Laili Bangunlah
Hari ini aku menyambut pagi dengan perasaan yang luar biasa hebatnya. Aku sangat bahagia,Joon Seong berjanji akan mengajakku untuk menemui Lee jong Suk. Aku tidak berpikir jauh,bagaimana caranya aku akan bertemu dengan Lee Jong suk. Yang ada di benakku saat ini hanyalah menyerahkan baju batik Laili kepada artis yang digandrungi itu. Aku juga sudah menghubungi Ardan,dia bilang kesehatan Laili semakin membaik bahkan pagi ini Laili sudah menggerakkan sedikit jarinya bak orang yang terkejut. Walau hanya sekilas,namun itu merupakan perkembangan dan pertanda yang baik pula. Aku sangat bersemangat untuk hari ini,rasanya sangat tidak sabar untuk berpetualang. Segalanya akan aku lakukan demi mengabulkan apa yang Laili impikan.
Tetapi ada sedikit yang berbeda dengan atmosfer,tidak sekalipun aku berjumpa dengan Won. Dia tidak datang untuk sarapan,dia juga tidak masuk kelas. Beberapa kali aku mengirim pesan dan panggilan juga tidak sekalipun dia meresponnya. Memangnya berubah menjadi apalagi Won untuk hari ini?
Joon Seong sudah menyambutku dengan senyum hangat yang dia miliki,dia juga mengingatkan aku untuk memakai syal. Aku hanya menurut saja,selagi itu bisa membuatku bertemu dengan Lee Jong Suk dan memberikan baju ini. Waktu dan lamanya perjalanan tidak terasa karena hatiku selalu bermelodi. Nafasku seolah lagu yang berirama jazz. Sesekali aku juga memeriksa layar kecil berlatar hitam pekat berharap Won membalas pesanku.
"Won,not visible today Won,tidak terlihat hari ini"
"Maybe he's got something to do, he was often like that Mungkin dia ada sedikit urusan,dia sering seperti itu" senyum,itulah yang aku suguhkan untuk pernyataan Joon Seong. Hanya sedikit hawatir dia marah lantaran aku memiliki janji dengan Joon Seong. Dia juga belum makan sejak tadi pagi. Sebenarnya ada apa dengan orang itu? Dia selalu marah kepada Joon Seong. Membuatku merasa bersalah dan serba salah. Setibanya di suatu tempat,Joon Seong memintaku untuk menunggu. Dia bilang ini adalah lokasi shooting Lee Jong Suk,dia akan menemui managernya untuk membuat janji agar aku bisa bertemu dan berbicara dengan Lee Jong Suk. Aku menunggu di bawah pohon,sembari menikmati semilirnya angin. Disini terasa sangat berbeda dengan negara kita,berniat membunuh kesepianku aku beranjak menyisir sekitaran. Semua terasa segar dan bersih,seandainya Indonesia bisa menggalakkan kebersihan seperti ini. Kenapa aku terasa jatuh cinta dengan suasana negara orang? Aku harusnya lebih jatuh cinta kepada Indonesia,disanalah aku dilahirkan dan disana juga segala hal yang manis aku rasakan. Menikmati suasana tidak lengkap tanpa berfoto selfi bukan? Aku harus memanfaatkan waktu bersenang-senang tanpa mensia-siakan moment penting. Dari sudut manapun,aku harus memiliki kenangan di tempat ini. Langkah demi langkah aku menyisir tempat ini. Benar-benar indah dan sangat menenangkan pikiran. Namun cuaca tidak mendukung,entah darimana datangnya tiba-tiba rintik hujan perlahan membasahi semua yang ada di permukaan bumi termasuk aku yang sedang mencari sudut terindah dari tempat ini untuk berfoto ria. Melihat sekitar sangat jauh berbeda dengan tempat awal aku berada,perlahan aku mulai merasa panik. Joon Seong juga tidak terlihat disini,tidak ada crew atau siapapun yang tadi terlihat mondar-mandir bekerja. Hingga hari menjadi gelap,aku tidak melihat Joon Seong disini. Apa aku berjalan terlalu jauh? Dimana aku berada saat ini,itulah yang membuat aku semakin tidak karuan. Aku tidak bisa menghubungi Joon Seong dengan handphone yang aku punya saat ini. Hanya nomor Won yang tersimpan disini,berkali-kali aku menghubungi Won tapi tidak ada jawaban. Menanyakan alamat,atau harus mencari kendaraan untuk pulang? Tapi aku tidak punya uang,dari awal aku selalu menggunakan apa yang Won berikan. Tidak sekalipun uangku keluar untuk keperluan yang aku butuhkan. Saat ini aku hanya bisa menunggu dan menahan dinginnya udara disini. Di tempat yang tidak aku kenal. Menunggu? Siapa yang aku tunggu,aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Kenapa aku berubah menjadi orang aneh? Kenapa harus menunggu sedangkan aku tidak tahu apa dan siapa yang aku tunggu. Ku lepas baju hangatku,dan ku balut tas batik berwarna cokelat pekat ini dengan baju tebal yang sedari tadi aku gunakan untuk melindungi diri. Biarkan saja rintik hujan membasahi tubuhku,tapi jangan baju yang sudah Laili siapkan untuk Lee Jong Suk. Laili sudah bersusah payah membeli baju ini hanya untuk Lee Jong Suk. Dia rela membeli baju ini dengan desain dan model khusus. Tidak akan bisa di dapatkan orang lain. Aku tahu dia juga sudah merelakan tabungannya untuk membeli baju dari bahan terbaik ini. Bagaimanapun aku harus melindungi benda keramat Laili.
Tubuhku sudah menggigil tak keruan,membuat langkahku semakin tidak beraturan. Aku sudah tidak sanggup lagi,tubuhku terjerembab saat kakiku menyandung benda tumpul. Nafasku semakin sulit diatur,dimana aku dan dimana Joon Seong? Tanganku sudah gemetar menahan dinginnya air hujan.
Yaa Allah,
Aku merasa ada yang menghalangi air hujan menghujam tubuhku. Tidak lama kemudian aku juga merasa seseorang membantuku berdiri.
"Won" kusebut nama itu dengan bibir hatiku,bagaimana dia bisa berada disini? Tanganku semakin gemetar tidak beraturan saat menyentuh gagang payung yang dia berikan. Dingin membuatku pasrah dan menyerah. Won melepas jaketnya dan menyampirkan benda hangat itu di tubuhku,ditambah syal yang sangat tebal juga dia balutkan dileherku. Setelah itu dia membawaku berjalan perlahan untuk pergi dari tempat ini. Dia membawaku ke sebuah tempat di pinggir jalan,memintaku duduk terdiam dan meninggalkan aku untuk beberapa saat. Setelah itu dia kembali dengan segelas minuman hangat. Satu hal yang tidak berani kutanyakan adalah,bagaimana dia bisa berada di tempat ini dan kenapa dia tidak membalas pesanku? Matanya tajam menatapku,aku tidak berani membalas tatapan itu. Sedangkan dia terlihat sekali sedang mencaci makiku dengan tatapannya itu. Seandainya dia adalah ayahku,dia pasti sedang memarahiku sekarang. Walau menyeruput minuman hangat,matanya masih tidak berhenti menghujamku. Aku semakin takut tak menentu,matanya lebih seram dari penampakan. Dan tajamnya bola mata yang dia miliki lebih tajam daripada pisau yang menyayat empat jariku beberapa waktu silam. Hujan mulai redah dan kami mulai mengambil langkah untuk pergi. Dia membawaku kesebuah tempat yang sepi dan terang,sinaran lampu yang menerangi gedung dan setiap sudut ruangan ini.
Di depan pintu yang bertuliskan huruf yang tidak aku mengerti apa maksudnya,dia membuka gagang pintu dengan tangan kanannya. Di hadapanku ada seseorang yang sudah tidak asing bagiku namun baru kali ini aku bisa bertatap mata dengannya. Mataku sempat terbelalak melihatnya,jantungku tidak beraturan menghadapi ini semua. Namun aku tidak boleh setengah-setengah dalam berjuang.
"Lee Jong Suk"
"Lai,?????bangabseubnidaLai,Senang bertemu denganmu" Rupanya Won sudah menjelaskan maksud kedatanganku kepada sosok pujaan Laili ini,dia juga sudah mendengar itu dari managernya yang juga mendapatkan cerita serupa dari Joon Seong. Aku hanya perlu memperjelas maksudku dan menyampaikan harapan Laili kepadanya. Dia juga berjanji akan datang ke rumah kami saat dia ada waktu luang nanti,dan memintaku memberinya makanan Indonesia sesuai dengan permintaan Laili. Mungkin ini salah satu sudut yang Laili suka dari Jong Suk,sampai detik ini aku belum menemukan apa yang mambuatku harus suka pada Jong Suk. Tapi karena dia menerima baju dan menyambutku hangat malam ini,aku bisa menemukan bahwa dia orang yang ramah dan peduli dan kurasa aku harus mulai menyukainya.
"Won a~ ... Lai??????????naega chaj-eul sueobsneun salajyeoWon a~ Lai menghilang,aku tidak menemukannya" Joon Seong datang dengan wajah panik dan pucat pasi. Sementara Won hanya diam dan mengarahkan pandangannya kepadaku. Kali ini mata Joon Seong juga mengarah kepadaku.
" Lai.. ?????? ??????????eodi iss-eoss-eo? naneun dangsin eul chajgo iss-eoyoKemana saja kamu? Aku mencarimu" Aku terbengong tak mengerti. Dia segera membenahi nafasnya dan melontarkan kalimat itu dengan bahasa lain.
"Where are you go? I am looking for you Kemana saja kamu? Aku mencarimu"
"I'm Sorry maafkan aku"
" next time if you take him away, you must keep him well. If anything happens to her, I will kill you. Lain kali kalau kamu membawanya pergi,kamu harus menjaga dia dengan baik. Kalau terjadi apa-apa dengannya,aku akan membunuhmu" Won sangat garang kali ini,semua amarahnya terasa keluar begitu saja. Matanya yang tajam sangat menyidik kali ini,Joon Seong hanya diam dan meng-iyakan saja perkataan itu.
" i'm sorry Lai,you so scared last time. Maafkan aku Lai,kamu pasti ketakutan tadi"
"It's okay, I should be apologizing, and I thank you because you brought me here. I've met with Lee Jong Suk and grant the wishes of Laili. Tidak apa-apa,aku yang harus minta maaf dan aku berterimakasih karena kamu membawaku kemari. Aku sudah bertemu dengan Lee Jong Suk dan mengabulkan keinginan Laili"
"What? I who brought you here instead of him. Apa? Aku yang membawamu kemari bukan dia"
"But he was intending brought me here, I can't even reach you. Tapi tadi dia yang berniat membawaku kemari,aku bahkan tidak dapat menghubungimu"
"That's because I.... ah never mind forget it Itu karena aku,, ah sudahlah lupakan" Lihatlah wajah kesal Won yang menggemaskan,aku sangat suka melihatnya begitu.
Biar bagaimanapun dia juga sudah membawaku kemari. Dia juga memberiku baju hangatnya dan membeli segelas minuman yang cukup menghangatkan tubuhku yang menggigil tadi. Aku cukup malu mengakui bahwa aku sangat berterimakasih kepadanya. Aku akan mengucapkan saat kami hanya berdua nanti. Kami menutup malam cukup sampai disini. Sebelum menutup malam dengan beristirahat,aku harus mengucapkan hal yang tersimpan sejak tadi. Aku tidak ingin terbuai dalam rasa tidak enak.
"Won,,, Thanks for today. Won,,, Terimakasih untuk hari ini" Senyum kubuat semanis mungkin,tidak ingin mendapati wajah kesalnya kali ini. Siapa yang akan menyangka kalau dia membalas dengan satu senyum manis hingga lesung pipi nya itu terlihat sangat mengagumkan. Baru kali ini aku melihat wajahnya seperti ini. Astagfirullah,aku harus tetap berfikir jernih.
"Good night ! Selamat malam" Aku tidak membalas ucapan itu,senyumnya cukup menyumbat nadiku. Aku masih tercengang hingga dia menghilang dari pandangan. Tidak mungkin aku terbuai dengan satu senyuman saja. Sementara aku membutuhkan beberapa kelebihan Ardan untuk menetapkan hati bahwa aku tertarik kepada Ardan. Seseorang yang sekarang pasti sedang berada disamping Laili. Dia bahkan mengirim E-mail mengabarkan bahwa satu jam yang lalu,Laili meneteskan airmata. Itu berarti kesehatan Laili semakin membaik,aku berharap dia segera bangun dan pulih agar bisa kembali seceria dulu. Dia harus sehat untuk berbagi cerita denganku. Aku akan bercerita,bahwa Jong Suk sudah menerima baju batik yang dia beli dengan uang tabungannya itu.
Hingga malam usai,aku masih belum sanggup untuk menggerakkan badanku. Semua terasa sangat panas dan lemas. Hembusan nafasku bagai bara api,aku merasa sinar matahari sudah menembus dinding kamarku. Tapi aku masih merasa enggan untuk bergerak,kepalaku begitu berat kakiku juga terasa sangat lemas. Samar kudengar suara langkah kaki mendekat dan kian mendekat,begitupun suara yang menyebut namaku namun bibir tak mampu mengucap kata untuk menjawab. Sudah pasti itu langkah kaki dan suara Won,tidak akan ada yang lain. Karena Joon Seong tidak akan bisa leluasa masuk ke rumah ini. Langkah itu terdengar semakin mendekat,tapi aku yakin Won tidak akan masuk ke kamarku tanpa ijin. Dia sudah berjanji tidak akan sembarangan lagi karena aku sudah memperingatkannya untuk lebih menjaga jarak meski ini rumahnya. Sewaktu-waktu bisa saja aku tidak sedang memakai jilbab,seperti saat ini. Hanya menyembunyikan tubuhku di balik selimut yang tebal tanpa menggunakan sehelai kain penutup kepala. Hanya istigfar dan sebaris do'a bisa ku ucapkan dalam hati. Ku pejamkan kedua bola mataku yang terasa sangat panas saat terbuka. Tidak ada sedikitpun semangatku untuk bisa mengucap sepatah katapun,atau bahkan untuk menggerakkan sejentik jariku. aku hanya berpikir untuk bisa tertidur kali ini. Mungkin tidur pulas akan memperbaiki kesehatanku. Hujan dan dinginnya air tadi malam pasti membuat sedikit kesehatanku merasa shock. Mencoba untuk tidak memikirkan apapun,dan hanya ingin terlelap dalam tidur. Tidak berlangsung lama dari waktu aku memejamkan mata,aku merasa sesuatu menyentuh dahiku. Dengan sisa kekuatan ku buka perlahan kelopak mataku.
"Won,," rasanya ingin sekali aku protes dan menghujatnya jika aku bisa,sudah ku peringatkan untuk tidak menyentuh kulitku tapi kenapa dia bisa melakukan ini? Tapi sebelum aku mengucap semua kata protesku,dia sudah menunjukkan tangannya yang terbaluk sarung tangan. Meski tipis. Bagaimanapun dia terlihat sangat takut dan hawatir,sikap tenangnya tidak cukup untuk menutupi semua itu. Dia bahkan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanku. Mereka berbicara dengan bahasa mereka saja,tidak satupun yang aku mengerti. Suara lembut dokter itu bahkan tidak mengalihkan perhatian Won sama sekali. Seperti biasa orang di daerah ini selalu mempesona,putih dan berpenampilan menarik. Termasuk dokter wanita yang sedang berada di kamar ini. Wajahnya yang halus,rambutnya rapi dan sikapnya yang hangat. Ditambah lagi pakaiannya yang kekurangan kain itu pasti bisa menarik mata lawan jenis dengan mudah. Lihat saja,Won bahkan tidak melirikku sama sekali.
"????????????, ?????????yag-eul bog-yong haneun geos-eul ij-ji hago, hyusig-eul haji masibsioharap jangan lupa minum obat,dan beristirahat"
"?, ?????ne , gamsahabnida ya,terimakasih"
"??annyeongSampai jumpa"
Lihatlah kemana mata Won kali ini. Laki-laki yang satu ini,apa dia juga sama dengan yang lain? Aku segera menghapus segala pikiranku dan menghembuskan nafas keras-keras melihat matanya yang saat ini lebih menyakitkan dari sakit yang aku rasakan saat ini. Tajam menusuk,bagaimana dia bisa terlahir dengan mata setajam itu?. Sekarang dia pergi begitu saja setelah menusukku dengan tatapannya. Orang yang satu ini selalu menjadi apa yang dia mau. Sebentar-sebentar ramah tama,sebentar-sebentar perhatian dan akan kembali ke dunia asalnya sebagai orangyang berwajah dingin dan menyebalkan.
"eat and drink your medicine makan,lalu minum obatmu" dia menyodorkan semangkuk bubur untukku,tanpa meminta persetujuanku dia juga membantuku untuk duduk bersandar dan memberiku sesuap demi siap bubur yang sudah dia buat dengan tangannya sendiri itu. Kemudian memberikan obat yang harus aku minum pagi ini.
"Won..."
"don't talk much and rest, I'll kill you if you are sick jangan banyak bicara dan istirahatlah,aku akan membunuhmu jika kamu sakit"
"eeiihh" Lihat betapa arogan wajah itu. Tapi lupakan saja,bagaimanapun dia sudah sangat perhatian terhadapku. Dia juga sudah membayar biaya pengobatanku walaupun matanya sempat jalan-jalan tadi. Lupakan semua itu dan hanya konsentrasi pada kesehatan,aku harus menghubungi Safaraz untuk menanyakan kabar keluarga dan juga menghubungi Ardan untuk memantau perkembangan Laili. Aku tidak mungkin berpenampilan seperti orang sakit begini untuk menghubungi mereka.
"Ibu masak apa hari ini?"
"Ibuku atau ibumu?"
"dua-duanya"
"Ibuku masak rawon,Ibumu juga"
"Bagaimana kabarnya?"
"Kabar ibuku atau ibumu?" Safaraz mulai memancing kesabaranku.
"dua-duanya"
"Ibumu sangat sehat baru saja dia menghadiri acara,dia memakai baju warna putih dan senyumnya cerah sekali"
"Lalu ibumu?"
"sama"
"Eiihh,, apa mereka memakai seragam kenapa bajunya sama?"
"Memang,kan mereka pergi ke acara istiqosah desa"
"Safaraz.. kau ini..."
"Kau semakin cantik disana,sepertinya kamu cocok menjadi orang sana. Cari saja pacar disana dan lekas menikah setelah pendidikanmu selesai, lupakan Ardan"dia mulai berani memotong kata-kataku,apa dia sudah lebih tua dariku sekarang?
"anak kecil tahu apa tentang menikah,kau bicara seperti ayah saja. Sudahlah hari ini cukup disini saja. Belajarlah dengan rajin"
Anak kecil jaman sekarang,mereka merancang pernikahan bahkan di usia yang masih butuh pertimbangan. Ternyata tidak hanya Won,Safaraz juga bisa menjadi bunglon. sebentar-sebentar dia akan menjadi wujud seorang kakak lalu menjadi teman menjadi ayah atau ke wujud aslinya sebagai adik sepupu.
"Who is that? Why are you not make your veil Siapa itu? Kenapa kamu menghubungi pria lain tanpa menggunakan jilbab?"
"Safaraz, my cousin Safaraz,sepupuku"
"Then who is Ardan? I didn't understand your language,but I caught the name. Ardan a person's name,right? I think familiar with the name Lalu siapa Ardan?,aku memang tidak mengerti bahasa kalian tapi aku menangkap nama itu. Ardan nama seseorang bukan? Aku seperti tidak asing dengan nama itu" Kenapa dia terlihat penasaran sekali?
"why you here? Ada apa kamu kemari?"
"Just want to check your condition,and kill you if you're still sick Hanya ingin memastikan keadaanmu membaik dan membunuhmu jika kamu masih sakit" Dia memang kurang bisa untuk memasang wajah ramah. Tapi dia tidak pernah bisa menutupi bahwa dia orang yang penuh perhatian dan peduli. Dia bahkan melakukan semua pekerjaanku sehari-hari juga membuatkan tugas-tugasku. Dia berubah total,menjadi orang yang sangat hangat dan banyak bicara. Aku juga lebih sering melihatnya tersenyum sejak hari ini. Kami tidak ragu lagi untuk membagi informasi pribadi. Won selalu menceritakan masa kecilnya,kebiasaannya juga kegiatannya sehari-hari.
"I'm busy with the schedule, but I took myself to the sport. I'm not good at small talk, I'm can't be friends...(bla...bla)Aku disibukkan dengan berbagai jadwal,tapi aku menyempatkan diri untuk olahraga. Aku kurang pandai basa-basi,aku juga tidak pandai mencari teman (bla.. bla)" Dia hanya akan menunjukkan dengan sikap saja. Semakin hari aku merasa semakin mengenalnya. Dia baik dan sangat baik hampir sama seperti Safaraz yang selalu banyak tanya. Tapi aku senang,dia menjadi orang yang hangat dan menyenangkan. Aku juga lebih dering melihat senyumnya sekarang,dia seperti orang yang tidak ragu untuk menunjukkan bahwa dia adalah orang yang ramah dan terbuka.
Aku juga heran dengannya,dia selalu ingin mendengar cerita kehidupanku. Seperti seorang detektif yang akan mencatat semuanya,seperti itulah dia. Selalu antusias mendengar semua kisah tentang hidupku. Terkadang dia menjadi orang yang usil dan jail,dia suka memasak bersamaku. Kami juga suka berkebun dan membersihkan segala hal bersama. Termasuk mengerjakan tugas bersama. Akir-akir ini dia sangat suka membawaku menikmati udara di luar rumah dan melakukan segala hal kecil bersama. Aku juga semakin terbuka dengannya,karena dia suka mendengar hal-hal kecil tentangku. Aku selalu menceritakan segala hal walau hanya sekedar,
"Won .... the water runs out, I haven't finished a bath Won... airnya habis,aku belum selesai mandi"
"What do you want to do? Apa yang ingin kamu lakukan?"
"Wash face, still no soap in my face. help me,my eyes so poignant. Cuci muka,masih ada sabun di mukaku mataku perih sekali"
"you're very innocent and naive yesterday, why now be a very worrying? kau sangat polos dan lugu kemarin,kenapa sekarang menjadi sangat menghawatirkan begini?"
"Hurry up, help me.. it's so poignant cepatlah,tolong aku perih sekali"
"This is the water,what I have to enter? Ini airnya,apa aku juga harus masuk?"
"I WILL KILL YOU !! aku akan membunuhmu" Hanya handuk yang tersampir menutup tubuhku,aku hanya membuka sedikit cela untuk sebotol air yang Won berikan. Rasanya sangat dingin sekali,rupanya dia memberiku sebotol air yang baru keluar dari lemari pendingin.
Hidupku disini hanya tinggal beberapa bulan saja,aku akan kembali ke Indonesia dan menjalani hari-hari disana seperti semula. Saat aku kembali nanti,Laili harus sudah terbangun. Begitupun dengan Safaraz,aku akan kembali saat perayaan wisudanya dimulai. Aku akan melihat pria ABG yang selalu berlagak dewasa itu berpidato. Dia berjanji akan meraih penghargaan agar bisa berpidato dan menyapa namaku.
----- o0o -----
Won menanam beberapa bunga di halaman depan. Tidak pernah terbayangkan pria aneh ini pandai sekali berkebun. Aku datang menghampirinya dan membantu untuk beberapa saja. Aku juga merapikan batu-batu kecil sebagai penghias.
"What's your favorite flower? Apa bunga kesukaanmu?"
"pink roses Mawar pink"
"Your birth date? Tanggal lahirmu?"
"Nineteen March Sembilan belas maret"
"I will plant one hundred ninety three pink roses here for you. So that will remember you when looking at the flower Aku akan menanam seratus sembilan puluh tiga mawar pink disini untukmu. Agar akan mengingatmu saat melihat bunga itu"Aku hanya mengkeryitkan dahi mendengar ucapannya.
"If I miss you, I'm innocent right? Jika suatu saat aku merindukanmu,aku tidak bersalah kan?"
"No one would blame you if you miss someone Tidak akan ada yang menyalahkanmu jika kamu merindukan seseorang"
"How about you, would you miss me later? Bagaimana denganmu,apa kamu akan merindukanku nanti?" Kami beradu mata,suasana hening tanpa suara. Hanya hembusan angin yang terdengar. Kami seakan terpaku disini,dengan satu pertanyaan yang membutuhkan pernyataan bukan sekedar jawaban. Jika aku berfikir dia memiliki perasaan terhadapku,apa itu tidak keterlaluan? Dia hanya bertanya apakah aku merindukannya atau tidak. Mungkin sangat kelewatan jika aku berfikir dia tertarik padaku. Lagi pula,hanya orang yang kurang kerjaan saja yang akan menanam bunga sebanyak itu di halaman sepetak ini. Halaman ini akan penuh dengan bunga,apa tidak memalukan jika rumah laki-laki penuh dengan bunga mawar?
"??????? annyeonghaseyo Lai Selamat pagi Lai" Wajah Lee Jong Suk bisa kulihat dengan jelas dia menepati janji untuk memakai baju pemberian itu dan datang kerumah kami. Aku juga melihat Joon Seong bersamanya,pria yang satu ini sudah sangat lama tidak datang kerumah kami. Sejak insiden malam itu,mungkin ancaman Won membuatnya berfikir ratusan kali. Karena Won selalu meluangkan waktu untuk bersama,bahkan mengajakku ke tempat dia olahraga dan latihan bela diri. Tubuh kekarnya iu ternyata sangat mahir untuk urusan bertarung. Tanpa banyak kata,aku hanya mempersilahkan keduanya masuk dan menyuguhkan beberapa hidangan seperti menyambut tamu agung. Jong Suk cukup ramah dan tidak rewel,dia hanya patuh terhadap apa yang aku suguhkan. Seperti impian Laili saat itu,aku menyuguhkan soto Lamongan untuk lelaki pujaannya ini.
"Ardan, calling Ardan,memanggilmu" Won mengalihkan perhatianku,saking sibuknya aku hanya meminta dia menjawab panggilan Ardan. Aku sedang menyiapkan minuman untuk para tamu agung kami. Untuk Joon Seong yang sudah lama tidak bertemu dan untuk Jong Suk yang sangat Laili kagumi. Aku tidak ingin setengah-setengah dalam melayani tamu sepenting ini. Jong Suk pasti sudah meluangkan waktu sibuknya untuk datang kemari,jadi aku harus totalitas.
"oh, he'll want to tell about Laili conditions. Please answer it oh, dia pasti ingin mengabarkan tentang Laili. Tolong di jawab"
"Laila,, Laili sudah bangun. Dia membuka matanya"
PYAAARRR aku menjatuhkan nampan berisi gelas minuman yang hendak aku suguhkan. Perlahan aku mendekat dan semakin dekat dengan layar. Aku melihat bocah yang tidur begitu lama kini terbangun dan duduk bersandar dengan santai dia melempar senyum.
"Dia terbangun setengah jam yang lalu,dokter sudah memeriksa kondisinya. Dia langsung ingin menghubungimu,aku cemburu dengan kedekatan kalian" Setengah jam lalu,Lee Jong Suk datang kerumah kami. Aku menatap lekat Lee Jong Suk dari tempat ku berada saat ini.
"Lai,, kamu mirip orang korea sekarang? Pilih pacar disana dan bawalah ke Indonesia" Aku hanya diam terpaku melihat Laili,aku hampir tidak percaya. Suaranya sangat jelas walau masih sedikit lemas. Wajah pucatnya masih jelas terlihat. Dia terbangun saat Jong Suk datang kemari mengenakan baju pemberiannya? Apa yang sedang terjadi? Ini bukan cerita cinta sebuah novel atau drama romantis bukan? Gadis ini..
Laili,Apa kau segila itu? pikirku dalam hati,aku masih belum bisa berkata apapun.
"Aku akan datang kesana setelah pulih dan menemui Lee Jong Suk" bahkan di saat seperti ini dia masih berfikir untuk menemui Jong Suk. Kenapa tujuan utamanya hanya Jong Suk? Aku masih terdiam dengan mata berkaca-kaca.
" Tu.. tu...tunggu sebentar,jangan dimatikan" Aku beranjak mendekat ke tempat Lee Jong suk berada,kakiku sangat lemas sekarang,air mataku tumpah disini. Aku masih berdiri dan tetap berdiri. Sementara tiga pria didepanku hanya bisa mengunci rapat-rapat bibir mereka menatapku yang tak wajar.
"This is Laili, my friend who had long coma. she who gives the shirt for you, she wants to see you wear it. And now she was awake, can you say hello? Congratulate him? ini adalah Laili,temanku yang sudah lama koma. Dia yang memberikan baju itu untukmu,dia ingin melihatmu memakai baju itu. Dan sekarang dia sudah terbangun,bisakah kau menyapanya? Memberi ucapan selamat padanya?" Seperti kebiasaanku saat menangis,aku akan menutup bibirku dengan kedua telapak tanganku sendiri. Aku tidak pernah ingin ada orang yang mendengar aku menangis,terutama Laili.
"Of course Tentu saja" Lee Jong Suk menuju mejaku,tempat dimana aku dan Ardan melakukan panggilan video.
"?? Laili, ?????????? annyeong Laili, dangsin-eun imi geonganghage?Selamat pagi Laili,kamu sudah sehat?"
"Lee Jong Suk,????????? dangsin-i sasil-ibnikka?Lee Jong Suk,benarkah ini kamu?" Dengar saja bagaimana cerianya dia,gadis gila dia bahkan baru sembuh tapi suaranya sudah menyeruak seperti petasan. Bayangkan kalau dia disini,bahkan tetangga tidak perlu menggunakan pengeras suara jika ingin membuat pengumuman.
"??????????????. ?????????, ???????????dangsin hangug-eoleul malhal su issseubnikka?. geongang-e chugha gaeseonhaessda , jeongmal syeocheu seonmul-eul joh-ahanda kamu bisa bahasa korea?Selamat karena kesehatanmu sudah membaik,aku sangat suka baju pemberianmu" Sudah kubilang Laili sangat pandai berbicara bahasa planet ini. Jong suk bahkan tidak perlu bicara bahasa inggris sama sekali. Aku masih menyandarkan kepalaku di ujung telapak tangan,menahan tangis kebahagiaan dan menghujat semua kegilaan ini. Sepertinya ini adalah saat paling gila yang pernah aku alami. Won membelai lembuh kepalaku. Aku hanya bisa pasrah,memangnya apa yang bisa aku lakukan saat ini? Bahkan jika bisa aku ingin memeluknya sekarang juga. Joon Seong datang memberiku segelas air.
"Calm down Lai, don't cry. I don't like you to cry Tenangkan dirimu Lai,jangan menangis. Aku tidak suka kamu menangis"
Sembari meneguk segelas air yang dia berikan,aku melihat empat mata didepanku ini saling beradu. Tangan kiri Won masih bersarang di kepalaku,tapi matanya berperang dengan mata Joon Seong yang tidak kalah tajam.