"kalau kamu mau nyusul kak Kharis, aku sama siapa di sini?" Krystal memutar kepalanya saat mendengar perkatan tersebut.
ia tersenyum tipis saat mengetahui itu suara siapa.
"Emang kamu tega buat aku sama keluarga kita khawatir heum?" tambah Gilang yang kini telah sampai di sebelah Krystal.
ia tersenyum tipis saat mengetahui itu suara siapa.
"kamu sama siapa ke sini?"
"jangan melakukan hal bodoh seperti kedua sahabatmu itu mengerti?" peringat Gilang sembari mengelus rambut Krystal lembut.
"kalau kamu sampai melakukan hal bodoh seperti kedua sahabatmu itu, lebih baik aku mati saat itu juga. Karena aku tak akan bisa hidup tanpa kamu di sisi aku" tambahnya sambil menatap Krystal dalam. Krystal hanya bisa tersenyum dan mengangguk menanggapi calon tunangannya itu.
"kamu udah makan?"
"udah tadi sama Seira"
"lalu Lascrea?"
"aku tak tau"
"kau tau Krys, kamu tak se-" kata Gilang terpotong oleh pekikan Krystal.
"Gilang jari kakak bergerak!" kata Krystal antusias saat merasakan pergerakan kecil di tangannya yang sedang menggenggam tangan kanan Kharis.
"cepat panggil dokter" suruh Krystal tak sabar.
Dan yaaa... Gilang segera memencet tombol yang ada di sebelah Krystal.
Dan tak lama kemudian lima dokter datang dengan tergesa-gesa di iringi dengan keluarga Krystal dan Gilang. Lascrea dn Kelvinpun tak kalah senangnya mendengar kabar tadi.
Dokter mana yang akan melewatkan kesempatan seperti ini walau hanya untuk sekedar mendapat kepercayaan dari keluarga Rayzel. Karena jika sudah membawa marga tersebut, dijamin penghasilan dan juga penghidupan dokter tersebut akan jauh lebih makmur dan jaya dari sebelumnya.
"selamat tuan, keadaan Mr. Kharis sudah membaik dari sebelumnya, sering ajaklah dia berbicara, karena dengan begitu ia akan mendapatkan kekuatan dan juga semangat untuk kembali memulihkan kondisinya. Sekali lagi kami ucapkan selamat tuan Rayzel" kata salah satu dokter yang kemarin ikut serta dalam oprasi Kharis.
Semua yang berada di sana dapat menghembuskan nafas lega sekarang setelah mendapat kabar baik itu, setidaknya keadaan Kharis mulai ada kemajuan. Meskipun itu sedikit.
Tak lama kemudian Seira datang dengan nafas tak teratur. Sangat terlihat jika ia buru-buru datang ke sini tadi.
"bagaimana keadaan kak Kharis?" tanyanya dengan nafas tak teratur.
"dia membaik" jawab Dela sembari tersenyum ke arah Seira.
Seira langsung memegang dadanya, lega rasanya bisa mendengar itu.
"huuufffttt... syukurlah" desah Seira lega.
"bolehkan aku menemuinya?" lanjutnya dengan ragu
"tentu saja boleh" jawab Romy cepat.
Mereka akhirnya keluar setelah menengok Kharis sebentar. Meninggalkan Krystal, Gilang, Lascrea, Kelvin, dan terakhir Seira.
"kak, aku minta maaf, karena gara-gara perbuatanku dulu kakak jadi menderita seperti ini" kata Lascrea lirih, tetapi masih bisa didegar oleh keempat orang di sekelilingnya.
"aku juga mau bilang, kalau aku memang suka sama kakak hingga tak lagi bisa berpikir panjang dan egois" Kelvin dan yang lainnya melotot tak percaya mendengar pengakuan Lascrea yang sangat mudah tersebut.
"tapi kakak tau? Rasa suka itu sekarang udah hilang, dan aku sadar jika gadis yang kakak suka bahkan cinta itu hanya Seira. Bener kan kak?" tambahnya setelah jeda beberapa saat dengan memegang tangan Kharis lembut, seolah tak mau menyakitinya barang sedikitpun.
"aku di sini juga sama pacar aku kak, tapi kami lagi break. Tak masalah kan kak? Tapi kakak tenang aja, aku akan tetap mengagumi kakak sampai kapanpun, karena kakak adalah idolaku yang ke-tiga setelah Lee Min Ho dan K.T. jadi kakak cepetan bangun ya, biar kita bisa jalan bareng lagi. Lala kangen sama kakak" Lascrea menenggelamkan mukanya di punggung tangan Kharis yang sedang ia pegang. Ia tak ingin Krystal dan yang lain melihat air matanya turun.
"Lala sayang sama kakak, Lala nggak mau kakak sakit. Lala nggak suka" tagis Lascrea pecah. Ia tak bisa lagi menahannya. Ini berat untuknya.
Dan respond yang diberikan Karis sungguh mengagetkan Lascrea. Tangannya digenggam erat oleh jari-jemari Kharis. Ia sontak mendongakan kepalanya menghadap wajah Kharis yang masih pucat dan mata yang tertutup.
"kakak bisa denger aku kan? Iya kan?" tanya Lascrea tak sabar dan juga kaget.
"kenapa La?" kata Seira reflek.
"kakak tadi genggam tangan aku" kata Lascrea dengan senangnya.
"ya, dia bisa mendengar yang kita ucapkan. Tapi belum mampu membalasnya" kata Krystal menjelaskan.
"bolehkan aku menginap di sini malam ini?" kata Seira takut-takut.
"tidak!" jawab Krystal dan juga Lascrea serentak.
"waah... kalian kompak" kata Kelvin takjub tak tau situasi.
"diem!" lagi-lagi mereka kompak. Yang membuat Kelvin mengulum bibirnya dengan raut takut.
"kenapa nggak boleh hon, ini juga buat kesembuhan kakak. Aku yakin, kalau dia bisa berkomunikasi dan juga dekat sama orang yang ia sayang, ia akan lebih berusaha untuk bangun dari tidur panjangnya" jelas Gilang berusaha memubat gadisnya mengerti.
"nggak bisa Gilang, malam itu waktunya mom sama dad yang bicara sama kakak. Jadi Seira maaf ya, kita semua di sini juga pengen nginep nemenin kakak, tapi kita juga harus memberikan waktu untuk para orang tua untuk menjenguk dan ngobrol bersama kakak"
"aht... begitu ya, maaf sudah egois"
"tak apa"
"kak, kami pamit dulu ya. Besok kami datang lagi, kakak cepet bangun ya. Kasihan seira sendirian. Aku udah punya pacar. Jadi dia sendirian. Kakak nggak kasihan lihat dia sendirian?" Seira hanya bisa meringis mendengar perkataan Lascrea.
"ya udah, kita pulang dulu Gi udah sore soalnya, kamu baik-baik ya ati-ati macan ngamuk. Bye!" kata Lascrea sebelum ia menghilang di balik pintu bersama Kelvin.
"dasar nenek lampir" dumel Krystal kesal.
Setelah kepergian Lascrea, Seirapun pamit. Hingga malam tiba, Krystal dan juga Gilang baru pulang dari sana. Hari ini sungguh melelahkan buat mereka semua.
*****
Dua hari setelah itu, tak ada yang berubah hanya saja Krystal sekarang lebih banyak berbicara dengan Lascrea, begitu juga sebaliknya. Hingga tanpa sadar perlahan mereka mulai kembali seperti dulu.
Saat akan memasuki ruangan kakaknya. Krystal diberhentikan dengan suara yang sangat ia kenal.
"Krystal. tunggu hon"
Ya... siapa lagi jika bukan Gilang Vans Katria, calon tunangannya.
"kita masuk barengan. Hihi..." katanya setelah samai di sampin Krystal dengan cengiran tak jelasnya. Krystal hanya bisa menggelengkan kepalanya, meratapi nasibnya yang entah bagaimana caranya dapat bertemu dengan makhluk seperti ini.
Mereka akhirnya masuk dengan santai, dan tanpa di duga, di sana sudah ada Lascrea dan juga Seira yang sedang berbicara kepada kakaknya. Sedangkan Kelvin, ia sibuk dengan makanan di sofa ruangan itu.
"hai Krys, sini. Lascrea mau bicara ama kamu" kata Seira yang sukses membuat Krystal mengerutkan keningnya bingung.
"apa?" kata Krystal datar. Sedangkan Lascrea tampak bingung dan tak tau harus berkata apa.
"udah La, mending kamu ungkapin aja, daripada ntar nyesel" ungkap Kelvin yang sudah mengabaikan makan di sofa dan berjalan menuju ke arah Lascrea.
"emang apaan sih?" kata Krystal mulai penasaran.
"kamu yang ngomong sediri atau aku yang wakilin kamu" kata Seira tak sabar karena Lascrea tak kunjung membuka mulutnya untuk mengeluarkan satu kata sekalipun.
Terlihat Lascrea menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan, seperti ingin menenangkan dirinya.
"aku minta maaf" kata Lascrea dalam sekali hembusan nafas. Sangat cepat.
"a-apa?" kata Krystal tak percaya. Ia tak mendengar jelas apa yang di ungkapkan Lascrea tadi.
"kok aku nggak denger ya, apa telingaku bermasalah?" kata Gilang menambahi sembari menggosok telinganya.
"Lascrea, bilang yang benar" protes Seira.
Lascrea hanya bisa menghembuskan nafas kesalnya. Sungguh ia malu jika sudah begini. Seumur-umur ia tak pernah mengalah seperti ini, namun hanya karna perkataan Seira tadi, ia jadi sedikit sadar akan tindakannya.
"gue minta maaf Krystal Di Rayzel anak dari om Romy dan tante Dela, adik dari Kharis Di Rayzel orang yang sangat aku sayang" ulang Lascrea dengan menekan setiap kata yang ia ucapkan.
Krystal dan Gilang mengedipkan matanya dua kali setelah mendengar perkataan Lascrea. Ini kejutan untuk mereka.
"Krys, aku nggak mimpi kan?" kata Gilang masih dengan wajah bengongnya.
"lo kerasukan setan mana?" kata Krystal setelah bisa terbangun dari keterkejutannya.
"heh! Gue nggak kerasukan ya, lo aja tuh yang kerasukan, ngomon segitu jelasnya aja lo nggak denger.
"heh gue denger ya!"
"ya udah kalau denger ya nggak usah nyolot"
"kalian ini niatnya mau maafan apa nggak sih!" sergah Seira sebelum Krystal menjawabi. Ia tak habis pikir dengan kedua sahabat lamanya ini. Padahal mereka satu sekolah, satu kelas, satu olimpiade.
"kalau kalian emang nggak niat buat maaf, mending kalian nggak usah ketemu deh, daripada ketemu bikin pusing kepala orang. Tinggal bilang maaf aja apa susahnya sih. Setidaknya turunkan sedikit gengsi kalian. Apa susahnya sih nurunin gengsi kalian. Toh kalian juga nggak bakalan langsung jatuh miskin setelah kalian nurunin gengsi kalian yang setinggi langit itu" tambahnya gemas.
Krystal hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar siraman rohani dari Seira. Memang di antara mereka bertiga Seiralah yang paling dewasa, namun entah kenapa jika soal hati, ia terlalu kedewasaan hingga merelakan orang yang ia cinta untuk orang lain.
"iya-iya. Krys, gue minta maaf atas apa yang udah gue lakuin ke lo, termasuk soal kak Kharis. Juga termasuk Gilang" kata Lascrea akhirnya dengan setulus hatinya.
"Gue juga minta maaf soal cafe dan yaa... tamparan kemarin. Sumpah itu reflek La"
"baikan?" kata Lascrea dengan menyodorkan jari kelingkingnya.
"baikan" sambut Krystal dengan menautkan jari kelingking mereka yang diakhiri dengan tawa lepas mereka, menghiraukan Gilang dan Kelvin yang terbengong karena tingkah mereka.
Seira menolehkan kepalanya kehadapan Kharis saat merasa tangannya digenggam erat olehnya. Dan sungguh kejutan bagi Seira melihat itu.
"kak... kakak bangun" kata Seira menghentikan tawa Krystal dan Lascrea saat melihat mata Kharis mulai mengerjap perlahan. Menyesuaikan matanya dengan cahaya yang sudah cukup lama tak ia lihat itu. Memutar kepalanya menghadap kearah Seira, kemudian tersenyum tipis. Senyuman lega dan juga rindunya terhadap sosok yang ditatapnya itu.
Setelah memencet tombol di samping Kharis, Gilang segera berputar, ke sisi kiri Kharis. Hingga tak lama kemudian dokter sudah datang dengan tergopoh-gopoh.
"Kharis!" suara itu menyentak semua orang yang berada di ruangan Kharis.
"kamu bangun nak, syukurlah" lanjutnya setelah sampai di samping Kharis dan memeluknya erat.
"mom, kasihan kakaknya nggak bisa nafas" omel Krystal saat melihat mommynya tak kunjung melepaskan pelukannya.
"ah... maaf-maaf. Mom kelewatan ya?" Romy hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang istri sedangkan Sonya dan juga Jimi tersenyum geli
"selamat Mr. Rayzel, Mr. Kharis sudah melewati masa kritisnya. Keadaannya jauh lebih baik dari kemarin. Masalah pemulihan itu bisa di lakukan rawat jalan tapi tunggu sampai kondisinya membaik"
"Baik, terimakasih dok" jawab Romy dengan senyum senangnya.
"kalau begitu, saya permisi dulu Mr."
Romy hanya mengangguk sebagai jawabannya. Dan kembali memusatkan perhatiannya kepada anaknya yang kini sedang memandang lurus ke arah Seira, entah apa yang ingin coba ia katakan kepada gadis tersebut.
"Kharis, cepat sembuh ya... jangan sakit-sakitan lagi. Om jadi nggak ada temen bercanda saat meting kalau nggak ada kamu" kata Jimi yang diselipi candaan.
"iya tuh, bener kata om kamu, Angel aja sampai histeris karena kamu yang jatuh sakit tiba-tiba" tambah Sonya yang sudah duduk di tempat Lascrea.
Kharis hanya menanggapinya dengan senyum simpul. Ia ingin membalasnya, namun sangat lemas untuknya berbicara. Mengingat ia tak mendapat asupan gizi selama beberapa hari lalu.
Sedangkan para anak-anak sudah keluar dari sana, entah itu disengaja ataupun tidak.
"kalau kamu cepetan pergi dari ranjang yang kamuu tempati saat ini, dady janji bakalan nurutin permintaan kamu. Tapi dalam waku empat hari, kamu tak dapat pergi dari sini, kesepakatan itu gagal"
Lagi-lagi Kharis hanya tersenyum sembari mengangguk kecil.
"kamu mau minum?" tanya Dela saat melihat bibir Kharis yang terlihat sangat kering itu.
Melihat yang ditawari mengangguk, Dela dengan sigap membantu Kharis minum dengan pelan-pelan, mengingat kondisi Kharis yang masih sangat lemah.
"Jimi, sesuai yang aku janjikan kepada anakmu, jika semua kondisinya sudah membaik, aku setuju untuk memajukan pertunangan Gilang dan juga Krystal. Jadi kapan kita membicarakan harinya?" tandas Romy mengalihkan perhatian Sonya dan Jimi yang sedaritadi memperhatikan interaksi anak dan ibu di depan mereka ini.
"kita tak perlu buru-buru Rom, semua itu tergantung kepada anak-anak kita. Dan aku tak ingin menentukannya sepihak tanpa persetujuan Gilang. Kamupun setuju kan Kharis?" jawab Jimi dengan santainya.
Merasa mendapat anggukan dari yang ditanyai, Jimi langsung tersenyum senang. Bukan tak ada masud ia berbicara seperti itu. Jika ia berbicara, ia pasti sudah memiliki rencana tersendiri.
Makasih ????
Comment on chapter Part 1