FLASH BACK
Semalaman ini Gilang tak henti-hentinya membolak-balik setumpuk kertas di hadapannya yang terduduk manis. Laptop dan juga berjejer handphone yang satu-persatu menampilkan notifikasi file di terima. Ia bahkan belum makan malam. Ia tak mempunyai waktu hanya untuk mengurusi hal tersebut. Ia mulai mengangkat handphonenya yang berdering terus-menerus.
"ada apa?" jawabnya tanpa basa-basi masih dengan membalik satu-persatu lembar kertas di tangannya. Sedangkan handphonenya ia apit dengan bahunya.
"kami menemukannya Mr."
"dimana?"
"Negri Sakura"
"cepat datangi dia, katakan padanya jika aku ingin berbicara dengannya"
"baik Mr."
Setelah mendapatkan kabar itu, Gilang langsung merebahkan punggungnya di kasur, yang sialnya masih terdapat kertas berserakan.
"huuuh... tunggulah sebentar lagi honey" gumam Gilang sebelum ia terjatuh ke dalam alam mimpinya.
Akhirnya ia bisa beristirahat dengan tenang, setelah tiga hari ini ia berkerja melebihi keras hanya untuk mencari seorang gadis yang entah kapan menghilang begitu saja.
Belum genap dua jam Gilang menutup mata, handphonenya kembali berdering tak ada hentinya. Dan dengan terpaksa, ia mengangkatnya dengan malas, dan beranjak dari tidurnya.
"ada apa" kata Gilang galak.
"ini gue. Ada apa lo nyari gue?" jawab seseoang dari sana yang diyakini Gilang adalah gadis yang menjadi masalah seminggu terakhir ini.
Dan itu sukses membuat Gilang membuka lebar-lebar matanya. Seketika itu juga hawa ngantuknya hilang entah kemana.
"kenapa lo ngilang?" kata Gilang tanpa bbasa basi.
"lo tau? Berkat perbuatan lo yang nggak lo pikir dulu itu,kak Kharis terpuruk. Dan lo sukses buat Krystal sama Lascrea ribut" lanjutnya tajam.
"kak Kharis sakit? Kenapa bisa?" jawab Seira tak percaya.
"dan gue nggak ngilang ya..." tambahnya membela diri.
"kalau lo nggak ngilang, kenapa lo ganti identitas lo" balas Gilang tajam. Dan benar saja, setelah ucapanya, tak ada jawaban dari sana.
"benerkan?" kata Gilang meremehkan.
"kalau lo nggak sampai di sini besok, gue sendiri yang bakal nyeret lo ke sini" kata Gilang yang langsung mengakhiri perbincangan mereka secara sepihak.
Ia sungguh tak tahan lagi dengan sikap biasa gadis tersebut. Bagaimana bisa gadis itu biasa saja ketika semua orang sibuk mencarinya? Sunguh gadis yang menjengkelkan. Tak mau ambil pusing, Gilang kembali merebahkan tubuhnya di antara tumpukan kertas itu, ia sungguh sudah sangat lelah hari ini, biar besok saja ia membereskan kertas-kertas ini, sekaligus memberitahu Krystal.
Pagi ini Gilang sibuk membersihkan kamarnya dari berlembar-lembar kertas yang berserakan di kamarnya. Kenapa tak meminta pembantu saja untuk membersihkannya? Jawabannya karena Gilang tak mau sembarang orang memasuki kamarnya dengan sesuka hati. Ingat ini daeah privasinya!
Tak berselang lama, handphonenya berdering menampilkan nama Krystal di sana.
"Ya, kenapa Krys?"
"Kakak masuk rumah sakit, ntar alamatnya aku SMS aja"
"Rumah sakit? Bagaimana bisa?"
"Ntar aja aku jelasin. Aku mau nyusul mereka dulu" jawb Krystal sebagai kalimat terakhir dari telepon mereka.
Tak buang waktu, Gilang segera mendial nomor Seira, yang semalam menghubunginya. Sungguh kali ini ia sangat gemas dengan gadis itu, sampai rasanya ingin sekali dia mencekiknya dengan tangannya sendiri.
"Di mana lo?"
"Gue di bandara"
"Langsung ke rumah sakit, kak Kharis sakit gara-gara lo tau nggak"
"Apa?! Sumah sait mana?"
"Ntar gue SMS" jawab Gilang mengakhiri panggilannya dan segera melesat pergi setelah mengabari mami, papinya.
FLASH BACK OFF
"Di mana kak Kharis?" kata Seira to the poin dengan raut khawatirnya.
PLAAK!!!
Seira hanya bisa memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Lascrea. Sungguh Lascrea sudah sangat ingin melakukan hal ini kepada gadis di hadapannya dan Krystal sejak dulu. Lega rasanya sudah bisa menampar gadis di hadapannya. Ia sudah tak perduli dengan nanti Krystal ataupun siapapun bakal menghujatnya, yang terpenting, ia sudah bisa memberi pelajaran kepada gadis tersebut.
"puas lo?! Puas hah?!" teriak Lascrea tak tertahnkan.
"tenang La, ini rumah sakit heum..." kata Kelvin mencoba menenangkan Lascrea dengan mengusap lembut lengan kekasihnya itu.
Dan benar kini Lascrea bisa sedikit mengontrol emosinya, terbukti dengan ia yang mulai menghembuskan nafas kesalnya.
"gue nggak maksud La" bela Seira.
"nggak maksud apa maksud lo hah?"
"gue nggak maksud buat kalian semua khawatir sama gue. Gue... gue juga nggak nyangka bakal kaya gini jadinya"
"Krystal,"
Fokus mereka terpecah setelah panggilan dari Dela. Krystal segera menuju ke tempat mommynya berada. Sedangkan Lascrea, Seira, Kelvin maupun Gilang masih bersitegang. Saling berusaha menahan emosi mereka.
****
Ini merupakan hari di mana Kharis akan berhadapan dengan alat-alat pembelah dan juga darah yang akan terus keluar masuk di tubuhnya selama beberapa jam ke depan. Ia harus kuat hari ini jika memang ia ingin melihat kembali sang pujaan hati yang amat di cintainya.
Kini Krystal dan yang lainnya sedang duduk menunggu dengan cemasnya di depan ruangan bertuliskan ON AIR berwarna hijau tersebut. Ini yang pertama bagi Kharis dan juga mereka. Sungguh mereka berharap ini akan jadi yang pertama dan terakhir dari penderitaan Kharis.
Kemarin setelah Romy berbicara dengan doktor yang menangani putranya, ia diberitahu jika putranya memiliki masalah dengan hatinya karena tak makan selama empat hari, yang berakibat pada hatinya untuk menyerap makanan.
Namun itu tak masalah karena masih bisa diatasi, yang bermasalah di sini adalah, usus Kharis yang tak berbentuk seperti seharusnya, bisa dikataan ada sdikit komplikasi dengan ususnya akibat tak menyerap makanan sama sekali. Terlebih lagi ia mempunyai maag.
Ya kini Kharis sedang berjuang, untuk oprasinya yang akan memotong beberapa ceti ususnya.
"kita makan dulu ya Krys, kamu belum sarapan sejak pagi" kata Gilang lembut.
"ta-tapi kakak gimana?"
"kak Kharis pasti kuat kok, kan di sini juga ada tante Dela sama om Romy. Seira sama Lascre juga di sini nungguin kak Kharis"
Krystal menoleh dengan cemas ke arah ruangan yang masih bertulisakan ON AIR itu. Sejujurnya ia tak mau meninggalkan tempat ini.
"kamu makan dulu saja Krys, lihatlah mukamu pucat. Mom nggak mau kamu sakit heum?" jelas Dela sembari menenangkan putri semata wayangnya.
Krystal mengangguk sebelum ia berdiri dari duduknya bersama Gilang untuk mengisi perutnya yang entah sejak kapan belum diisi.
*****
Sebatang tubuh kini tergeletak dengan lemah di atas tempat tidur, ditemani sebotol cairan yang menggantung di sebelah kirinya dan sebuah monitor yang menampilkan garis berliku teronggok dengan cantinya. Dengan mata yang terpejam, seolah tak berniat untuk membukanya.
Ya... dia Kharis Di Rayzel. CEO dari Rayzel Grup, donatur terbesar se-SMA Ellatis, orang yang selalu di kenal dengan kecerianya tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Orang yang sempat hancur karena kehilangan orang tercintanya.
"kakak bangun ya, Sei janji setelah ini Sei bakalan nurutin semua keinginan kakak. Sei mohon jangan seperti ini" lirih gadis di sebelah kanan Kharis.
Seira hanya bisa terisak, menenggelamkan mukanya di lengan Kharis berusaha meredam tangisnya, menumpahkan segala perasaannya di samping Kharis yang mungkin saja tak mendengar ucapannya. Ia sungguh menyesal telah menuruti egonya. Ia tak memikirkan perasaan orang yang kini sedang di genggam tangannya olehnya.
"Seira kamu mandi dulu ya sayang, biar momdan Krystal yang menemani Kharis" kata Dela memecah lamunan Seira yang lantas mendongakkan kepalanya.
"Baiklah tante, saya akan membersihkan diri dulu. Dan seali lagi maaf telah menyusahkan kalian" ucap Seira tertunduk.
"Kau tau, awalnya tante juga menyalahkanmu atas semua kejadian yang menimpa Kharis. Tetapi tante sadar jika ini semua terjadi karena anak tante sendiri yang tak mau berjuang lebih keras lagi, yang menyerah begitu saja, dan yang menyiksa dirinya sendiri dengan tak makan selama empat hari" kata Dela sembari tersenyum ke arah Seira. Mencoba menenangkan gadis tersebut. Lalu melihat ke arah Kharis lagi dengan senyum berharapnya.
"Dan rasanya tante ingin sekali menggantikan posisi Kharis saat ini. Tante rela jika tante tak tertolong, karena memang tante sudah banyak menyaksikan keindahan dunia ini. Sedangkan Kharis belum pernah merasakan keindahan itu" lanjutnya yang entah sejak kapan di ikuti dengan setetes air yang mengalir dengan lancar dari kelopak matanya yang indah itu.
Krystal hanya pisa mengusap legan mommynya dengan lembut, bermaksud menenangkannya, meskipun ia sendiri juga sudah tak bisa menahan air matanya untuk keluar dari sarangnya. Ya, Gilang memang benar, saat ini ia harus kembali menjadi Krystal yang selalu kuat dalam segala hal. Jika tidak, mungkin momnya tak akan berhenti meratapi nasib putra putrinya.
Jika saja ini dua tahun yang lalu, ia akan dengan brutal mendatangi Lascrea yang sudah seenaknya berbicara atau lebih tepatnya curhat ke Seira bahwa ia mencintai kakaknya. Yang berakibat Seira pergi entah kemana demi kebahagian Lascrea. Bukankah itu bodoh? Mengambil keputusan hanya dengan menuruti emosi sesaatnya tanpa mau memperdulikan orang yang menyayanginya.
Dan itu membuat Krystal tak bisa memaafkan Lascrea maupun Seira. Ia tau bahwa mereka merupakan sahabat dari TK. Namun begitukah cara mereka untukmembuat keluarganya berantakan? Mereka egois bukan? Yang satu tak peka sama sekali yang mengakibatkan berbicara ke sembarang orang. Dan yang satunya lagi berpikiran pendek, tanpa mau mengetahui akibat dari perbuatannya.
Sebenarnya siapa di sini yang salah? Pertanyaan itu tak bisa Krystal jawab, semua kejadian itu berputar tanpa kenal sudut yang akan membawanya pada perhitungan untuk menemukan siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini.
Seandainya saja Seira dapat berpikir panjang atas apa yang akan ia perbuat, Kharis tak akan mengalami hal seperti ini. Dan jika saja Seira tak menuruti egonya dan juga sedikit egois, maka semua ini tak akan terjadi.
Krystal tak akan kehilangan sikap manisnya, dan Kharis tak akan menderita seperti ini, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Namun, itu hanyalah seandainya. Yang berarati tak bisa mengulang kejadian itu lagi. Ia juga tak bisa menyalahkan Seira karena Lascrea juga berperan di sini.
Andai Lascrea menceritakan dirinya yang sedang memendam rasa kepada kakaknya kepada Krystal, Seira tak akan mengetahui itu dan tak akan meninggalkan Kharis. Krystal akan berusaha bersikap netral untuk menutupinya dan juga bersikap mendukung kedua orang yang ia sayang itu. Meskipun posisinya akan sulit dan tersiksa sendiri, ia tak masalah dengan itu selama kakak tercintanya beik-baik saja dan juga bisa tersenyum lepas. Bukan senyum palsu yang ia tunjukan selama dua tahun ini. Ia tahu jika kakaknya itu terlalu memaksakan diri untuk berbahagia di hadapan semua orang, berusaha bersikap biasa saja dengan senyumnya itu.
Tapi Krystal tak sebodoh itu untuk percaya dangan apa yang ditunjukkan Kharis, itu sudah terbukti dengan Kharis yang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk mengerjakan dan membaca segunung kertas di mejanya. Ia bahkan jarang pulang ke mansions.
Namun lagi-lagi itu hanyalah sebuah pengandaian. Sungguh rasanya Krystal ingin menggila di sini, menyidang kedua mantan sahabatnya itu sampai ia dapat menyimpulkan bahwa mereka harus bertanggung jawab atas perilaku mereka terhadap kakaknya. Namun lagi-lagi ia tak bisa, ia tak bisa meninggalkan mommynya yang masih terbelenggu dengan rasa sakitnya. Ia tak bisa. Ia tak akan pernah bisa.
Romy? Ia sedang menyelesaikan masalah yang terjadi di perusahaannya dan juga mengklarifikasi tentang keadaan saat ini kepaa media. Sungguh ini merupakan titik terberat yang pernah Krystla alami selama ini.
"Ra, lebih baik kamu pergi dulu dari sini. Biarkan kami di sini dengan kakak" ucap Krystal datar tanpa menatap Seira. Ia masih tetap menatap tubuh kakaknya yang terbaring lemah di atas ranjang di hadapannya.
Sera akhirnya melangkahkan kakinya keuar dari ruangan tersebut dengan masih terisak. Andai saja dirinya menhubungi Kharis terlebih dahulu kemarin, Kharis tak akan seperti ini.
Dela segera di tempat dimana Seira duduk tadi dengan senyum yang masih merekah di bibirnya.
"hai sayang, apa kabar heum? Kamu tak merindukan mommy? Ah.. apa kamu tak merindukan eommamu ini? Kamu igat bukan saat kita membuat peraturan tentang panggilan? Kamu yang paling antusias di antara kami" cerita Dela dengan senymnya meskipun kini buliran bening telah jatuh dari pelupuknya.
"hiks... kamu..., kamu yang paling bahagia di antara kami kenapa beraring di sini heum? Jelaskan sama eomma. Jelaskan Kharis, jelaskan" tambahnya dengan isakan yang tambah menjadi-jadi.
Krystal mengatupkan matanya rapat-rapat agar tak ada air mata yang jatuh. Sekuat tenaga ia gigit bibirnya, menahan tangis agar tak meledak. Ia terisak-isak. Ada air mata tertahan di pelupuknya. Tak mau bertambah, ia segera keluar dari sana, menangis sejadi-jadinya di depan pintu dengan menutup mulutnya dengan kedua telapat tanganya, berusaha menahan suaranya agar tak mengeras.
Ia juga manusia, ia mempunyai perasaan, terlebih lagi nalurinya yang sangat terhubung dengan Kharis. Ia tak sadar jika kini ia berpindah di dekapan seorang yang terasa nyaman baginya. Ia memukul-mukul dada orang yang mendekapnya, berusaha menyalurkan emosi yang selama ini ia tahan.
"menangislah Krys, menangislah jika itu bisa membuatmu tenang" ucap Gilang dengan masih mendekap Krystal. Ia tak bisa membiarkan gadis tercintanya mengeluarkan air mata kesedihan seperti ini.
"kenapa semua jahat sama gue Lang, kenapa?" kata Krysal yang masih sesekali memukul dada Gilang.
Gilang tak bisa berkata, ia tak bisa memberikan kata-katayang tepat untuk Krystal. Ia tak mau jika ia menjawab akan menambah rasa kesedihan Krystal. Ia tak mau!
Hari itu, Krystal habiskan dengan menangis di dekapan Gilang hingga ia memejamkan matanya akibat kelelahan.
*****
Dan kini menginjak hari ke delapan dimana Kharis yang masih anteng, tak berkutik sama sekali di atas ranjang yang berteman baik dengan infus di tangannya. Sepertinya, ia masih betah di dunia sana hingga ia tak mau bergerak sedikitpun hanya untuk sekedar memberitahu keluarganya dan juga gadis tercintanya bahwa ia baik-baik saja.
"kak, apa kakak tau? Aku sama Seira tadi lewat toko bunga langganan kakak, dan kami membelikan ini untuk kakak. Jadi, kakak ceper bangun ya... aku kangen sama kakak" kata Krystal sembari enaruh sebuket mawar putih di nakas sampingnya.
"dan kakak tau? Aku dan Seira udah baikan. Tapi kalau Lascre, aku tak tau harus bersikap seperti apa kepadanya. Aku masih kesal dengannya. Ia tak mau meminta maaf duluan kepadaku, jadi aku juga tak akan meminta maaf kepadanya dulu. Dia memang seperti itu. Iya kan? Aku benar kan kak?" lanjutnya dengan menggenggam tangan kanan Kharis lembut.
"Seira tadi ada urusan sebentar dengan rumahnya di sini, jadi ia tak bisa langsung ke sini bersama ku, apa kakak tak merindukan Seira? Ia telah kembali kak, jadi kumohon kakak bangunlah"
"jika memang kakak masih tak bangun juga, aku akan menyusul kakak saja kalau begitu" lanjutnya dengan nada protes.
"kalau kamu mau nyusul kak Kharis, aku sama siapa di sini?" krystal memutar kepalanya saat mendengar perkatan tersebut.
ia tersenyum tipis saat mengetahui itu suara siapa.
Makasih ????
Comment on chapter Part 1