Rindu
Pagi ini terasa lebih berbeda,setelah hijab yang membalut kepalaku,aku masih harus membalutkan syal dileherku guna mengatasi udara dingin yang menyengat. Syal berwarna biru segar ini aku temukan di depan pintu kemarin. Ada seseorang yang meletakkan bingkisan di depan dan meninggalkan secarik tulisan dengan bahasa Korea. Sempat aku tanyakan kepada Joon Seong,dia bilang ini berarti seseorang telah memberiku hadiah dan akan sangat senang jika aku menggunakannya. Karena udara diluar sangat dingin dan aku tidak punya pilihan lain,maka tidak ada salahnya jika aku menggunakan ini. Aku suka motifnya,warnanya juga sangat menyejukkan. Bagaimanapun,aku tetap berterimakasih kepada pengirimnya dan semoga dia selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
Langkah kaki Won terhenti sesaat melihat Joon Seong berada di depan rumah kami. Joon Seong ingin berangkat bersama kami pagi ini. Seperti yang aku katakan sebelumnya,Joon Seong terasa lebih hangat dan menyenangkan di banding Won. Joon Seong banyak bercerita tentang Negara ini dan semua keunikan yang terdapat di dalamnya selama perjalanan menuju kampus. Joon Seong juga mengajakku jalan-jalan setelah kelas usai. Aku pikir karena sedang berhalangan untuk beribadah,maka tidak ada salahnya jika aku menerima tawaran itu. Joon Seong sudah bertengger di depan pintu kelas saat pelajaran terakir di kelasku berakir. Kami tidak satu kelas,karena itu Joon Seong menjemputku ke kelas. Kami segera berlalu,dimulai dari hal-hal kecil seperti taman dan pusat perbelanjaan. Tidak sengaja mataku menangkap pusat keramaian.
"Lee Jae Jin always captivate the eyes of women. Lai,are you also interested in Korean artist? Lee Jae Jin selalu memikat mata wanita. Lai,apa kamu juga tertarik pada artis korea?"sedikit tersentak aku mendengar pertanyaan itu. Mataku beradu dengan mata Joon Seong untuk sesaat.
"In our country, Korea became the idol. I also liked the korean artist Di negara kami,Korea menjadi negara pujaan. Aku juga suka artis korea"
"Wait here a minute, I got something to do Tunggu disini sebentar,aku ada sedikit urusan" Dia berlalu begitu saja,entah apa yang hendak dia lakukan? Aku hanya menunggunya di kursi panjang yang tersedia sembari membaca brosur dan apapun yang bisa aku jama disini. Mulai hari ini aku harus segera mencari informasi seputar Lee Jong Suk dan harus segera menyelesaikan amanah pula. Tidak akan ada ruginya bagiku jika aku bisa bertemu dengan artis pujaan Laili tersebut.
"Lai" seseorang mengalihkan perhatianku. Betapa terkejutnya aku,dia bukan Joon Seong ataupun Won.
"Do you Lai, from Indonesia? Kamu Lai, dari indonesia?" Aku hanya diam dan sedikit melirik Joon Soeng yang sekarang berada di samping pria ini. Aku seperti pernah mengenalnya,dia seperti
"Li jae jin , indonesia nae chinguga dangsin e nolyeog-eul giul-igo iss-eumyeo, dangsin-ui mogsolileul salang Lee Jae Jin,temanku dari Indonesia ini tertarik padamu dan sangat menyukai suaramu"
" jeongmal? geuligo najung-e geunyeoege teugbyeolhan DVD leul bonaedeulibnida Benarkah? Kalau begitu aku akan mengirimkan DVD khusus untuknya nanti"
Lee Jae Jin,hanya itu kata yang aku mengerti dari bahasa mereka. Ternyata orang yang berada di hadapanku saat ini adalah Lee Jae Jin,artis yang di gandrungi banyak wanita karena suaranya yang merdu itu. Aku pun mengenal suara pertamanya dari soundtrack sebuah drama korea juga. Aku sama sekali tidak menyangka,kalau aku bisa berhadapan dengannya saat ini. Bahkan Joon Seong juga meminta Lee Jae Jin untuk mengambil gambar bersamaku. Aku tidak tahu bagaimana harus menutupi rasa bahagiaku agar tetap terlihat tenang dan tidak memalukan. Setelah itu Lee Jae Jin harus kembali beraktifitas,aku sungguh sangat berterimakasih karena dia menyempatkan diri untuk bertemu denganku dan sedikit berfoto ria bersama. Aku tidak bersusah payah untuk bisa menemuinya,justru dia yang datang menemuikku. Ini sungguh keajaiban yang tidak pernah tertulis dalam benakku. Tidak berhenti disini,Lee Jae Jin yang sudah beberapa langkah menjauh dari tempatku berdiri menahan kegirangan kini berbalik arah kembali kepadaku. Dia melepas baju hangat yang dia gunakan saat ini dan menyampirkannya di pundakku. Sempat aku merasa takut tentang apa yang hendak dia perbuat,aku selalu terbawa suasana drama korea yang di penuhi adegan kissing.
"Here is very cold, you should use a thicker clothes Disini sangat dingin,kamu harus menggunakan baju yang lebih tebal "
"Thank you Terimakasih"
"If I come to Indonesia, you should see me and give me something Kalau aku datang ke indonesia,kamu yang harus menemuiku dan memberiku sesuatu"
"Of course tentu saja" Kini aku melihat dia berlalu dan semakin jauh. Aku masih mematung menguasai detak jantung dan pola pikirku yang tidak beraturan.
"Joon Seong "
"ya"
"My heart stopped beating Jantungku berhenti berdetak"
"Are you ok? Apa kamu baik-baik saja?" Joon Seong merangkulku spontan seraya menatap mataku tajam. Segera ku tepis kedua tangan kekarnya ini.
" I'm ok, I'm just very happy. Thank you brought me here and met with Lee Jae Jin was good and friendly Aku tidak apa-apa,aku hanya sangat bahagia. Terimakasih telah membawaku kemari dan bertemu dengan Lee Jae Jin yang baik dan ramah"
"You make me so worry, let's go to the next place Kamu membuatku hawatir,ayo kita ketempat selanjutnya"
Kalau dibilang lebay,aku memang lebay untuk masalah yang satu ini. Kalian bayangkan saja sendiri bagaimana perasaanku dan bagaimana rasanya mendapat hadiah dari seorang artis korea? Kalau aku tentu tidak pernah menyangka. Seandainya ada Laili disini,dia pasti akan tahu bagaimana perasaanku. Selanjutnya aku dan Joong Seong menjelajah di toko pakaian,Joon Seong yang selalu memperhatikan penampilan ini ternyata sangat teliti dalam memilih. Dia terlihat pantas menggunakan baju dengan warna apapun,aku hanya mengamini saja setiap pilihannya. Dia juga menawarkan beberapa pakaian untukku,aku hanya menolak saja dan memberinya sedikit penjelasan bahwa aku selalu menggunakan pakaian tertutup. Semua pakaian yang dia pilih selalu pakaian yang kekurangan kain__hehehehe__ yang Jae Jin berikan hari ini sudah lebih dari cukup. Aku sudah sangat senang dengan pemberiannya,ini pasti barang yang terbuat dari bahan asli. Tebal dan lembut,terasa hangat saat menggunakan baju ini. Hatiku juga masih mengembang dan melayang-layang. Untuk pecinta K-POP coba kalian bayangkan seperti apa rasanya.
Joon Seong menawarkan barang yang tidak bisa aku tolak,sebuah boneka berukuran seperti manusia utuh. ALLAH,sungguh aku sangat menginginkan ini sejak aku duduk dibangku SMA dulu. Joon Seong sampai harus menggendongnya selama kami menempuh perjalanan pulang. Ada pemandangan aneh yang aku lihat di dekat taman bermain,sebenarnya tidak aneh aku pernah melihat itu di setiap drama korea. Ada yang menjual ubi jalar bakar,Joon Seong juga membeli beberapa untuk kami. Rasanya memang tidak berbeda dari ubi jalar di Indonesia,tapi yang ini terasa sangat nikmat. Mungkin karena disini udara terasa sangat dingin,sehingga terasa sangat menghangatkan saat menikmati makanan panas seperti ini.
"I can cultivate yams with other recipes, giving flour or fry. You've never tried it Aku bisa mengolah ubi ini dengan resep lain,memberinya tepung atau menggorengnya. Kamu pasti belum pernah mencobanya"
"jeongmal?Benarkah? What's in Your country, potatoes can be cooked with a variety of recipes? Apa di Negaramu ubi bisa dimasak dengan berbagai resep?"
"Of course Tentu saja"
"Then tomorrow,I'll come with food ingredients. and you must make a meal Indonesia for me Kalau begitu besok aku akan datang ke rumah membawa bahan masakan,dan buatkan aku makanan indonesia"
"Of course, Won always eat my cooking Tentu,Won juga selalu makan masakanku"
"Eiihhh" Aku menatapnya polos penuh tanda tanya,apa ada yang salah dengan itu? Apa dia merasa Won adalah orang yang aneh? Jika itu yang dia rasakan,maka tidak berbeda dengan apa yang aku rasakan. Sejak awal pertemuanku dengan mahluk itu,dia memang aneh dan sangat aneh. Dia baik,tapi dia juga dingin dan arogan. Seolah malu menunjukkan kalau dia adalah orang yang baik dan peduli. Aku mengakui Won orang yang peduli,karena aku merasakan dia benar-benar sangat hawatir saat jariku terluka malam itu. Aku melihat kehawatiran yang serius dimataya. Dan malam ini,aku sangat terkejut saat dia berada di depan rumah. Matanya menunjukkan amarah yang sangat.
"Where have you been,why just come? What do you think you're in your town? (Kemana saja kamu,kenapa baru kembali? Apa kamu pikir kamu sedang berada di kotamu)?"
"joon Seong took me sightseeing,him... ( Joon Seong mengajakku jalan-jalan dia...)"
"won, geuneun dangsin-ui adeul-ibnikka? wae geuleul kkujijhabnikka? ( Won,apakah dia anakmu? Kenapa kamu memarahinya?" } Won hanya berlalu tanpa sepatah katapun,dia pasti sangat marah. Aku tidak keluar di jam malam,aku bahkan kembali sebelum jam sembilan. Apa aku berlebihan?
"geogjeong maseyo ( Jangan hawatir ) ,Now go shower and rest (sekarang pergilah mandi dan istirahat.) nan jib-e gago (Aku pulang) " Sungguh aku merasa tidak enak pada Joon Seong,jika Won marah dia pasti tidak hanya marah kepadaku tapi pada Joon Seong juga. Mungkin sebaiknya aku merayu Won dengan makanan,aku memang tidak ahli dalam merayu. Aku hanya akan membujuknya untuk tidak marah pada Joon Seong. Bergegas aku membersihkan diri dan segera membuat menu makan malam untuk Won dengan sisa bahan yang ada. Setelah semua siap,berencana untuk mencari mahluk itu. Namun aku t erkejut saat dia berada di balik pintu rumahku. Wajahnya seperti biasa sebelum dia berubah,dingin dan sangat menakutkan. Matanya bergantian menatap piring dan wajahku. Kemudian membuang pandangan begitu saja dilengkapi dengan hembusan nafas mendengus. Sedikit kucoba menenangkan diri dan menata keberanian menghadapinya,belum sempat kuucap sepatah katapun dia sudah melaluiku. Memang tidak ada yang salah,karena ini rumahnya jadi dia bisa masuk dan keluar sesuka hatinya. Tapi setidaknya,bisakah dia menghargai keberadaanku? bongkahan ice itu sekarang duduk di kursi seperti biasa. Aku mendekat dan meletakkan piringku di meja tepat di depannya. Masih dengan rasa takut dan ragu untuk berucap ataupun bersikap. Mataku tertunduk mengumpulkan keberanian untuk menatap wajahnya dan mengucap sepatah kata.
"Won,," sikapnya mematahkan kata-kataku,dia meletakkan sebuah benda berbentuk segi panjang berwarna hitam polos dengan layar panjang dan tipis,tapi aku sudah tidak punya keberanian untuk bersikap lebih. Dia juga mendengus kesal dengan dengusan yang bisa kudengar suaranya.
"Next time, if you go anywhere please contact me. This is not a place where you can go like you want. You can get lost at any time, so I forbid you to go (Lain kali kalau kamu pergi kemanapun hubungi aku,ini bukan tempat dimana kamu bisa pergi sesuka hatimu. Kamu bisa tersesat sewaktu-waktu,karena itu aku melarangmu untuk pergi)"
"I cannot accept this (Aku tidak bisa menerima ini)"
"You can accept that big doll from Joon Seong, but could not accept Mobile from me?Kamu bisa menerima boneka sebesar itu dari ( Joon Seong,tapi tidak bisa menerima Handphone dariku?)" kali ini dia terlihat benar-benar marah,dia berdiri dan mengambil langkah pergi. Aku berusaha menghentikan langkahnya.
"I cannot accept it because you're angry, I'll take it if you're not angry anymore (Aku tidak bisa menerimanya karena kamu marah,aku akan menerimanya jika kamu tidak marah lagi)" dalam hitungan detik dia sudah berada di hadapanku kembali,tapi kali ini aku lihat dia mengalunkan tangannya untuk membawa piring dan peralatan lain kehadapanku. Dia juga memberi sinyal untuk segera makan bersama. Dia sangat lahap menikmati menu yang ku buat malam ini. Rasanya sangat lega melihat dia seperti ini,aku menatapnya lekat. Sementara dia masih saja mengunyah makanan tanpa protes sedikitpun.
"I hear, in Islam cannot viewed as the opposite sex like that. Could lead to lust (Aku dengar dalam Islam tidak boleh melihat lawan jenis seperti itu. Bisa menimbulkan nafsu)" Aku gelagapan mendengar dia berucap demikian. Astagfirullah dia benar juga,kenapa aku bisa lalai? Yaa Allah ampunkan hamba. Hamba hanya senang melihat Won sudah tidak marah lagi.
Hingga pagi menjelang,aku masih saja menimang apa yang Won berikan tadi malam. Dia juga melengkapi Handphone pemberiannya dengan beberapa aplikasi yang sangat aku butuhkan. Dengan ini aku bisa menghubungi Safaraz sesuka hati dengan sering dan dimanapaun. Berlaku juga untuk menghubungi Ardan,guna mendapatkan informasi tentang perkembangan kesehatan Laili. Won memang sulit di tebak,di dalam marahnya tetap tersimpan rasa peduli. Sebenarnya manusia seperti apa dia?Dia selalu malu menunjukkan rasa pedulinya terhadap sesama dan menutupi semua itu dengan sikapnya yang dingin dan arogan. Ku rasa Won hanya manusia yang kurang ber-ekspresi. Aku belum pernah melihat dia tertawa lepas dan bebas. Dia hanya tersenyum saja,itu pun senyum tipis dan kalau dalam bahasa jawa bisa dibilang "Medit". Bisa aku rasakan dia orang yang sangat baik. Bahkan mempersilahkan aku dengan bebas tetap tinggal dirumahnya saat mendengar berita bahwa aku tidak mendapat jatah kamar Asrama. Sebagai gantinya,aku harus selalu memasak untuknya setiap kali dia ingin makan. Dia bahkan menghargai statusku sebagai seorang muslim. Dan yang perlu di garis bawahi,hingga saat ini aku belum mengeluarkan uang sepeserpun untuk kebutuhanku. Semua Won yang membayar,dia yang membeli bahan makanan,dia juga yang mencukupi kebutuhan lainnya. Aku benar-benar hidup gratis disini. Hanya perlu memasak untuk Won,itu bukan pekerjaan yang berat untukku. Akan lebih mengerikan jika aku terlantar di jalanan tanpa mengenal seorangpun di kota atau bahkan negara ini. Apalagi Won bukan orang yang cerewet soal makanan. Dia hanya menghabiskan apa yang aku suguhkan tanpa protes sedikitpun. Terkadang dia menanyakan seputar agama,apa artinya agama untuk kehidupan dan juga mengapa seseorang harus memiliki agama? Dia sering bertanya tentang hal itu. Aku juga hanya menjelaskan semampuku dan seperti yang aku tahu saja. Won juga menanyakan tentang Islam dan semua aturan Islam. Apa saja yang dilakukan orang Islam? Makanan yang boleh mereka makan,hukum dan ajaran Islam. Dia menanyakan semua itu. Seperti yang aku tahu sebelumnya,di negara yang disanjung ini masih banyak orang yang tidak ber-agama. Begitupun dengan Won,dia juga masih belum menentukan akan hidup dengan agama yang mana. Selama ini tidak ada pengetahuan agama yang dia pelajari. Sembari menikmati makan siang hari ini aku juga memberinya sedikit penjelasan tentang "Haram dan Halal" dalam ajaran Islam pada Won. Dia murid yang bijak,dengan seksama dia hanya menyimak dan mendengarkan begitu saja. Karena dia adalah orang yang pandai dan ku pikir pasti cepat tanggap,dia mudah sekali memahami yang aku ucapkan. Dia terlihat sangat antusias sekali untuk mempelajarinya. Dia bilang harus memahami dulu agar tidak salah dalam memperlakukan aku disini,lagi pula dia mempunyai tanggung jawab untuk menjagaku disini karena hanya dia satu-satunya yang paling dekat denganku. Walaupun sebenarnya kali ini Joon Seong juga lebih sering bermain denganku.
Seperti malam ini,disaat aku dan Won sedang menikmati makan malam. Seseorang telah membunyikan bel dari balik pintu,aku segera beranjak dan membuka pintu. Sudah bisa di duga pasti Joon Seong yang datang. Dia datang tidak dengan tangan kosong,sesuai janji dia membawa beberapa bahan makanan dan tidak lupa dia juga membeli ubi. Sepertinya aku akan menjadi koki yang special disini. Padahal kemampuan memasakku masih tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan kemampuan Laili. Mereka akan menyesal jika tahu tanganku ini bukan tangan seorang koki atau ibu rumah tangga yang bisa memasak dengan sangat luwes. Mata Won terlihat lebih seram dari mata kuntilanak saat Joon Seong duduk tepat di hadapannya.
"nan dangsin-i naega jinan bam-e mal-eul ihae balabnida. nan geunmyeonhage geuleul yeogi gajyeo wass-eoyo. dangsin-eun naegeseo geuui gwansim-eul salo jab-ahalyeogohaji anhneunda ( Joon Seong,aku harap kamu mengerti yang aku katakan tadi malam. Aku sudah dengan susah payah membawanya kemari. Kamu jangan coba-coba merebut perhatiannya dariku)" Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan,tapi yang jelas Won terlihat sangat menakutkan saat berkata-kata. Sementara Joon Seong hanya diam tersenyum ramah tanpa memantah sedikitpun,dia juga tertawa kecil untuk sejenak.
"naega absu haji gat-ayo ege , geuneun simjieo mollass-eoyo (Ku rasa bukan merebut,dia bahkan tidak menyadarinya)"
"What you're arguing? I don't like any debate at the dinner table (Apa kalian sedang bertengkar?Aku tidak suka perdebatan apapun di meja makan)" Suasana dingin sekejab mata,semua terdiam saat ini. Aku tidak tahu apa yang mereka perdebatkan saat ini,tapi mungkin ada baiknya aku memberi mereka waktu untuk berdua. Kehadiranku sudah merubah suasana hati keduanya,aku tahu sebelumnya Joon Seong dan Won sangat akrab dan tiak pernah seperti ini. Mereka adalah sahabat baik,tapi jika karena kehadiranku mereka menjadi seperti ini haruskah aku pergi?
"Joon Seong, this is for you! hurry up eating. This recipe Indonesia. Won, what's wrong with your eyes? (Joon Seong,ini untukmu cepatlah makan. Ini resep indonesia. Won,ada apa dengan matamu)?"
"What's wrong? (Apanya yang salah)?"
"Looks more frightening than Sadako. I will learn the Korean language, so I know what you're talking about. (Terlihat lebih menakutkan dari Sadako(film horror jepang). Aku akan belajar bahasa Korea,agar aku mengerti apa yang kalian bicarakan)" Aku pergi meninggalkan dua pria tampan yang sedang beradu mata ini. Tentu saja aku pergi ke kamarku,karena tidak mungkin aku pergi keluar atau bahkan pulang ke indonesia. Entah apa yang mereka lakukan setelah kepergianku,aku hanya berusaha memahami keadaan yang ada. Aku juga menyempatkan diri untuk menghubungi Safaraz dan menanyakan kabar kedua orang tuaku. Terkadang aku juga berani mengutarakan curahan hati kepadanya,karena hanya dia yang bisa menjadi temanku sekarang. Walaupun sering melakukan panggilan video dengan Ardan,tapi kami hanya membicarakan Laili saja. Tidak mungkin juga aku akan membeberkan suasana hati kepadanya. Kalau sampai aku melakukan itu,Ardan akan tahu betapa sangat tertarik aku kepadanya.
-----o0o-----
Hidup jauh dari keluarga terasa sangat asing bagiku. Saat aku berada di tanah Malang,aku bisa pulang kampung saat hari libur tiba. Namun saat aku berada di tanah kelahiran orang lain seperti ini,aku tidak bisa melakukan perjalanan pulang kampung sesuka hatiku. Aku hanya bisa melepas rindu dengan mendengar dan menyapa mereka lewat video call. Ibu dan ayah akan menceritakan hari-hari di sana,begitupun denganku. Aku menceritakan hari-hariku disini. Hanya cerita terbaik yang aku suguhkan,karena aku harus pandai mengapus kehawatiran mereka terhadap kondisiku disini.
Malam ini aku menikmati udara di luar rumah. Cuaca sangat cerah meski dingin menyapa. Terduduk sendiri sembari menatap langit yang ceria,pandanganku menerawang jauh ke Indonesia. Aku berharap Ayah dan Ibu sedang baik-baik saja disana.
Apa yang ibu masak sore ini? Apa makanan yang segar dan lezat? Apa yang Ayah rasakan saat ini? Apakah Ayah masih menanam pohon nanas di depan rumah ?
Banyak sekali pertanyaan yang ingin ku ketahui jawabannya Tapi rasanya akan sangat sulit untuk bertatap mata dengan mereka lewat layar. Aku merasa sesuatu sudah membasahi pipiku saat ini. Aku sangat merindukan mereka dan nuansa di kampung halaman yang menenangkan. Aku rindu saat Safaraz berlagak seolah dia adalah kakakku,selalu menceramahiku dengan segala argumennya dan memberiku banyak sekali kejutan yang tidak terduga. Aku merindukan malam di Indonesia.
"Lai " Aku segera menyembunyikan wajahku dan mengusap sedikit reruntuhan air mataku dengan jari.
"What's wrong, you look sad. (Ada apa,kamu terlihat bersedih)"
"No, I just miss my family. (Tidak ada,aku hanya rindu keluargaku)" Won duduk di ujung bangku yang sama denganku,jujur aku sangat salut dengan Won. Dia sangat menghargai posisiku. Selalu menjaga jarak denganku dan tidak menganggu ibadahku. Dia bahkan tidak membiarkan aku melewatkan waktu beribadah dan selalu memintaku untuk membaca Al-Qur'an. Walau setelah mendengar aku melantunkan ayat ALLAH dia akan pergi kembali kerumah sebelah (rumah yang dia tinggali__hehehe__)
"What mother cook today? Did father plant a tree pineapple in front of a house, or a banana tree? I miss the sound Azan in the mosque, I want to pray the congregation in the mosque. I missed the feel of it. I want to go home. (Apa yang ibu masak hari ini? Apa Ayah menanam pohon nanas didepan rumah,atau pohon pisang? Aku rindu suara Adhzan di masjid,aku ingin sholat jama'ah di masjid. Aku merindukan nuansa itu. Aku ingin pulang)" ini kali pertamanya aku mengungkapkan perasaanku kepada Won. Terdengar aneh ketika aku melontarkan kata-kata yang mengeliat kelabu di benakku ini. Namun entah kenapa hari ini bisa terlontar begitu saja. Aku tahu Won juga tidak akan peduli,dia bukan type orang yang suka mendengarkan curhatan orang lain. Terlihat sekali dari sikapnya yang dingin dan arogan,dia pasti jarang berinteraksi dengan orang lebih dekat lagi. Bahkan dengan Joon Seong yang aku rasa mereka adalah teman dekat saja,aku masih meragukan kalau mereka mengenal pribadi satu sama lain.
" Someone once said to me. If you receive what you get at this time patiently. You'll get a more beautiful future. Lai, don't you believe in God? If today you feel homesick extreme, you should be able to grasp and react calmly. God just wants to know what kind and what would you do if you feel that sadness. Later if God already knows, God will replace your sadness with happiness more. You come to Korea, not for fun is not it ?. Both parents so happy to hear his son fight in the country. They also love to see you get a lot of experience, they hope that you can improve their lives. When they put great hopes in you, would you give up? I believe that not only do you miss them. They also must have missed you so much, but they hold and receive. Because they invest great hope that you will improve their condition now and give them something better. Not only are you a fight, they also. And if you give up now, they will be disappointed. Because they struggle in vain. (Seseorang pernah berkata kepadaku. Jika kamu menerima apa yang kamu dapatkan saat ini dengan lapang dada. Kamu akan mendapatkan yang lebih indah nantinya. Lai,bukankah kamu percaya pada Tuhan? Jika hari ini kamu merasakan rindu yang teramat sangat,kamu harus bisa menahannya dan menyikapinya dengan tenang. Tuhan hanya ingin tahu seperti apa dan apa yang akan kamu lakukan jika kamu merasakan kesedihan itu. Nanti jika Tuhan sudah tahu,DIA akan menggantikan kesedihanmu dengan kebahagiaan yang lebih banyak. Kamu datang ke Korea bukan untuk bersenang-senang bukan?. Kedua orang tuamu pasti sangat bahagia mendengar anaknya berjuang di negara orang. Mereka juga senang melihatmu mendapat banyak pengalaman,mereka berharap kamu bisa memperbaiki hidup mereka. Disaat mereka meletakkan harapan yang besar kepadamu,apa kamu akan menyerah? Aku yakin bukan hanya kamu yang merindukan mereka. Mereka juga pasti sangat merindukanmu,tapi mereka menahan dan menerima. Karena mereka menanamkan harapan besar bahwa kamu akan memperbaiki keadaan mereka sekarang dan memberikan mereka hal yang lebih baik. Bukan hanya kamu yang berjuang,mereka juga. Dan jika kamu menyerah sekarang,mereka pasti akan kecewa. Karena perjuangan mereka sia-sia)" Aku tidak percaya mendengar itu. Won benar,dia benar. Bukan hanya aku yang sedang menahan rindu,kedua orang tuaku juga pasti juga merindukan aku. Mereka juga pasti tidak henti berdo'a untukku,lalu apa yang aku pikirkan? Kenapa rasa rinduku hampir saja membunuh segala harapan mereka?. Mata sayuku menatap Won yang masih menerawang jauh entah kemana. Mungkin dia juga merasakan hal yang sama denganku,selama aku disini aku tidak pernah melihat kedua orang tuanya datang atau mungkin keluarganya datang menjenguk. Dia hidup sendiri disini,hanya Joon Seong yang selalu datang setiap hari. Senyum yang belum pernah aku lihat sebelumnya dia suguhkan begitu saja malam ini. Aku belum pernah melihat dia tersenyum seperti itu,rasanya seperti memberi sedikit ketenangan. Kami mengakiri malam cukup disini,dia memintaku untuk kembali beristirahat karena semakin malam udara dingin semakin tidak bersahabat.
Sepertinya ucapan Won akan menjadi semangat baru juga untkku. Dia menyadarkan aku dari kelalaian yang hampir membuatku rapuh. Jika aku terbuai oleh rasa rindu,aku akan kehilangan semangat dan tidak akan pernah bisa menghasilkan apapun disini. Hanya kekecewaan yang akan ku bawa pulang. Pagi ini dengan semangat baru aku bersiap untuk pergi ke kampus. Dengan kemeja Pink,jilbab senada dan jeans aku sudah siap menantang hari ini. Namun senyum merekahku pudar sesaat ketika nama Safaraz tertera di layar. Kenapa sepagi ini dia menghubungiku? Apa ada masalah dirumah?.
" Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam,kamu tumben Laila sepagi ini sudah terlihat rapi. Apa setiap pagi kamu serapi itu?"
"Aku hendak ke kampus,kenapa kamu tidak bersiap sekolah? Apa yang terjadi,apa kamu sakit?"
"Kenapa aku harus sekolah di hari libur?"
"Libur?"
"Laila,ini hari minggu"
"APA?" Lalu kenapa juga aku harus bersiap-siap untuk kekampus kalau ini adalah hari minggu? Yaa ALLAH,aku terlalu bersemangat sampai lupa kalau aku juga libur kuliah hari ini.
"hahaha,apa yang kamu fikirkan sampai tidak tahu hari begitu?"
"tertawalah,tertawalah!" Safaraz terdengar sangat puas dengan ini. Dia benar-benar menjengkelkan. hampir dua jam kami bercengkerama face to face lewat layar hehehe. Dia menceritakan banyak hal yang ada di kampung,dia juga bilang kalau dia akan menanam pohon bunga mawar pink di halaman rumahku agar mereka mekar saat aku pulang nanti. Dia selalu tahu apa yang aku sukai. Kami menyudahi kegiatan mendongeng ini. Dan ada baiknya aku juga menyudahi tampilan rapiku. Melepas jilbab,itu yang pertama kali aku lakukan. Rambutku masih basah saat aku mengikatnya tadi. Aku hanya berniat untuk mengeringkannya dengan pengering rambut yang ada di kamar ini. Sudah pasti ini adalah milik Won,milik siapa lagi __hehehe__ aku memang selalu menggunakan barang miliknya. Karena memang sampai saat ini aku tidak mengeluarakan uang sepeserpun. Dia juga memberiku vitamin rambut,entah dia benar-benar orang yang sangat teliti dalam segala hal. perlengkapan mandi,semua lengkap. Bahkan aku seorang wanita saja tidak pernah membeli perlengkapan mandi selengkap ini. Mulai dari lulur,sabun,pasta gigi,sikat gigi,shampoo,vitamin rambut,vitamin kulit dan aku tidak tahu benda apa saja yang ada disini. Aku hanya menggunakan yang ku kenal saja. Sedang ku belai-belai sendiri rambut panjangku yang tak kunjung kering ini,aku terperangah menatap sosok di depan mata. Kami sempat beradu pandang beberapa detik.
"ALLAHU AKBAR, ASTAGFIRULLAH What are you doing there? Since when do you saw me? (sedang apa kamu disana? Sejak kapan kamu melihatku?)" Won,gila dia benar-benar gila. Aku lupa tidak menutup pintu kamarku,sejak kapan dia melihatku? yaa Allah,sementara sekarang dia hanya memalingkan separuh wajahnya dan menutup sebelah matanya itu dengan telapak tangan. Percuma saja,dia sudah melihatku saat aku mengurai dan mengeringkan rambut. Aku segera menggunakan jilbab sedapatnya,menutup rambut ini rapat agar tidak terlihat. Kebiasaan buruknya tidak pernah dia tinggalkan. Aku sudah bilang,walaupun ini adalah rumahnya setidaknya mengucapkan salam pada penghuni yang menumpang saat ini juga tidak masalah bukan?
" I've knocked on the door and say hello, but you did not answer so I'm come. Anyway, I just saw briefly. Let's say I'm looking at a shampoo ad. (Aku sudah mengetuk pintu dan mengucap salam,tapi kamu tidak menjawab jadi aku masuk saja. Lagi pula,aku hanya melihat sebentar. Anggap saja aku sedang melihat iklan shampoo)" Bocah ini,dia membuatku sangat kesal. Lihatlah dia cekikikan menahan senyum seperti itu semakin membuatku kesal dan malu.
"cook something for breakfast! Don't think for a poison because you will regret it. Today I'm going to make you feel a different atmosphere. (Buatlah sarapan! Jangan berfikir untuk meracuniku karena kamu akan menyesal. Hari ini aku akan membuatmu merasakan suasana yang berbeda)" Memangnya dia fikir dia siapa? Apa yang akan dia lakukan sebenarnya?Aku hanya membuatkan sarapan seadanya saja. Nasi goreng dengan sayur dan di lengkapi telur mata sapi. Aku penasaran,apa yang akan dia lakukan hari ini? Membuat suasana berbeda? Dengan melihat rambutku secara blak-blakan pun dia sudah membuat hariku berbeda,serasa ingin ku tinju saja orang ini. Usai sarapan,dia memintaku untuk memakai pakaian yang setidaknya membuatku nyaman. Dia juga sempat memperhatikan sepatu yang aku gunakan. Wajah mengesalkan yang dia miliki selalu muncul begitu saja. Lihat saja wajahnya. Sudah aku katakan sejak awal,dia seperti tokoh dalam drama. Orang ini benar-benar aneh,aku jelas melihat dia cekikikan tersenyum puas tadi pagi. Tapi sekejab wajahnya berubah begitu saja. Wajah asli orang ini adalah wajah yang sangat mengundang orang lain untuk menamparnya. Congkak,Sok keren mungkin itu yang akan orang katakan saat pertama melihat dia. Awalnya aku menepis semua itu lantaran dia menunjukkan rasa hawatir dan perhatian yang tidak kuduga. Terlebih tadi malam dia juga memberiku semangat baru. Tapi sekarang,aku harus berfikir ulang untuk mengatakan dia orang yang peduli terhadap orang lain. Yaa Allah,sebenarnya siapa dia dan apa maunya? Kenapa dia seperti punya seribu wajah? Terkadang kau lembut,terkadang kau kasar membuat hati bertanya. Siapa kau~kau~kau~kau~??__hehehe__
Kami berjalan dan terus berjalan,aku tidak tahu kemana dia akan mengajakku pergi. Satu hal yang aku tahu,dia pasti mengajakku untuk mengenal daerah sekitaran sini. Tapi harapan hanyalah harapan. Aku terdiam saat melihat bangunan yang ada di hadapanku saat ini. Dia hanya melirik kakiku saat aku mengutarakan pertanyaan. Ternyata dia mengajakku untuk cek keadaan kakiku. Tentu tidak ada yang salah,karena aku sudah bisa berjalan dengan normal. Jariku juga sudah tidak mengalami masalah apapun. Aku fikir dia akan mengajakku untuk berkeliling Seoul paling tidak. Lalu apa yang dimaksud dengan membuat suasana berbeda?. Hanya membawaku kerumah sakit saja apanya yang berbeda?. Wajah manyunku bertanya-tanya saat Won mempersilahkan aku masuk kedalam mobil. Sejauh pengetahuanku ini adalah mobil sport yang terkenal mahal itu. Aku hanya celingukan tak mengerti saat Won mempersilahkan aku masuk. Begitu pula saat dia memintaku untuk memasang sabuk keselamatan. Aku harus melihat wajahnya yang ingin menelanku terlebih dahulu sebelum akirnya aku memasang sabuk ini,walau kurang tepat dia dengan sigap segera membenarkan. Maklum aku belum pernah naik mobil mewah__hehehehe__
"Won,whose is this? (Won,ini milik siapa?)"
"what do you think? I'm not like you (Apa yang kau pikirkan?Aku tidak sepertimu)"
Oh... Lihatlah,dia mulai menyindirku. Aku sadari aku memang selalu menggunakan barang-barangmu,pemberianmu tuan aku bahkan tidak pernah membeli apapun hanya pemberian dari dia dan Joon Seong. Tapi aku tidak meminta,kalian sendiri yang memberikan kepadaku. Aku hanya bisa mendengus kesal dan mengumpat dalam hati seandainya aku bisa. Sementara dia fokus dan mungkin tidak mengendus kekesalanku. Aku tertarik saat dia membuat bunyian,dia memutar lagu Lee Jae Jin "Come Inside".
"Lee Jae Jin"
"hmm" bibirnya bahkan tidak bergetar sedikitpun untuk berbincang denganku.
"He gave me this (Dia memberiku ini)" Aku menyentuh baju hangat yang sedang kupakai. Ini memang satu-satunya yang aku rasa tepat untuk mengatasi udara disini,Lee Jae Jin bilang aku harus memakai yang sedikit lebih tebal. Jadi sengaja aku menggunakan pemberiannya untuk hari ini. Tapi Won sama sekali tidak tertarik dengan bahan perbincanganku,dia hanya melirik kearahku sebentar saja. Cukup,jangan dipikirkan. Anggap saja aku sedang sendirian disini,tidak perlu berbincang dengan siapapun.
"not Joon Seong? (Bukan dari Joon Seong?)" Mahluk ini bisa bersuara ternyata.
"No, this is Lee Jae Jin. Himself who gave it. He even put it in my body. But no touching, he just sling it over my shoulder and smiled. He said, very cold here so use thick clothes. (Bukan,ini Lee Jae Jin sendiri yang memberikannya. Dia bahkan yang memakaikan ini di tubuhku. Tapi kami tidak bersentuhan,dia hanya menyampirkan ini di pundakku dan tersenyum. Dia bilang,disini sangat dingin jadi gunakan pakaian yang tebal)" Aku kembali teringat pada kejadian hari itu,suara Lee Jae Jin benar-benar terasa sangat nyata di telinga sampai saat ini.
"he was very nice and friendly. (Dia sangat baik dan ramah)"Aku menambahkan kata-kata itu berharap orang yang berada disampingku ini menyadari bahwa dirinya kurang ramah terhadap orang lain. Dia sangat membosankan dan dia selalu membuat orang lain bertanya-tanya. Siapa dan apa maunya?
"Get out ! (Keluar!)"
"Hah??" Dia membuka suara yang membuatku terperangah,kenapa aku harus turun? Aku menatapnya dengan mata membulat dan kepala penuh tanda tanya. Aku melihat keluar,disekeliling kami hanya ada mobil yang berbaris. Ternyata kami sedang berada di sebuah parkiran. Yaa Allah aku kira dia menurunkan aku di jalanan. Sebenarnya dia akan membawaku kemana dan kenapa harus kemari? Dia membawaku ke pusat keramaian. Aku tidak tahu tempat apa ini,tapi aku melihat banyak orang berlalu lalang. Ini semacam,pusat perbelanjaan.
"I heard, one way to eliminate the grief of women is to shop and get a haircut. But because no one can see your hair....(Aku dengar,salah satu cara untuk menghilangkan kesedihan wanita adalah dengan berbelanja dan potong rambut. Tapi karena rambutmu tidak boleh dilihat orang...)" Dia menahan tawa di bibirnya,apa dia sedang mencibirku sekarang? Aku ingin sekali menjambak orang ini.
"I want to make you happy today, select a movie alone. We watch first, then we do other things that make you happier. (Aku ingin membuatmu bahagia hari ini,pilih film saja. Kita nonton dulu,setelah itu kita lakukan hal lain yang membuatmu lebih bahagia lagi)" Aku hanya menghela nafas kesal saja,kenapa harus ada insiden tadi pagi?
"Come on .. Select only. (Ayolah.. Pilih saja)" Dia semakin memaksa,tapi sikapnya yang masih menahan tawa itu membuatku ingin menolak. Tapi aku tidak bisa melewatkan hal ini bukan? Aku memilih film yang ingin ku lihat hari ini,dengan hati agak sedikit enggan tapi aku senang juga. Bingung bagaimana harus menyikapinya. Kalau boleh di bilang,aku lebih suka tempat ini dari pada bioskop di Malang. Rasanya sangat nyaman,dan terasa jauh berbeda. Won tidak membuat ulah sama sekali saat pemutaran film. Dia sama antusiasnya denganku,hanya fokus dengan apa yang ada dihadapan kami. Hanya saja aku lebih sering memalingkan muka dan menunduk saat adegan romantis(kissing)terjadi. Rasanya sangat malu saat melihat adegan itu,mataku melirik Won yang berada tepat disamping kananku. Terlihat jelas dia sedang menatapku sekarang,dan sekali lagi dia tersenyum sinis. Mencibir,dia sedang mencibirku sekarang. Setelah melihatku,dia mengarahkan matanya entah kemana saja dan menahan tawa dengan punggung tangannya.
Anak ini,sedari tadi hanya terus menertawakan aku saja. Apa aku badut baginya?
Rasanya aku ingin sekali memakan Won. Tapi sebentar,apa dia pernah melakukan itu? Di negaranya,hal seperti itu rasanya sangat mudah dilakukan. Aku hanya hawatir,dia akan berniat melakukan itu kepadaku. Itu sebabnya aku menjelaskans ejak awal bertemu bahwa aku adalah orang yang tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenis,bersentuhan kulit. Setelah Film usai,Won masih mengajakku untuk berkeliling di sekitar. Tempat pertama yang kami kunjugi selanjutnya adalah toko sepatu. Rupanya dia memperhatikan sepatuku sejak kami keluar rumah. Sepatuku memang agak lapuk di bagian samping,sedikit sobek. Matanya sejeli itu memperhatikan sepatu orang?. Dia hanya memintaku untuk duduk berdiam diri,sementara dia sendiri yang memilih. Darimana juga dia tahu ukuran sepatuku?
"How do you know my size?. (Bagaimana kamu tahu ukuran kakiku?)"
"Not hard to guess the size of a cat's paw. (Tidak sulit menebak ukuran kaki kucing)"
"Eiiihhh" Dia hanya tertawa sekali lagi tertawa. Apa yang dia tertawakan dariku?
" It doesn't suit you. How with high heels, do you like it? (Ini tidak cocok untukmu. Bagaimana dengan high heels,kau suka?)"
"I never wear high heels. (Aku tidak pernah memakai high heels)"
"al-ayo (Aku tahu)" Setelah berbicara bahasa planet itu dia berlalu,dia benar-benar menyebalkan. Sebenarnya seiapa yang harus berbelanja,kenapa dia yang sibuk memilih ini dan itu?. Sebelumnya dia tidak pernah berbicara bahasa asal denganku,hanya Joon Seong yang selalu memakai bahasa campur aduk denganku. Hari ini dia terlihat bingung sendiri,dia sibuk memilih warna dan model sepatu yang harusnya tidak dia lakukan. Kalau di perhatikan,Won memiliki sisi baik. Dia type orang yang ingin melindungi dan berusaha membuat orang lain nyaman. Tapi karena sifat dan sikap dasarnya adalah orang yang dingin dan kesepian,karena itulah semua sisi baiknya tertutupi. Won juga terasa sangat hangat saat dia tersenyum. Mengingat bagaimana ekspresinya saat berkata dia ingin membuatku bahagia hari ini,memintaku untuk memilih judul film juga saat dia memilih sepatu yang pas untukku. Semua ekspresi wajahnya terasa sangat hangat dan menenangkan.
" It suits you, you also will not fall because this is not high heels. Select multiple colors, to match your look everyday. (Ini cocok untukmu,kamu juga tidak akan terjatuh karena ini bukan high heels. Pilih beberapa warna,agar sesuai dengan penampilanmu sehari-hari)" Lihat senyum manisnya,dia terlihat puas sekali saat mengucap kata ini. Tapi kata-kata terakir membuatku tersadar.
Beberapa? dia bilang beberapa,berarti bukan hanya satu. Memangnya aku harus beli berapa?
Aku hanya diam dan menggambar tanda tanya dimata.
"How many clothes do you have? (Berapa baju yang kamu punya?)" Sekali lagi aku hanya diam. Dalam seminggu ada berapa hari? Itu jumlah baju yang aku punya saat ini. Semua baju baru yang di belikan kedua orang tuaku. Dia kembali berlalu begitu saja,entah berapa yang dia beli disini. Aku heran apa yang dia mau,kenapa tidak dia beli saja toko ini? Aku bisa gila melihat tingkahnya. Setelah menyelesaikan proses pembayaran,dia juga tidak memberikan semua benda yang dibeli. Dia hanya memberiku isarat untuk cepat angkat kaki dari tempat ini. Sekarang,dia akan membawaku kemana? Aku hanya mengekor saja,sedang dia menghentikan langkahnya dan berkata.
"Don't walk behind me like a stalker. Walk beside me, what I have to grab your hand? (Jangan berjalan dibelakangku seperti penguntit. Berjalanlah di sampingku,apa aku harus meraih tanganmu?)" Kupatuhi saja apa yang dia mau,lagipula apapun yang dia lakukan saat ini adalah karena ingin melihatku bahagia dan tidak bersedih seperti tadi malam. Kali ini kami berada ditoko pakaian. Berbeda dengan Joon Seong,Won lebih jeli dan teliti dalam memilih pakaian. Bukan pakaian untuk dirinya sendiri,tapi untukku. Dia memilih beberapa pakaian tertutup. Atasan lengan panjang,dan celana jeans. Seperti yang pernah kukatakan sebelumya,aku merasa Won sangat mengenalku. Dia memilih sesuatu yang berbeda. Semua yang dia pilih,adalah pakaian yang bisa aku gunakan tanpa ragu. Tidak satupun yang kekurangan kain. Jika memang itu tanpa lengan,Won akan melengkapi dengan kardigan atau blaszer dan apapun. Aku sedikit heran,dia mengerti sekali seputar style. Tugasku hanya mencoba dan bilang suka atau tidak. Suasana juga mendukung untuk aku berlama-lama disini,karena entah bagaimana dan mengapa toko ini serasa cuma ada kami berdua dan pegawai toko saja. Serasa seperti tamu kehormatan__hehehe__.
Perjalanan kami tidak usai sampai disini,Won masih saja membawaku kemanapun. Berkeliling dan berhenti dimana saja dia ingin. Begitupun saat aku menunjuk tempat penjualan ice cream,dia juga berhenti untuk menuruti hasratku. Aku sudah lama sekali tidak merasakan manis dan lembutnya ice cream. Lahap sekali aku menikmati ice cream ini. Benar-benar lembutnya memanjakan bibir. Saking terbuainya aku dengan rasa dan lembutnya benda dingin ini,aku melupakan keberadaan orang yang sedang menyaksikan tingkahku. Dia hanya tersenyum licik sembari menggeleng-gelengkan kepala. Aku merasa seperti anak kecil yang sedang berhadapan dengan orang dewasa. Dia pasti sangat malu jika mengakui mengenalku disini. Setelah mendengus kesal,dia menyerahkan tisu kepadaku kemudian memberi isyarat untukku agar segera membersihkan bibirku yang belepotan. Sudah kuduga,dia pasti malu sekali,beberapa kali dia menghela nafas dan memalingkan wajahnya dariku. Ku pikir setelah ini dia pasti kapok dan segera membawaku kembali ke rumah. Sebenarnya aku masih ingin jalan-jalan seharian ini,tapi mungkin ada baiknya aku kembali ke rumah saja. Bukankah aku harus menjalankan sholat dhuhur? Kalau dilihat,ini sudah mendekati waktu Adzan Dhuhur juga.
"I have a surprise for you (Aku kejutan untukmu)" Terdengar lembut sekali kata-kata itu keluar dari bibir Won. Belum selesai aku terbengong menatapnya,dia memintaku untuk menutup mata dengan penutup mata yang sudah dia siapkan. Pikirku melayang,aku hawatir Won melakukan hal yang tidak-tidak terhadapku.
"What do you think? i want not to kiss you. I'm not interested in children. (Apa yang kau pikirkan? Aku tidak akan menciummu,aku tidak tertarik pada anak-anak)" dengarlah,bahasanya itu. Yaa Allah dia benar-benar menganggapku anak kecil. Cukup berkata kalau tidak akan berbuat apapun terhadapku aku sudah lega. Tapi dia bahkan mengatakan aku seorang anak kecil. Orang ini memang sulit di duga,apakah sedang baik atau sedang mengesalkan. Tidak usah memperpanjang masalah,hanya akan menambah rasa kesal dihatiku saja. Aku segera menutup kedua mataku dengan penutup mata yang dia sediakan. Aku mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup. Apa yang kalian lakukan saat kalian membuang sampah berbau menyengat? ya,, itulah yang Won lakukan saat ini. Alibinya karena aku pasti akan marah jika dia menyentuhku. Sekarang entah dimana aku berdiri,mataku masih tertutup rapat. Won juga tidak mengucapkan sepatah katapun. Tapi tidak lama kemudian,aku mendengar suara yang sangat aku rindukan. Yang ku katakan kepada Won tadi malam. Suara Adzan,tidak salah lagi. Bagaimana bisa suara Adzan terdengar disini? Apa Won yang melakukannya?. Aku hanya diam menikmati suara merdu dengan logat berbeda ini,seraya menjawab semua lantunan yang dikumandangkan. Usai itu,aku segera memanjatkan do'a setelah Adzan. Won juga melepas penutup mata yang melekat sedari tadi. Mataku terbelalak melihat bangunan rumah Allah ini. Besar dan sangat indah menjulang. Yaa Allah disini ada masjid,aku tidak pernah menduga itu. Air mataku menetes begitu saja,ku arahkan pandanganku pada sosok yang berada disamping kiriku ini. Dia berdiri tegap dan menyuguhkan senyum. Dan aku masih dengan rasa haru dan linangan airmata yang keluar tanpa permisi masih menatapnya.
"Go on, you said you wanted to prayers. Do that and read the Quran, I'll be waiting for you.(Pergilah,kau bilang ingin sholat jama'ah. Lakukan itu dan baca Al-Qur'an,aku akan menunggumu)"
"Won,,"
"let's go! (Pergilah!)" Aku segera berlalu,namun belum jauh langkahku Won memanggilku kembali. Dia menyerahkan sesuatu,yang kusadari ini adalah mukenah. Aku tidak tahu kalau dia sudah mempersiapkan ini semua,bagaimana bisa dia melakukan ini? Orang yang aku kenal sangat angkuh,ternyata dia sangat peduli juga. Aku menepis semua rasa itu,hanya berpikir khusyu' untuk menjalankan ibadah. Tidak pernah terbayangkan,aku bisa malakukan hal ini. sholat jama'ah di masjid Korea. Aku sedang berada di Korea dan disini ada masjid yang berdiri kokoh. Won benar-benar membuatku merasakan sensasi hari ini. Dia memanjakanku dengan segala yang dia lakukan. Setelah ini aku harus menganggapnya apa? Apa aku harus bersikap manis terhadapnya?. Ingin rasanya aku berada disini seharian,melihat banyak sekali jama'ah yang hadir membuatku merasa seperti berada di negaraku sendiri.
Won serius dengan apa yang dia ucapkan. Dia benar-benar menungguku di serambi masjid. Menyapaku dengan suara merdu seperti ini membuatku terharu. Dia juga mengajakku mengunjungi tempat yang hanya menjual makanan halal. Disini juga ada tempat seperti ini,semua yang dijual adalah makanan halal. Yaa Allah hebat sekali,di negara yang di kenal masih banyak orang yang tidak beragamapun masih ada yang menjual makanan halal.
Subhanallah,...
Ku utarakan keinginanku untuk berada di lingkungan ini hingga matahari tenggelam dan Won setuju. Aku bagaikan majikan hari ini,semua yang aku minta selalu terpenuhi. Kami berada di tempat ini hingga matahari melambaikan tangannya. Usai melaksanakan ibadah sholat maghrib,aku bersedia dengan pasrah untuk kembali kerumah. Won juga terlihat sangat letih,aku sungguh sangat berterimakasih kepadanya. Dia sangat penurut dan patuh,dia sudah membuatku nyaman dan melupakan kesedihanku hari ini. Won menjelma menjadi orang yang berbeda dihadapanku,aku entahlah harus bagaimana mengucapkan rasa bahagiaku. Sepanjang menempuh jalan pulang,dia hanya diam dan tidak mengucap sepatah katapun. Tidak heran melihat dia yang seperti ini,memang inilah wajah aslinya. Wajah dingin,angkuh yang sebenarnya merasa kesepian.
"Joon Seong!" aku menyapa pria berbadan kekar yang berdiri di depan pintu rumah kami. Lebih tepatnya rumah Won yang ku tinggali. Dia hanya melemparkan seutas senyum saja.
"I brought kimchi for you, you said wanted to try kimchi. (Aku membawa kimchi untukmu,kamu bilang ingin mencoba kimchi)"
" Serious? Please come in ! (Benarkah? Silahkan masuk)" Satu hal yang aku lupakan saat ini adalah Won dan semua barang yang kami beli sehari ini. Entah mengapa,setelah mendengar nama kimchi aku melupakan semuanya. Memang sudah lama sekali aku ingin mencoba kimchi. Kami segera menuju meja makan,Joon Seong segera menyusul langkahku dan duduk manis dihadapanku. Tanpa aku menyadari,Won dengan segala barang yang berada di tangannya. Spontan aku melaju kearahnya,seperti biasa Won dan Joon Seong selalu beradu mata di moment seperti ini. Aku harus mencairkan suasana.
"Joon Seong, Make a juice please. We will enjoy kimchi together. (Joon Seong,tolong buatkan jus. Kita akan menikmati kimchi bersama)"
"Okey..." Senyum itu mengembang hangat,aku segera menarik perhatian Won untuk membantuku membawa dan merapikan barang-barang ini di kamar. Dia orang yang cukup rapi juga,dia pandai menempatkan barang sehingga kamar masih terasa segar walau memiliki banyak barang baru. Aku tidak menyangka orang ini sangat perhatian terhadap kerapian. Disaat seperti ini dia menjelma menjadi orang yang hangat dan dewasa,tapi sebentar lagi dia pasti sudah berubah menjadi mahluk lain.
"What is this? (Apa ini?)"Joon Seong mententeng sebuah tas kertas bermotif batik dengan warna coklat lekat. Pandanganku menerawang mengingat empu tas itu. Wajahnya manis dan cute. Rambutnya yang acak-acakan setelah dia bangun,juga kekonyolannya itu. Laili,dia masih tertidur pulas diranjang rumah sakit. Mengingat bagaimana dia tersenyum dan tertawa ria,mengingat segala kekonyolannya. Aku ingat bagaimana dia mengatakan untuk selalu berhemat agar bisa ke Korea,aku juga ingat bagaimana dia menenangkan aku saat aku mengalami luka dan berdarah. Aku sangat takut pada luka dan darah,Laili selalu menguatkan aku.
"That's shirt batik of Indonesia belongs Laili, my friend. She was supposed to participate with me, but because she had an accident and coma she could not come with me. She wanted to gave the shirt to Lee Jong Suk, so I took it. I will do it. I hope Laili not be disappointed if I went without him. Until now she's still in a coma, I just wanted to fulfill her dream. She is the very means for me, the only friend who is also a strength. she is always faithful to maintain and provide support and motivation to become better. I really wanted to fulfill her dream, even though I knew it was not comparable with kindness during this.( Itu baju batik dari Indonesia milik Laili,sahabatku. Harusnya dia ikut serta denganku,tapi karena dia mengalami kecelakaan dan koma dia tidak bisa datang bersamaku. Dia ingin sekali menyerahkan baju itu untuk Lee Jong Suk,karena itu aku membawanya. Aku yang akan menyerahkan baju itu untuk Lee Jong Suk. Aku berharap Laili tidak kecewa jika aku pergi tanpa dia. Sampai saat ini dia masih koma,aku hanya ingin mengabulkan impiannya. Dia adalah orang yang sangat berati untukku,satu-satunya sahabatku yang juga menjadi kekuatanku. Dia selalu setia menjaga dan memberiku semangat untuk menjadi yang lebih baik. Aku sangat ingin mengabulkan mimpinya,walau aku tahu itu tidak sebanding dengan kebaikannya selama ini)" Airmataku menetes begitu saja. Apakah Laili marah karena aku meninggalkan dia sendiri? Sampai kapan dia akan tertidur pulas seperti itu? Apa saja yag dia mimpikan hingga tidak berniat untuk terbangun meski sedetik saja?
"Lee Jong Suk? I'll help you get it, don't be sad. Just calm down, this clothes will be to the hands of Lee Jong Suk. (Lee Jong Suk?Aku akan membantumu untuk itu,jangan bersedih. Kamu tenang saja,baju itu akan sampai ketangan Lee Jong Suk)"
"are you serious?. (kamu serius?)"
"dang-yeonhi (tentu saja)" Joon Seong benar-benar sangat menenangkan. Aku merasa seperti mendapat angin segar buatku. Aku harus bisa mengabulkan keinginan Laili,dan jika aku sudah mengabulkan keinginannya dia harus lekas terbangun dari tidurnya itu. Aku tidak melihat bagaimana ekspresi Won saat ini. Aku hanya berharap dia menjadi orang yang pengertian saat ini. Meski aku tahu dia orang yang mudah berubah,aku hanya ingin dia mengerti dan tidak membuat suasana menjadi serba salah.
-----o0o-----