Read More >>"> Bandung (13) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bandung
MENU
About Us  

Pagi yang cerah ku awali dengan Bismillah.

"Teteh berangkat mah, Assalamualaikum"

"Iya hati-hati. Waalaikumsallam"

Kupasang headset ke telingaku dan ku putar lagu yang ada diplaylist favoritku. Kutunggu angkutan umum dipinggir jalan.

2 menit berlalu, angkutan umum pun berhenti tepat di tempat aku berdiri. Kulangkahkan kaki untuk masuk ke dalam angkutan umum itu. Mang angkot menjalankan kembali angkotnya setelah aku duduk.

Jalanan Bandung hari ini cukup ramai lengkap dengan udara yang cukup sejuk. Membuat siapa saja yang merasakannya merasa nyaman.

"Kiri mang" aku turun dari angkot itu dan membayar uang 3000 pada mang angkot.

Aku membuka jaketku dan memberi salam pada Ibu Guru yang ada di gerbang.

"Heh" seseorang menarik bajuku

"Eh irham"

"Masih marah?" tanyanya

"Engga, duluan ham" jawabku malas

"Yehhh ditinggal sama doi sendiri. Tunggu laa"

Kuabaikan kicauan Irham. Aku masih sedikit kesal dengannya. Hari ini kelas cukup ramai jam pertama adalah tes lisan Seni Budaya. Semua orang melakukan caranya masing-masing untuk menghafal.

"Laa tes aku" ujar Ica

"Bulat tertutup, bertangkai berapa harganya?"

"1 ketukan"

Bel dengan suara mainan koin berbunyi nyaring. Rafli memimpin do'a setelah itu memanggil Bu Sherin guru Seni Budaya.

"Tapi ko aku biasa aja ya, akumah kalau biasa aja berarti gaakan di tes la"

"Wah iya? Bisa punya perasaan gitu? Hebat dong"

"Haha gajuga biasa aja la"

Rafli masuk dengan wajah ceria

"Ibu na ge da euweuh" (ibu nya juga gaada)

"Yeeeeeee" seluruh siswa yang ada dikelasku bersorak ria. Disekolah itu banyak hal kecil yang membuat kita bahagia salah satunya sekarang.

"Tapi dapet tugas" ujar Mila Wakil KM

"Yahhhhh" semuanya bersurak kecewa

"Kerjain hal-165 yang ada di buku paket. Kerjain dibuku dikumpulin sekarang"

"Tulis atuh tulis" ujar Zian

"Udah kerjain, jangan berisik" ujar Mila

-----

Bel pulang sekolah berbunyi. Hari ini kumpul OSIS untuk membicarakan acara "PORAK"

"Ada kemala?" tanya Irham pada salah satu teman kelasku

"Kemala ada irham" teriaknya. Aku membawa tasku dan menghampiri Irham.

"Apa ham?" tanyaku

"Pulang langsung?" tanyanya

"Engga, kumpul osis dulu" jawabku bt

"Ohiya, aku juga ada futsal sekarang"

"Ohhem"

"Udah ah jangan marah wae, kantin dulu kuy" tanpa mendengar jawabanku, Irham menyetujui secara sepihak. Ia tetap menarikku.

Kami berjalan bersama dengan diam tak ada yang memulai pembicaraan sampai kami tiba di kantin dan duduk di depan warung Bu Ani.

"Ibuu teh pocinya 2 sama batagor kering nya 2 dimakan disini ya bu" ucap Irham

"Siap ham" bu Ani mengacungkan jempolnya

"Laaaaaaa tau ga?" tanyanya

"Engga" jawabku malas

"Ohiyaatuh gatau mah"

"..." aku memasang headset dan menghiraukan Irham

"Laa ihh yaudah maafin jangan gini. Mending tod" Irham mencabut headsetku

"Biar apa?"

"Biar rame"

"Oh"

"Ladies first" ucapnya

"Aku t"

"Aku/afka?"

"Kamu"

"Bohong ga?"

"Enggga"

"Alhamdulillah, aku d"

"Foto muka jelek tar aku post di ig aku" aku mengeluarkan handphoneku dan memfoto Irham

"Ihh jangan dipost gakeren akunya"

"Keren ko wkwk"

"Ciee ketawa lagi, yaudah terserah kemala asal kemala bahagia"

"Ini jang makanannya" bu Ani memberikan pesanan kami

"Makasih bu" ucap kami berdua

"Makan dulu, tar lanjut" ucap Irham

Kami menghabiskan makan bersama. Aku senang untuk saat ini, walaupun kemarin dia sempat membuatku kesal tapi hari ini rasa kesal itu hilang.

"Berapa bu?" tanya Irham

"14000 semuanya" jawab bu Ani

"Aku bayar sendiri ah" ucapku

"Yaiyalah, emang siapa yang mau bayarin? Geer"

"Ihhh, ini bu" aku memberikan selembar uang lima ribu dan selembar uang dua ribu

"Haha jangan bt ah gasuka liatnya"

"Eh aku duluan ham" aku melangkah meninggalkan Irham

"Aku anter" Irham mengikutiku

"Gausah ih"

"Biarin ih"

"Ihhhh"

"Irhammmm" aku menatap Irham kesal

"Iya iya la iya, yaudah sampai ketemu besok. Tar malem chat yaaa"

"Oke" kami berpisah diujung kantin. Aku naik ke lantai 2 sedangkan Irham lurus menuju keluar gerbang.

----

"Kiww ah" sahut Afka

"Kiww ah dua" sahut Ica

"Apa sih apa?" sahutku

"Engga la" respon Afka

"Angger pada ngaret, chat digrup ih cepetan gitu" gerutu Ica

"Ketos nya juga mana"

"Assalamualaikum, maaf maaf tadi ada kerkom" Rio masuk dan menyimpan tasnya di meja paling depan

"Iyaiya siap pa ketos"

"Yang lain mana?" tanya Rio

"Entah"

Jam menunjukkan pukul dua siang dan rapat belum dimulai karena yang lain belum datang untuk rapat.

"Seginian osisnya yo?" tanya ka Aldo

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Jalan Yang Kau Pilih
1318      536     3     
Romance
Berkisah tentang seorang ayah tunggal yang mengurus anaknya seorang diri. Ayah yang sebelumnya seorang militer kini beralih profesi menjadi seorang pemilik kafe. Dia bertemu dengan wanita yang adalah wali kelas anaknya. Terlebih lagi, mereka adalah tetangga dan anaknya menyukai wali kelasnya itu.
Hey, I Love You!
1083      455     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...
Rinai Kesedihan
760      506     1     
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi. Semuanya sudah dituliskan. Sudah disusun. Misalnya perihal kesedihan.
Forbidden Love
8958      1883     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Let Me Go
2304      966     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
Late Night Stuffs
1533      727     2     
Inspirational
Biar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan matahari yang membiarkan dirinya mati agar bulan berpendar.
A Ghost Diary
4914      1536     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Amherst Fellows
5449      1480     5     
Romance
Bagaimana rasanya punya saudara kembar yang ngehits? Coba tanyakan pada Bara. Saudara kembarnya, Tirta, adalah orang yang punya segunung prestasi nasional dan internasional. Pada suatu hari, mereka berdua mengalami kecelakaan. Bara sadar sementara Tirta terluka parah hingga tak sadarkan diri. Entah apa yang dipikirkan Bara, ia mengaku sebagai Tirta dan menjalani kehidupan layaknya seorang mahasis...
Konstelasi
783      396     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
AMORE KARAOKE
17209      2686     7     
Romance
Dengan sangat berat hati, Devon harus mendirikan kembali usaha karaoke warisan kakeknya bersama cewek barbar itu. Menatap cewek itu saja sangat menyakitkan, bagaimana bila berdekatan selayaknya partner kerja? Dengan sangat terpaksa, Mora rela membuka usaha dengan cowok itu. Menatapnya mata sipit saja sangat mengerikan seolah ingin menerkamnya hidup-hidup, bagaimana dia bisa bertahan mempunyai ...