Happiness is a perfume you cannot pour on others without getting a few drops on yourself
“Ralph Emerson~ Penyair”
KOREA, FEBRUARI 2023
Jongin duduk termenung menatap hujan yang turun membasahi Seoul dari sebuah jendela besar di sudut kecil kafe. Entah sejak kapan Jongin menyukai kegiatan seperti ini, yang dia tahu semuanya sudah menjadi kebiasaan baru baginya semenjak 3 tahun lalu.
Secangkir kopi panas dengan asap yang masih mengepul selalu menjadi teman setia Jongin setiap kali hujan turun. Pikirannya melayang jauh ke masa 3 tahun lalu, ketika seorang wanita canik dengan tanpa permisi memasuki kehidupannya, dan tanpa permisi mengubah sudut pandang Jongin terhadap kehidupan.
Sejak bertemu wanita cantik dengan aroma khas bayi itu, hidup Jongin berubah menjadi role coster. Naik turun dengan kecepatan yang sulit terkontrol dan tidak tahu arah tujuan. Tetapi dengan demikian Jongin semakin tahu arti sesungguhnya kebahagia, kesedihan dan penghianatan.
Jongin tersenyum miris mengingatnya, wanita itu sudah berhasil merebut hatinya, dulu, sekarang dan bahkan nanti.
“Kai.” Lamunan Jongin buyar saat seorang pria yang ditunggunya datang.
“Sehun.” Seru Jongin dan mempersilahkan pria berparas tampan itu duduk di depannya.
“Kau memikirkannya?” Tanya Sehun pelan.
Jongin memjawab pertanyaan Sehun dengan mengalihkan atensinya kembali kepada hujan yang turun semakin deras. Sehun diam, memperhatikan raut wajah Jongin yang berubah menjadi sendu setiap kali memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke bumi.
“Em, dia wanita jahat bukan? Pergi begitu saja setelah menghancurkan semuanya.” Lirih Jongin pelan tanpa melepaskan atensinya.
“Maaf, semua ini salahku, seandainya dulu aku tidak egois tentu hal ini tidak akan terjadi.” Sesal Sehun.
“Ini bukan salahmu. Takdir lah yang membuat kami seperti ini.” Ucap Jongin dengan senyum getir.
Ya, takdirlah yang membuat dirinya tidak bisa berstu dengan wanita yang sudah menjadi belahan jiwanya itu.
Sehun hanya bisa diam memandang sahabatnya dengan perasaan bersalah dan iba. Kesalahan masa lalu yang telah dia dan teman-temannya perbuat sudah mengahancurkan kebahagiaan sahabatnya. Sehun menyesal, sangat menyesal.
Mereka berdua terdiam dengan jeda yang cukup lama. Memandang rintikan hujan yang bukannya semakin mereda tetapi menjadi semakin deras mengguyur.
“Kudengar kau menemui Lay hyung?” Tanya Jongin pelan.
“Iya, dia tidak berubah.” Jawab Sehun dengan nada kecewa.
“Apa yang sebenarnya membuat hubungan yang kita bangun menjadi seperti ini.” Ujar Jongin sedih.
“Kai.” Ucap Sehun pelan, mencoba mengingatkan Jongin.
“Aku tahu, seharusnya diriku tidak boleh bersedih dan mengahawatirkannya seperti ini. Tetapi.... dia Lay hyung...Lay hyung si healing.” Lirih Jongin pelan dengan nada sedih, kecewa dan amarah yang tercampur aduk.
Sehun mengangguk sebagai balasan ucapan Jongin, dia tidak mampu berkata apapun karena pada dasarnya dia juga turut andil menghancurkan hubungan persahabatan mereka.
“Nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Sekarang bukan saatnya untuk menyesal. Prioritas utama kita saat ini adalah menemukannya, baik dalam keadaan hidup ataupun tidak......” Ujar Jongin dengan suara yang semakin melemah di akhir kalimatnya.
“Kita pasti akan menemukannya dalam keadaan hidup. Untuk itulah aku menemuimu saat ini.” Ucap Sehun yakin.
“Kau yakin?” Tanya Jongin pelan.
Dia sering mendengar kalimat ini sejak tiga tahun lalu tetapi hasilnya tetap sama. Mereka tidak bisa menemukan keberadaan wanitanya dimanapun.
Sehun mengangguk pelan, menyodorkan sebuah map coklat ke hadapan Jongin. Mengisyaratkan pria berkulit tan itu untuk membuka dan membacanya dengan seksama.
Mata Jongin membelalak, tangan dan tubuhnya bergetar hebat setelah mengetahui isi dari amplop coklat itu. Dia memandang Sehun dengan air mata yang tanpa sadar meluncur pelan dari pelupuk matanya.
“Ini...” Lirih Jongin pelan.
“Orangku berhasil menemukannya. Sekarang giliranmu. Kejarlah dia, jangan pernah kau lepaskan lagi meskipun ada yang memintamu. Kami semua percaya akan kemampua Kim Jongin yang luarbiasa.” Seru Sehun dengan senyum tulus di wajahnya.
Jongin mengangguk paham dengan wajah yang sudah basah orleh air mata yang sudah mengalir semenjak tadi. Mengelus pelan lembar foto yang berada di tangannya, bukti nyata jika dia masih hidup dan berada di suatu tempat di muka bumi ini.
Jongin tersneyum samar, rasa rindu itu membuncah meski hanya dapat melihatnya di dalam lembar foto. Matanya terarah menuju hujan yang tiba-tiba sudah mereda dan digantikan sebuah pelangi cantik di langit. Sepertinya alam juga mengerti rasa gembira yang ada di hatinya. Jongin bertekad, tidak akan menjadi pengecut yang melepaskan cintanya lagi.
-- ?à?? --
KOREA, MARET 2019
Sungrin hanya bisa membuka mulutnya lebar melihat kondisi ruang latihan SM Studio di daerah Cheongdamdong yang baru saja dia lihat. Umpatan kesal kepada pria tambun yang menyuruhnya untu membersikan ruangan itu terlontar begitu saja dari bibir mungil Sungrin.
Bisa dipastikan kemungkinan Sungrin untuk terkapar kelelahan akan terjedi jika dia membersihkan semua ini. Tetapi mau bagaimana lagi, image wanita baik miliknya membuat Sungrin mau tidak mau harus membersihakan tempat yang lebih mirip kapal pecah dari pada studio latihan.
“Sabar, kau harus bersabar.” Lirih Sungrin pelan sambil mengelus dada.
Dia segera mengeluarkan telephone genggam dari dalam tasnya, mencari sebuah kontak yang tertera di sana dan langsung menekan tombol dial setalah menemukan nomor yang ingin dia hubungi.
? Tuttt..tuttt..tuttt...
“Anyenghaseyo Sungrin-ssi.” Jawab suara di seberang sambungan.
Sungrin mengkerutkan alis, bagaimana bisa bos tempatnya bekerja mengetahui nomor pribadinya. Seingatnya dia tidak pernah menuliskan nomornya di daftar pegawai. Entalah Sungrin tidak perduli.
“Yoboseyo... Sungrin-ssi.” Sungrin segera tersadar dari lamunannya.
“Oh ne, Annyenghaseyo Jongdae-nim, Maaf sebelumnya menghubungi Anda mendadak, hari ini saya akan datang terlambat. Ada pekerjaan yang harus di selesaikan” Ijin Sungrin.
“Em, Apa pekerjaan itu membutuhkan waktu hingga makan siang?” Balas Jongdae ramah.
“Aniyo, Saya akan datang sebelum jam makan siang. Maaf dan sekali lagi terima kasih.” Ucap Sungrin.
Sambung gan itupun terputus setelah bosnya memberikan ijin. Sungrin bersyukur memiliki bos seperti Kim Jongdae, pribadi yang ramah, perhatian dan bertanggung jawab. Sungrinpun segera meletakkan semua barangnya dan langsung bekerja.
~ 1 hours 45 minutes later
Saat ini Sungrin tengah terkapar di sudut ruang latihan dengan pel disebelahnya. Hampir dua jam dia berkutat dengan segala macam perlengkapan kebersihan.
“1,2,3 – 7, Astaga apa yang sudah mereka lakukan semalam.” Ucap Sungrin sambil melepaskan kemeja biru yang dia kenakan, menyisahkan kaos putih polos yang melekat pas ditubuhnya.
“15 menit sebelum jam 11, Aku akan tidur sebentar.” Lirih Sungrin pelan.
?Korean Number Song (Jongin sing it at EXO’rdium)
One, and two and three and four and (2x)
(il) ilchorado anboimyeon
(i) ireohke chojohande
(sam) samchonneun eotteohke gidaryeo
Iya iya iya iya
Sungrin tahu sedari tadi telphone milinya berbunyi, dia tida peduli. Saat ini dia hanya ingin tidur, benar saja tidak sampai 1 menit Sungrin sudah terlelap.
~ 30 minutes later
Segerombol pria dengan wajah yang rupawan terlihat memasuki ruang latihan tempat di mana Sungrin tertidur.
“Hyung, hyung, Hantu..hantu?” Teriak seorang pria berwajah puppy melihat sosok Sungrin.
“Hantu? Astaga jangan bercada.” Bentak seorang pria dengan wajah songong meski tengah ketakutan.
“Aku tidak bercanda, lihatlah.” Tunjuk pria itu lagi.
Segerombolan pria berumlah 5 orang itu menatap ke arah sudut ruagan yang ditunjuk oleh pria puppy.
“Sepertinya itu manusia, lebih tepatnya seorang wanita yang tengah tertidur.” Ujar salah satu pria dengan wajah blasteran.
“Aishh, dasar. Kau sudah membuatku ketakutan setengah mati.” Pria berwajah puppy itu hanya bisa menyengir kuda membalas perkataan pria dengan tubuh menjulang di atas rata-rata dengan telinga lebar.
“Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi aku lupa dimana.” Ucap pria dengan wajah yang mirip kucing.
“Aku juga sepertinya pernah melihatnya.” Ucap pria blasteran.
“Sebaiknya kita bangunkan dia, tempat ini akan kita gunakan latihan. Cepatlah.” Ucap pria berwajah songong sambil menatap ke arah sang pria blasteran.
“Aku? Baiklah.” Ucapnya memelas ketika mendapati semua tatapan mata menyeramkan dari Hyung-hyungnya.
“Chogiyo. Bangunlah. Agashiii, bangunlah.” Serunya pelan sambil menggoyankan pundak Sungrin.
Sungrin mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, dihadapannya kini tengah terpampang seorang wajah pria yang sangat tampan. Dia tersenyum dan menyentuh wajah pria itu lembut.
“Wah, dari mana asalnya malaikat tampan ini.” Racau Sungrin setengah sadar dan kembali memejamkan matanya.
“Aku tahu aku tampan aghassi, tapi bisakah kau bangun. Kami akan menggunakan tempat ini.” Pinta pria itu sekali lagi.
“Eumh, tuan malaikat aku akan bangun lima menit lagi. Aku sangat lelah.” Racau Sungrin.
“Aghassi.” Ucap pria itu sambil menggoyangkan pundak Sungrin dengan lebih keras.
“Arasso aku bangun.” Balas Sungrin dan langusng duduk bersila dengan mata masih tertutup.
“Ahhh....” Sungrin berteriak kesakitan ketika seseorang mencubit pipinya.
Sungrin mengerjapkan matanya pelan. Di depannya kini tengah berdiri 5 rang tampan yang memandangnya dengan aneh. Dia terkejut bukan main dan segera berdiri lalu membungkuk sedalamnya. Jadi yang dia lihat dan lakukan barusan bukanlah mimpi.
“Maafkan saya. Maafkan saya. Sungguh maafkan saya.” Ucapnya gugup setengah mati, merutuki kebodohannya.
“Tidak, kami yang seharusnya minta maaf karena mengganggu tidurmu. Apa kau sedang latihan?” Tanya seorang pemuda dengan tinggi yang menjulang.
“Ah, tidak. Maaf. Maafkan saya. Maaf. Saya permisi.” Pamit Sungrin dan segera berlari begitu saja.
Dia sangat malu apalagi kepada pria berwajah dingin namun sangat tampan tadi. Sementara pria berwajah blasteran dan keempat pria lainnya hanya tertawa melihat tingkah Sungrin yang menurut mereka sangat lucu.
Ketika kau melakukan sesuatu yang mulia dan indah dan tak seorang pun memperhatikan, janganlah bersedih. Karena matahari pun tampil cantik setiap pagi meski sebagian besar penontonnya masih tidur.
“John Lennon ~ Musisi”
Boleh kasih masukan Sob? Itu Prancis. Nggak pakai 'e'.
Comment on chapter Mama