerti kenapa Lilian menyenggol lengannya, namun saat namanya kembali dipanggil.
"Kinara Wijaya?"
"Ha..hadir bu!" Kinara baru sadar kalau bu Indah masih mengabsen.
Kinara tidak habis pikir. Jadi, orang yang kemarin ku temui di kelas saat jam pulang sekolah dan juga orang yang menegurku di lorong, ternyata dia itu Kevan? Murid bermasalah yang sampai membuat pak Basit menyerah untuk menghadapinya?
Ternyata dia itu Kevan, orang yang tiba-tiba duduk di kursi kosong di samping tempat duduknya tadi. Tetapi sekarang Kinara mengerti, dia tidak tiba-tiba duduk di sana, melainkan itu memang tempat duduknya. Karena faktanya, dia adalah Kevan, teman sekelas Kinara.
When I Was Young
8239
1654
11
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu.
*****
April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451
907
2
Humor
Warning!
Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v
Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v
---------------------------------...
Run Away
6667
1493
4
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan.
Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359
247
1
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya.
Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305
675
1
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim.
Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan.
Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Unthinkable
11409
1848
6
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
CAFE POJOK
3198
1077
1
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh.
Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka.
Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Toget(her)
1269
591
4
Romance
Cinta memang "segalanya" dan segalanya adalah tentang cinta. Khanza yang ceria menjadi murung karena cinta. Namun terus berusaha memperbaiki diri dengan cinta untuk menemukan cinta baru yang benar-benar cinta dan memeluknya dengan penuh cinta. Karena cinta pula, kisah-kisah cinta Khanza terus mengalir dengan cinta-cinta.
Selamat menyelami CINTA
Move on
63
42
0
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang.
Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku.
...
Glad to Meet You
249
190
0
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.
Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...