Kharis hanya bisa berdiam diri di kamarnya, sudah selama empat hari ini ia tak mendapatkan hasil dari pencariannya mencari sang pujaan hati. Bahkan kamarnya yang semula selalu bersih dan rapi kini seperti kapal pecah. Bantal dan guling yang sudah tak berada di tempat yang seharusnya. Sprai, selimut bahakan sudah berada jauh dari ranjang.
Banyak vas bunga dan juga buku-buku berserakan dimana-mana. Pakaian yang ia pakai juga tak lagi serapih biasanya. Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar rahangnya tak lagi ia pedulikan. Berbanding terbalik sekali dengan Kharis yang selalu tampil modis.
Makanan yang tersedia di nakas maupun depan pintu tak pernah ia sentuh seujung kukupun. Ia tak punya selera untuk mengurusi hal semacam itu. Bahkan perusahaan yang sedang dalam masa puncaknya ia tinggalkan begitu saja tanpa mengindahkan jika bisa saja musuhnya mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan dirinya. Ia tak perduli. Yang ia perdulikan hanyalah Seira yang kembali ke peluannya.
"kamu dimana Sei... plis jangan tinggalin aku" lirih Kharis dengan memeluk foto kecil yang bergambaraan dirinya dan juga Seira yang sedang bergandengan tangan dan juga saling bertukar senyum.
"aku mohon kembali Sei" ucapnya lagi yang sudah meluruh di lantai dengan masih memeluk foto tersebut.
Dela dan Romy yang tiga hari lalu mendengar kabar tentang anak pertamanya dari anak buahnya yang ia suruh untuk mengawasi Kharis dan juga Krystal, langsung saja terbang kembali ke negara tempat anak-anaknya tinggal.
Mereka berdua tidak akan pernah bisa meniggalkan anak-anaknya yang sedang dalam masa sulit sendirian. Mereka bahkan sudah menyebar seluruh anak buah dan juga informan terbaik mereka ke seluruh tempat bahkan negara yang mungkin saja menjadi tempat singgah gadis pujaan hati anaknya itu.
"dad, bagaimana jika kita datangi saja orang tuanya. Mommy nggak sanggup lihat Kharis seperti itu dad" kata Dela pada Romy dengan nada sedihnya.
"jangan dulu mom, jika kita mendatangi orang tuanya tiba-tiba, ntar kia dikira udah celakain Seira" jawab Romy dengan mengusap lembut punggung istrinya yang mulai terisak melihat keterpurukan anak sulungnya yang selama ini mereka kenal ceria itu.
Ini terlalu cepat untuk Kharis. Ia baru saja menemukan kembali hatinya beberapa hari lalu, lantas kenapa dia pergi begitu cepat tanpa memberi tanda kepadaanya terlebih dahulu? Sungguh tak adil semua permainan ini baginya. Ia seakan tak pernah diberi waktu untuk bergembira dengan hatinya barang sedetik sekalipun.
Krystal? Ia tengah sibuk dengan beberapa berkas di hadapannya yang berisi laporan tentang sisa-sisa hari Seira sebelum menghilang. Ia sudah kembali pada dirinya beberapa bulan lalu. Kembali pada sesosaok Krystal yang dingin tak tersentuh.
Gilang bahkan tak ada artinya lagi bagi Krystal. Ia sudah tak perduli pada apapun hal yang menyangkut dirinya. Yang ia perdulikan hanyalah bagaimana cara ia menemukan Seira dan juga mengembalikan kakaknya yang sedang terpuruk.
Krystal bahkan pernah tak makan seharian hanya untuk mengurusi masalah yang timbul akibat mantan sahabatnya sendiri yang menyebabkan kehidupannya dan kakaknya jungkir balik tak karuan.
Lascrea? Ia sedang uring-uringan karena Seira yang ngilang begitu saja dan ulah Krystal yang mulai mengganggu hidupnya mulai dari mengobrak abrik cafenya dan lainnya. Ia benar-benar membuktikan ucapannya. Sedangkan hubungannya dengan Kelvin, Lascrea memilih untuk break terlebih dahulu untuk menyelesaikan segala masalahnya.
Ia memang pernah berbuat salah kepada Seira, namun itu dulu! Tak bisakah mantan sahabatnya itu melupakannya? Menganggapnya hanya angin lalu? Sunguh ini sangat menyiksa. Lagipula dia sudah melihatnya dengan Kelvin tempo hari lalu bukan? Sekali lagi tak bisakah dia menganggap itu sebagai tanda bahwa Lascrea sedah melupakan kejadian lalu?
Di sini, di masalah ini, tak hanya lascrea saja yang merasa pusing. Tapi banyak orang! tak bisakah sekali saja gadis itu tidak membuat suasana tenang menjadi ricuh kembali? Bukan maksud Lascrea menyalahkan Seira sepeuhnya. Di sini ia juga salah karena ini menyangkut kejadian dulu yang memang sepenuhnya salah Lascrea. Tetapi ia sudah berusaha melupakannya dan memulai semuanya dari awal. Sungguh Lascrea lebih baik pindah dari negara ini daripada harus menghadapi masalah yang sama dan juga orang yang sama.
Tak ada yang bisa menebar senyum di sini. Di mansion mewah ini yang dengan setianya dijaga dengan ketat oleh para bodyguard dan beberapa CCTV di setiap sudutnya. Seakan esok hari akan ada yang menyerang mansion tersebut.
Tak ada yang pernah keluar dari sana selama lima hari terakhir ini, semua orang sibuk dengan pencarian yang tak kunjung ketemu. Baru kali ini informasi seseorang tak berhasil mereka temukan dalam hitungan menit. Ya... mereka kesulitan, bahkan sangat kesulitan hanya untuk mencari keberadaan gadis bermarga Loyard tersebut. Sungguh, gadis itu sangat pandai bersembunyi.
Sepintas mobil hitm berplat B 05 KT melintas di plataran mansion megah tersebut sesekali mendapat anggukan dari pelayan maupun bodyguard yang melewatinya. Hingga sepasang sepatu santai dengan peraakan gagah nan tampan itu turun dari mobil dan berjalan melewati pintu besar yang terhubung dengan mansion mewah itu. Tanpa berkata, pintu itu terbuka dengan sendirinya seakan sudah tau jika akan ada orang yang masuk.
"Tante, om, Krystalnya ada?" tanya Gilang tanpa basabasi setelah mencium punggung tangan Dela dan Romy.
"Gilang, Krystal ada di kamarnya kamu naik saja" jawab Romy masih dengan handphonenya sedangkan sang istri disibukkan dengan berkas-berkas bertuliskan letak-letak suatu daerah.
Ya... mereka berdua juga masih disibukkan dengan pencarian Siera.
Tak mau mengganggu lagi, Gilang segera melangkahkan kakinya menuju kamar Krystal. Sesampainya, ia mengetuk pintu di depannya dengan tenang. Seakan tak ada keinginan untuk mengganggu aktivitas seseorang di kamar tersebut.
"Krys..." kata Gilang sembari melangkah mendekati Krystal yang sedang duduk manis di meja belajar gadis tersebut dengan ranjang yang dipenuhi dengan berkas-berkas yang entah apa itu isinya.
Apakah ia tak tidur ia tak pernah tidur? Pikir Gilang saat ia bingung harus duduk di mana karena pada sofa di kamar tersebutpun sudah penuh dengan kertas.
"hmmm..."
"kamu udah makan?"
"belum" jawab Krystal singkat tanpa menengok sedikitpun ke arah Gilang karena ia sendiri masih disibukkan dengan laptop di depannya.
"kita makan dulu yuk..." ajak Gilang lembut. Ia sungguh tak tega melihat keadaan Krystal yang seperti ini, dengan pakaian yang masih sama seperti kemarin, rambut tak tertata rapi seperti biasanya, kantung mata tercetak jelas, dan juga dengan wajah dinginnya.
"aku sibuk"
"Krys kamu nggak boleh ikut nyiksa diri kamu sendiri,kalau kamu sakit, yang ngasih semangat kakak kamu siapa? Kita makan dulu ya..."
"keluar"
"tapi Krys-"
"aku bilang keluar Gilang! Kamu nggak tau aku lagi sibuk?! Semua orang di sini lagi sibuk nyariin Seira, tapi kamu malah ajak aku makan?! Selera makan aku udah ilang semenjak Seira ngilang" kata Krystal menyela ucapan Gilang.
Gilang yang mendapat tanggapan seperti itu hanya bisa menghembuskan nafas pasrah dengan melangkahkan kakinya keluar dari sana dengan langkah lunglai. Sesampainya ia di lantai bawah, ia masih disuguhkan pandangan yang sama dengan saat ia masuk ke sini. Mungkin benar kata Krystal, semua orang di mansion ini sedang dalam masa sibuk-sibuknya.
Sontak itu membuka akal pikiran Gilang, tanpa banyak tingkah lagi, ia segera mengambil handphonenya, mengatik nomor yang sudah ia hapl di luar kepala. Beberapa detik kemudian, sebuah suara mengintrupsi Gilang dari lamunannya.
"hallo Mr."
"cari daftar semua orang yang pergi ke luar negeri lima hari lalu. Bawa berkasnya ke meja saya sore ini" titah Gilang dengan tegasnya. Yang langsung mengakhiri teleponnya tanpa bersusah payah mendengar jawaban orang yang dipanggilnya.
"om, tante, Gilang pamit dulu ya. Sore nanti Gilang ke sini lagi. Emm... apa Krystal sudah makan?" kata Gilang ragu di kalimat terakhir.
"dia sudah makan tadi pagi, tapi siang ini belum sepertinya. Apa dia masih tak mau makan?" kata Dela sembari merebahkan punggungnya di sofa, dan juga melepas kacamata yang sedari tadi ia pakai.
"apa kamu mau langsung pulang?" lanjutnya.
"ah... iya tan,"
"kamu sudah makan?"
"masalah itu gampang tan"
"maaf ya.... Lang, acara tunangan kamu tak bisa om cepetin seperti keinginan kamu. Tapi om janji, jika masalah Kharis dan juga Seira selesai, om bakalan pertimbangkan keinginan kamu" jawab Romy setelah duduk berdampingan dengan istrinya.
"tak apa om, Gilang juga tau kalau saat ini sedang masa sulit buat kita semua"
"baguslah kalau kamu mengerti" jawab Romy dengan senyum manisnya. Melihat itu, Gilang yakin jika senyum Krystal merupakan turunan dari Romy.
"kalau begitu Gilang balik dulu om, tan. Sama titip salam buat kak Kharis sama Krystal sekalian"
Setelah berpamitan, Gilang segera melangkahkan kakinya menjauhi mansion tersebut dan kembali ke mejanya, memastikan bahwaa anak buahnya sudah mulai bertindak. Karena ini merupakan waktunya untuk bermain dengan kekuasaan yang ia miliki. Dan itu pasti sangatlah menyenangkan.
*****
Tak terasa kini menginjak hari ke delapan dari hari dimana Seira menghilang. Dan entah sejak kapan Kharis tertidur di lantai dengan posisi meringkuk seperti bayi sambil memegangi fotonya dengan Seira.
Selama ini tak ada yang berani memasuki kamarnya, jika ingin menyuruhnya makanpun keluarganya hanya memanggilnya jika titak, meninggalkan makanan di depan pintu kamarnya. Mereka hanya tak mau lebih membebani Kharis dengan kata-kata mereka. Mereka tak sangup untuk melihat keadaan Karis yang begitu terpuruk.
Namun entah kenapa kini Krystal menginjakkan kakinya di lantai kamar Kharis yang sudah tak berbentuk lagi.
"kak... kakak, kakak bangun ya, kita sarapan dulu. Emang kakak mau Seira marah karena kakak telat makan seperti ini?" kata Krystal dengan menggoyangkan sedikit tubuh Kharis.
"kak.. kakak jangan nyiksa diri kakak kaya gini dong, Krys janji kalau kakak makan sekarang, Krys bakal bawa Seira balik ke kakak" kata Krystal lagi yang masih tidak mendapat respond dari Kharis.
"kak... kita sarapan yah..." kata Krystal lagi sembari memegang lengan Kharis. Dan seketika itu juga matanya melebar.
"mommy! Dady!" teriak Krystal spontan. Dela dan Romy yang mendengar itu segera beranjak dari meja makan menuju suara Krystal.
"kak... bangun dong!" kata Krystal sembari terisak.
"ada apa Krys"
"k... kakak... badan kakak mom"
Mendengar itu Dela segera mendekat dan menyentuh dahi Kharis yang tersa sangat panas dengan wajah yang sudah memucat.
"Diman siapin mobil!" teriak Romy sembari mengambil alih tubuh Kharis dan menggendongnya dengan sekuat tenaga karena memang anaknya itu tak bisa dibilang kecil.
"Krystal kamu kabarin keluarga Gilang" Krystal hanya mengangguki perintah Dadynya dan langsung bergegas menuju kamarnya yang untungnya terletak di sebelah kamar Kharis.
Sedangkan mommy dan Daddynya sudah melesat ke rumah sakit dengan membawa kakaknya yang entah bagaimana keadannya. Setelah selesai mengabari Gilang, Krystal segera menyusul orang tuanya menggunakan mobil spotnya yang merupakan hadiah dari Kharis saat ia berumur enam belas tahun lalu.
Ia tak memperduikan jalanan yang begitu ramai dan sumpah serapah dari orang orang yang hampir di tabraknya. Yang terpenting ia sampai di rumah sakit sebelum terlambat.
"mom, gimana keadaan kakak?" tanya Krystal saat ia tiba di depan ruangan Kharis di rawat.
Dela hanya mampu menggelengkan kepalanya saking tak kuatnya ia menahan tangisnya. Sedangkan Romy masih berurusan dengan dokter yang menangani Kharis. Sontak Krystal langsung mendekap mmmynya yang masih terisak.
"kakak pasti kuat kok, mom tenang aja hemmm?" kata Krystal berusaha menenangkan mommynya.
Jujur ia sendiri sudah tak bisa menahan tangisnya lagi, namun ia harus tetap kuat demi kakak dan juga mommynya. Jika ia menangis sekarang, bisa bisa mommynya pinsan karena kekhawatirannya kepada anak-anaknya.
Dan ia tak mau jika itu sampai terjadi. Jika bisa, lebih baik dirinyalah yang menggantikan posisi kakaknya itu dan juga menanggung semua rasa sedih dari keluarganya daripada melihat keluarganya yang seperti ini. Ia sungguh tak mau ada raut sedih di wajah orang-orang yang ia sayangi.
Tak lama kemudian Lascrea datang dengan setengah berlari bersama Kelvin. Krystal yang menyadari itu langsung menyambut Lascrea dengan wajah datarnya. Menghentikan langkah Lascrea dengan tangannya.
PLAAK!!!
Ya... sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi Lascrea.
Kelvin yang melihat itu langsung mendekat ke arah mereka, namun tangan kekar berhasil mencegahnya.
"Biarin,mereka selesein masalah mereka" Kata Gilang tenang, yang langsung mendapat helaan nafas kasar dari Kelvin.
"Udah puas lo sekarang hah?!" Lascrea hanya menatap Krystal sendu sekaligus tak percaya. Karena selama ini, Krystal tak akan main fisik tentang masalah apapun.
Apakah kali ini memang Lascrea sudah sangat melampau batas hingga ingin main fisik?
"Lo senengkan lihat kakak gue sekarat?!"
"Gue...gue...nggak-" belum sempat Lascrea menyelesaikan kalimatnya, Krsystal sudah memotongnya.
"Apa?! Andai aja dulu lo nggak bicara kalau lo suka sama kakak gue ke Seira, dia nggak bakalan pergi tau nggak!"
"Dia nggak bakalan ninggalin kakak gue La..." tambahnya lirih dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipi Krystal.
Tubuh Krystal kini mendarat di dada bidang yang terasa nyaman baginya.
"Tenang ya...kak Kharis pasti kuat, kamu jangan termakan sama emosi kamu, mana Krystal yang selalu kuat hem?" Kata Gilang menenangkan gadisnya dengan membelai rambut Krystl lembut. Sedangkan Krystal masih sibuk dengan isakannya.
"Krystal!" suara itu menyentak mereka berempat. Krystal dan Lascrea tercengang, karena melihat pemandangan itu.
"Ya Krys dia kembali" kata Gilang dengan senyum menenangkan.
Makasih ????
Comment on chapter Part 1