Jungkook terkejut saat membuka pintu kamar Jimin dan mendapati seorang gadis berambut panjang yang duduk di kursi samping ranjang bertiang. "Sumin noona?" tebaknya. Memangnya siapa lagi gadis yang bisa berada disini?
Gadis itu menoleh. Jungkookpun tersenyum lebar saat tahu bahwa tebakannya benar. "Sejak kapan noona disini?" tanyanya sambil mendekat.
Tapi, tanpa Jungkook sangka, Sumin telah berada di hadapannya, menghadang jalannya. Lelaki bergigi kelinci itupun mengerjap kaget, lantas menghentikan langkahnya.
Tiba-tiba Sumin menyambar gelas piala yang dibawa Jungkook dan meminum isinya. Jungkookpun semakin kaget. Karena sebenarnya itu adalah jatah darah untuk Jimin hari ini.
Tapi kemudian ia tersenyum saat melihat Sumin yang menghabiskan darah tersebut hingga tetes terakhir. "Jadi Jimin hyung sudah mengubahmu? Selamat datang di keluarga besar bangsa vampir, Noona!" ucap Jungkook sambil memeluk Sumin singkat.
Sumin terbelalak mendengar ucapan Jungkook. Dia menatap Jungkook. Kemudian menatap gelas piala kosong ditangannya. Setelah itu berbalik menatap ranjang bertiang milik Jimin.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Dia baru sadar atas apa yang telah ia lakukan barusan. Dia telah berteleportasi tanpa sadar!
Dan dia telah meminum darah!
Pantas saja Jungkook berkata seperti itu!
Sumin menelan ludah. Dia merasa bahwa rasa lapar dan hausnya selama beberapa hari ini telah hilang entah kemana. Mungkinkah karena ia telah meminum darah?
"Jimin hyung masih tidur ya" tanya Jungkook yang tidak mendapat jawaban dari Sumin. Sehingga lelaki bersurai dark brown itu beranjak mendekati ranjang. "Hyung~" katanya sambil menggoncangkan bahu Jimin.
"Jimin hyung~ bangunlah! Kita harus ke restoran. Sumin noona bahkan sudah menjemputmu" lanjut Jungkook. Tapi Jimin tidak juga bangun. "Jimin hyung~!" kali ini Jungkook menggoncangkan Jimin lebih keras.
"Percuma, Jungkook. Dia tidak akan pernah bangun lagi"
Jungkook menoleh. Sumin sedang berjalan kearahnya. "Apa maksudmu, nuna?"
Sumin duduk di tepi ranjang. Gadis itu menatap Jimin, masih dengan wajah datar. Kemudian ia menghela nafas. "Jimin telah mati"
Rahang Jungkook seolah jatuh ke lantai. "Mwo?!" tiba-tiba ia tertawa keras. "Lihatlah wajah datarmu itu noona! Aktingmu benar-benar bagus!" ucap lelaki itu disela tawanya. "Bangunlah hyung! Aktingmu telah berakhir!" lanjutnya sambil menepuk keras lengan Jimin.
Sumin benar-benar tidak mengira akan mendapat respon seperti ini dari Jungkook. "Dia benar-benar sudah mati, Jungkook!" teriaknya.
"Berhenti bercanda, noona" jawab Jungkook, masih sambil tertawa.
"Tidak. Karena akulah yang membunuhnya"
Tawa Jungkook seketika hilang. Dia menyipitkan matanya, menilai keseriusan Sumin. Tapi gadis yang ada di sampingnya itu tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sedang bercanda. "Kau tidak mungkin membunuhnya" Jungkook benar-benar tidak percaya.
"Periksa nadinya kalau begitu" Sumin mengedikkan dagunya pada tubuh kaku Jimin.
Jungkook merutuki diri sendiri. Kenapa hal itu tidak terpikirkan olehnya sedari tadi?
Lelaki itupun meraih pergelangan tangan Jimin. Benar. Tidak ada denyut nadi sama sekali. Jungkook langsung didera rasa panik.
Tapi dia masih belum percaya. Maka iapun meletakkan jarinya di bawah hidung Jimin. Tidak ada hela nafas. "Andwae" lirihnya. "Andwae hyung!" ucapnya semakin keras. "Andwae!!!" hingga ia berteriak histeris.
Jungkook merasa telah kehilangan sebagian dirinya. Dia merasa sangat sedih, hingga membuat mata indahnya basah. "Bangun hyung!" teriaknya sambil menampar pipi Jimin.
Jungkook masih tidak bisa percaya bahwa Jimin telah mati.
Tidak.
Dia bahkan menolak untuk percaya!
Tapi tidak adanya reaksi apapun dari Jimin membuat tubuh Jungkook merosot ke lantai. Mau tidak mau, dia harus percaya bahwa Jimin memang telah pergi.
Dan hal itu membuatnya menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Selama beberapa menit selanjutnya, hanya ada suara tangisan Jungkook yang terdengar di kamar luas itu.
"Sekarang aku baru menyadarinya" Sumin memecah suara tangisan Jungkook. "Akupun tidak ada bedanya dengan kalian. Aku menganggap Jimin sebagai seorang pembunuh. Tapi aku malah membunuhnya. Berarti aku juga seorang pembunuh bukan?!" Sumin tertawa hambar, menertawakan dirinya sendiri.
Hal ini sukses membuat Jungkook berhenti menangis.
"Bahkan darahkupun sudah terkontaminasi dengan darah kalian" Sumin mendengus. "Darah para pembunuh"
Tiba-tiba Jungkook telah berada di hadapan Sumin dan mendorong leher gadis itu hingga punggung Sumin menabrak tiang ranjang. Gadis separuh vampir itu terbelalak ngeri mendapat perlakuan seperti itu dari Jungkook. Apalagi namja Jeon ini menatapnya dengan tatapan marah.
"Kenapa kau membunuhnya?" geram Jungkook sambil mencekik Sumin.
Sumin tidak bisa menjawab. Bahkan untuk bernafas saja rasanya sulit sekali.
"Katakan!" teriak Jungkook. "Atau aku akan mengobrak-abrik isi kepalamu?!" ancamnya.
Sumin mengerti bahwa yang Jungkook maksud adalah melihat semua pikiran dan kenangannya. Memangnya bagaimana lagi Jungkook bisa menghapus memori seseorang jika tidak bisa melihat isi kepala orang tersebut? "Laku- kan" jawab Sumin terbata. Bahkan jika ia tidak dalam keadaan seperti inipun, Sumin tidak akan sanggup untuk menceritakannya.
Cengkraman Jungkook di leher Sumin beralih ke rahang gadis itu. Kemudian Jungkook mengunci kontak mata mereka untuk memberikan akses baginya memasuki pikiran Sumin.
Tepat saat itu, Sumin merasakan sakit kepala yang luar biasa. Seperti ada ribuan paku yang menghujam kepalanya dari segala arah. Dia tidak pernah merasakan sakit kepala hebat seperti ini sebelumnya. Sakit kepala yang sanggup membuatnya berteriak meraung-raung.
Sementara itu, Jungkook merasa seperti membuka sebuah folder yang berisi ribuan video. Ada beberapa video yang lebih menonjol dibanding video lain, yang menunjukkan bahwa itu adalah kenangan indah dan kenangan buruk yang paling melekat di otak Sumin. Jungkookpun memilih salah satunya.
Jungkook melihat seorang yeoja cilik sedang berjalan kearah ruang depan. Sepertinya yeoja itu adalah Sumin.
Diambang pintu rumah, terlihat dua orang perempuan yang saling memeluk. Seorang gadis cantik berambut sebahu dan seorang wanita berambut panjang.
Melewati bahu wanita berambut panjang, gadis cantik itu tersenyum pada Sumin. Jungkook tahu gadis cantik itu. Tidak. Dia mengenalnya.
Detik berikutnya, Sumin kecil menunduk dan langsung berteriak, "Eomma!!" saat melihat kepala tanpa tubuh wanita berambut panjang yang terus mengalirkan darah di tempat lehernya seharusnya berada. Dan saat Sumin melihat kearah pintu, gadis cantik itu telah lenyap.
Jungkook syok. Dia baru saja melihat kronologi kematian ibu dari Sumin. Kematian yang sangat tragis menurutnya. Dan parahnya lagi, Jungkook mengenal gadis pembunuh itu.
Tidak ingin memikirkannya lebih lanjut, Jungkook segera beralih ke video kenangan Sumin selanjutnya.
Jungkook melihat ruang tengah milik Taehyung. Di sofa, Jimin sedang menciumi telapak tangan Sumin yang penuh luka.
Jungkook ingat bahwa luka itu disebabkan oleh pecahan gelas di dalam tempat sampah restoran. "Mian" ucap Jimin saat mencium telapak tangan Sumin. "Kau selalu terluka sejak kau dekat denganku" lanjutnya.
"Ini hanya kecelakaan kecil, chim. Bukan salahmu" jawab Sumin.
Jimin menarik Sumin dan memeluknya. "Aku tidak ingin kau terluka. Tapi aku tidak pernah bisa mencegah hal itu terjadi"
Sumin menepuk-nepuk punggung Jimin dan melepas pelukan. "Gwaenchana"
Jiminpun kembali menciumi luka di tangan Sumin. Kemudian ciuman Jimin semakin naik ke lengan bawah Sumin. Ke lengan atas Sumin. Ke bahu Sumin. Ke leher Sumin.
Jungkook terkejut. Mengira bahwa Jimin akan menancapkan taringnya. Tapi tidak. Ciuman Jimin beralih ke rahang Sumin. Dan berakhir di bibir Sumin.
Jungkook merasa bahwa ia tidak seharusnya melihat hal itu. Jadi ia beralih ke kenangan selanjutnya.
Kenangan selanjutnya adalah kejadian di rumah Junmyung. Jungkook juga merasa tidak perlu melihatnya. Karena ia sudah melihatnya kemarin melalui memori teman Inha itu. Jadi Jungkook beranjak ke kenangan berikutnya.
Kenangan keempat yang Jungkook lihat bersetting di kamar Jimin. Jungkook melihat Sumin yang sedang menuliskan sesuatu pada sebuah kertas kuning kecil. Kemudian Sumin menempelkan kertas tersebut di kaca jam alarm Jimin. Rupanya itu adalah sebuah note.
Sumin menatap paras sempurna Jimin yang berakhir dengan gadis itu mengecup dahi Jimin.
Setelah itu yeoja Baek itu beranjak keluar dari kamar Jimin. Tapi gadis itu terhenti di lorong yang memajang foto keluarga Jimin dan Jungkook.
Sumin memandang lama foto keluarga Jimin. Rahangnya mengeras saat mengenali satu-satunya yeoja dalam foto itu. Yeoja yang sama, yang pernah memeluk eommanya, dan kemungkinan besar, yang memenggal kepala eommanya juga.
Sumin menatap sengit yeoja dalam foto itu. Kemudian tatapannya beralih pada foto Jimin. Gadis itu mendengus. "Pembunuh"
Sekarang Jungkook mengetahui motif dibalik tindakan Sumin.
Balas dendam.
Mrs. Park membunuh Mrs. Baek. Kemudian Sumin ingin membalas kematian eommanya dengan cara membunuh Jimin yang kebetulan adalah pacarnya sendiri.
Jungkook takjub dengan perubahan perasaan Sumin. Betapa mudahnya perasaan cintanya berubah menjadi perasaan benci.
Selama beratus-ratus tahun hidupnya, Jungkook sering kali mendengar bahwa perasaan cinta dan benci hanya dipisahkan oleh sehelai kain tipis.
Jungkook sering kali mendengar -bahkan menyaksikan sendiri- orang-orang yang awalnya saling benci, tiba-tiba berubah menjadi saling cinta.
Tapi baru kali ini ia menyaksikan kebalikannya.
Perasaan cinta Sumin berubah menjadi rasa benci hanya karena sebuah foto keluarga.
Sebegitu mudahnya.
Seolah Sumin telah melupakan rasa cintanya. Seolah rasa cintanya menguap begitu saja. Digantikan oleh rasa benci yang menyelubungi hatinya, hingga membuatnya tega membunuh kekasihnya sendiri.
Tapi Jungkook masih belum tahu bagaimana cara Sumin membunuh Jimin. Maka ia segera melihat kenangan menonjol yang terakhir.
Jungkook melihat Sumin sedang berada di toko bunganya. Gadis itu duduk di sebuah kursi yang menghadap sebuah meja besi. Diatas meja itu, ada sebuah piring, sebuah cutter, sebuket mawar hitam, dan sebuket mawar merah.
Saat Jungkook memperhatikan Sumin, lelaki itu baru menyadari tubuh Sumin yang bergetar hebat, serta mata dan pipinya yang basah. Gadis itu menangis.
Perlahan, Sumin mengambil setangkai mawar merah dan meletakkannya diatas piring. Kemudian ia mengambil cutter dan menorehkan luka pada pergelangan tangannya sendiri.
Sumin meringis. Darah segar mengucur dari lukanya. Suminpun membawa pergelangan tangannya keatas kelopak mawar merah di atas piring. Membiarkan darahnya menetes-netes hingga perlahan mengubah warna kelopak mawar merah tersebut.
Tapi tiba-tiba darahnya berhenti menetes. Sumin mencoba mengepalkan tangannya. Tidak ada darah yang menetes lagi. Lukanya telah menutup, meskipun masih meninggalkan bekas.
"Kenapa sudah menutup?!" rutuk gadis itu disela tangisnya.
Sumin kembali menyayat pergelangan tangannya. Selagi darahnya masih mengucur deras, Sumin menadah darahnya tepat diatas kelopak mawar merah yang telah berubah warna itu.
Hingga bunga pertanda cinta yang awalnya berwarna merah itu berubah menjadi hitam pekat. Saat Sumin menyandingkan mawar 'hitam' itu dengan sebuket mawar hitam yang asli, Jungkook bahkan tidak bisa melihat perbedaannya.
Jungkook tidak perlu melihat kelanjutannya. Karena ia sudah bisa menebaknya.
Sumin pasti memberikan mawar hitam yang sebenarnya mawar merah itu pada Jimin. Jimin yang mengira bahwa bunga itu adalah vitamin untuknya, tidak menaruh curiga sama sekali, lantas memakannya. Beberapa saat kemudian, pengaruh mawar merah itu bereaksi, membuat Jimin keracunan, dan kemudian mati.
Jungkook segera keluar dari pikiran Sumin dan memutus kontak mata mereka. Lelaki itu meraih pergelangan tangan Sumin. Mata deonya terbelalak ngeri melihat beberapa plester luka yang tertempel disana.
Sementara itu, Sumin telah berhenti berteriak saat Jungkook keluar dari kepalanya. Gadis itu lemas, terengah-engah, dan tenggorokannya sangat sakit karena terus berteriak selama Jungkook berada di dalam kepalanya.
Masih menatap ngeri luka di pergelangan tangan Sumin, Jungkook bertanya, "Berapa banyak mawar merah yang kau ubah?"
"Lima" jawab Sumin dengan suara serak dan masih bersandar di tiang ranjang.
"Berapa banyak yang Jimin hyung makan?"
"Dua kelopak"
Jungkook mendengus menatap Sumin. "Bahkan jika darah Jimin hyung tidak mengalir di dalam tubuhmu, kau pasti tetap akan membunuhnya"
Perkataan tajam Jungkook itu seolah menghujam hati Sumin.
Benar.
Tanpa darah Jimin di dalam tubuhnyapun, Sumin pasti akan tetap membalas dendam. Entah pada Jimin, atau langsung pada eommanya.
"Aku telah membunuh seorang pembunuh" Setetes air mata meluncur turun dari mata Sumin. "Aku pasti lebih buruk dari seorang pembunuh"
"Hatimu telah tertutup dendam, noona. Hingga kau tega membunuh orang yang kau sayangi"
"Memangnya apa salah eommaku, Jungkook? Kenapa eommanya Jimin membunuh eommaku?" tanya Sumin disela tangisnya.
Jungkook menghela nafas. "Eommanya Jimin hyung cemburu pada eommanya nuna"
Dahi Sumin mengerut tidak paham.
"Appanya Jimin hyung berselingkuh dengan belahan hatinya. Sedangkan belahan hatinya adalah Mrs. Baek, eommanya noona"
Sumin ternganga tidak percaya. Ternyata bukan hanya appanya saja yang berselingkuh, tapi eommanya juga!
"Tentu saja Mrs. Park cemburu. Apalagi sepertinya, Mr. Park ingin berubah menjadi manusia agar bisa bersama dengan belahan hatinya. Selanjutnya, kau pasti tahu sendiri, noona. Mrs. Park membunuh Mrs. Baek sebelum Mrs. Baek mengubah Mr. Park menjadi manusia"
Sumin terlihat bingung. "Jadi eommaku bisa mengubah Mr. Park menjadi manusia? Bagaimana bisa?"
Kali ini Jungkook yang bingung. "Apa Jimin hyung tidak memberitahumu bahwa belahan hati para vampir bisa mengubah vampir menjadi manusia?"
Sumin menggeleng. "Dia hanya mengatakan bahwa aku harus segera berubah menjadi vampir"
Jungkook langsung terlihat syok. Dia menatap Sumin. Menatap Jimin. Kemudian mengusak rambutnya frustasi.
"Ceritakan padaku Kookie"
Jungkook menghela nafas sebelum memulai penjelasannya lagi. "Noona adalah belahan hati Jimin hyung. Karena saat Jimin hyung mendengar nyanyian noona di tempat karaoke dulu, Jimin hyung merasa merinding. Itu tandanya"
Jungkook menatap Jimin dengan sedih. "Sejak saat itu, Jimin hyung tidak pernah lagi meminum darah manusia. Hyung hanya meminum pil darah. Bahkan jarang sekali Jimin hyung meminum darah babi. Dia benar-benar berniat untuk berubah menjadi manusia agar bisa hidup denganmu, noona"
Jungkook terdiam sejenak. Sedangkan Sumin sudah mulai kembali menangis. "Untuk menjadi manusia, kalian berdua harus melaksanakan ritual. Noona harus menyanyikan lagu ritual, sementara Jimin hyung harus meminum sedikit darah noona dan memakan bunga mawar peach."
Jungkook menggigit bibir bawahnya sebentar. "Tapi belum Jimin hyung sempat memberitahu noona tentang identitasnya, noona mendapat luka tusuk hingga kehilangan banyak darah. Tidak ada orang yang memiliki golongan darah yang sama dengan noona. Apalagi appanya noona berada di luar negri. Jadi Jimin hyung memberikan darahnya untuk menyelamatkan hidup noona."
"Awalnya kamipun tidak mengira bahwa kau akan menjadi separuh vampir, noona. Tapi itulah yang terjadi. Maka dari itu, Jimin hyung berusaha mengubahmu untuk menjadi vampir. Agar kau tidak kesakitan saat bulan purnama nanti" Jungkook mengakhiri penjelasannya.
Sumin semakin keras menangis. Sekarang ia baru menyadari seberapa besar cinta Jimin untuknya. Sayangnya, cinta suci Jimin tersebut harus terbalaskan dengan perbuatan keji Sumin.
Gadis itu menyesal.
Sangat amat menyesal.
Jimin tidak bersalah. Sama sekali tidak bersalah. Lelaki itu tidak seharusnya mati. Apalagi dengan cara seperti ini. "Kenapa kau tidak pernah mengatakannya, Jim? Kenapa?"
Sumin juga manangisi eommanya. Dia tidak menyangka, eommanya ternyata juga berselingkuh. Padahal eommanya adalah panutannya. Padahal Sumin membunuh Jimin demi eommanya! Padahal Sumin pikir, eommanya tidak bersalah!
Jika keadaannya seperti itu, wajar saja jika Mrs. Park cemburu. Dia membunuh Mrs. Baek untuk mencegah suaminya berubah menjadi manusia. Agar ia tidak kehilangan orang yang dicintainya.
Apakah Mrs. Park yang bersalah disini?
Tidak.
Karena Suminpun pasti akan melakukan hal yang sama jika berada dalam posisi seperti itu.
Sumin menaiki ranjang dan merangkak mendekati mayat Jimin. Memeluk tubuh dingin kekasihnya itu sambil terus menangis. "Bangunlah Jim. Bangunlah. Maafkan aku. Maafkan perbuatanku. Maafkan aku yang telah membalas rasa cintamu dengan perbuatan tidak biadabku seperti ini. Kumohon bukalah matamu" racaunya.
Tapi, seberapa banyak kata maaf yang Sumin ucapkan, tidak akan pernah bisa membuat Jimin membuka matanya.
Lelaki vampir itu telah pergi karena kebodohan kekasihnya sendiri.
TBC
Ini bikin baper ga sih? ??
With love, Astralian ????