Sudah beberapa hari ini, kedekatan antara Alvaro dan Aysha semakin kelihatan. Mereka sering mengobrol ria, bahkan tak segan pula Pak Guru tampan itu mengajak Aysha untuk pulang bersama. Hubungan silahturahmi Alvaro dengan orangtua Aysha pun cukup baik sejauh ini.
"Sha, kamu teh deket pisan sama Pak Al?" tanya Ninda sembari mengunyah roti gandum di tangannya.
Sekarang, Aysha sedang duduk di depan kelas bersama ke lima sahabatnya sambil memakan bekal yang dibawa masing-masing dari rumah.
"Eh? Engga kok, Nin, biasa aja aku kayak murid-murid yang lain," jawab Aysha seadanya. Karena, disisi lain ia gadis yang cukup polos, jadi dengan santai menganggap kedekatannya dengan Alvaro adalah hal yang wajar.
"Ah masa? Wong kamu itu lho keliatan deket banget sama si Pak Al," ucap Novi, "Ayo ceritainnn~"
Aysha meminum susu kotaknya sampai habis, "Yaampun, aku ini serius. Mana ada aku bohong, mungkin pandangan kalian aja beda, udah ah jangan mikirin yang enggak-enggak."
"Waktu itu pas kita mau pulang bareng, kamu malah diajak pulang bareng sama Pak Al, yang katanya minta antar beli buku olahraga. Ingat nggak?" tanya Anisa memanyunkan bibirnya sebal.
"Oh! Iya, Nis, maaf. Tapi beneran kok, dia ajak aku ke gramedia, aku juga sekalian beli novel keluaran terbaru," balas Aysha, "Pas itu aku diajak ke toko aksesoris juga sih, terus aku beliin kalian gelang-gelang lucu! Besok aku bawa, kita pakai barengan yaa!"
"Oke, Sha! Ih tapi kamu hati-hati deh sama Pak Al," kata Fitri yang sedari tadi sibuk otak-atik soal matematika.
"Hati-hati? Memangnya kenapa? Aku rasa, Pak Al itu orangnya baik banget deh," ucap Aysha kurang setuju dengan perkataan Fitri tadi.
Desta menghentikkan acara selfie ria nya, "Bener tuh, Sha, Pak Al sih rumor-rumornya di cap sebagai cowo tampan tapi playboy nya minta ampun!"
"Seriusaaan?"
"Masa!?"
"Astagaaa!"
"Cowo ganteng mah bebas ya,"
"Sha, sumpah deh! Daripada di PHP-in doang, mending jauhin aja Pak Alvaro,"
Aysha melamun, hati dan otaknya seakan sedang berperang. Sungguh, gundah gulana menerpa batinnya.
"Belum tentu dia playboy,"
Anisa mencubit pelan pipi tembam Aysha, "Belum tentu apanya, hah? Udah banyak yang tau, berarti kemungkinan besar dia playboy!"
"Jangan suudzon dulu ah," ujar Ninda pelan, "Nggak baik, lho."
Fitri menyahut, "Jangan seperti matematika, sudah diperjuangkan tetapi hasilnya sering mengecewakan. Udah capek-capek berjuang, eh nggak ada hasil. Duh, matematika ribet gini ya."
Mereka semua tertawa kencang mendengar keluhan Fitri, siapa suruh mengerjakan soal matematika yang sering membuat semua orang mengumpat?
"Woooo, jangan salah, dari matematika juga kita belajar yang namanya usaha, sabar, dan berjuang mesti terkadang menjengkelkan." lanjut Novi dengan kekehan gelinya.
"Aduh, bahasa kalian berdua terlalu berat, kita nggak kuat. Biar Mas Dilan saja," ucap Anisa dengan raut wajah dibuat sedih, terlalu mendramatisirkan keadaan.
"Sha, Sha! Liat deh dekat ruang musik! Pak Alvaro malah bercanda-canda sama anak kelas XII-A tuh," Desta menunjuk ke arah ruang musik, terdapat Alvaro tertawa bersama dengan kakak kelas mereka.
"Hubungannya sama aku apa, Des?" tanya Aysha tidak mengerti.
"Kan kamu dekat sama dia belakangan ini, siapa tau kamu cemburu lihat Pak Al dekat sama yang lain,"
Aysha tersenyum, "Oh gitu, tapi aku nggak permasalahin hal itu kok. Tugas dia disini sebagai pengajar, jadi menurutku wajar-wajar aja dia dekat sama anak-anak muridnya yang lain."
"Pokoknya kita nggak suka lihat kamu dekat-dekat sama si playboy itu, Sha. Boleh dekat, tapi jangan kedekatan. Nanti kamu dikasih harapan palsu, mau? Kamu masih polos, nanti otak dan hatimu tercemar sama dia. Emang sih, umur kita nggak beda jauh sama dia, dan dia juga cocok aja punya pacar banyak, tapi kita nggak mau kamu jadi korban harapan palsunya Pak Alvaro. Ngerti, Sha?"
Aysha hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Sok sok mengerti. Padahal, di lubuk hatinya yang paling dalam, dia membatin, "Sahabat-sahabatku sebenarnya lagi ngomongin apa? Serius, aku nggak paham. Atau karena aku terlalu nggak ada pengalaman soal pacaran-pacaran gitu? Duh, terserah mereka deh. Sumpah, lho, aku bingung banget. Atau, aku tunjukin aja nanti ke mereka kalau Pak Alvaro itu baik? Aku kan nggak ada perasaan apapun sama dia, tapi kenapa dari kemarin rasanya hatiku deg-deg-deg terus? Huaaaa, Umi, Abi, tolong Aysha~"
"Ayshaaaaku, kamu ngelamunin apa sih?" tanya Anisa mengernyit bingung.
"Ngelamunin Pak Alvaro..."
"APA?!"
"Eh, enggak kok, enggak! Jangan ngegas gitu, Nis, Des, sereeemm!"
"Aysha cuma belum tau aja siapa yang pernah nabrak dia waktu itu. Mungkin, Pak Alvaro deketin Aysha hanya sekedar untuk rasa menyesal, tapi kalau Aysha nganggapnya beda, gimana?" bisik Ninda ke Fitri yang masih saja rajin mengerjakan soal-soal menyulitkan itu.
"Iya, Aysha kita masih lugu. Kita harus jagain dia," Fitri membalas bisikan tersebut, membuat Ninda mengangguk mengiyakan.
Semua masih terlalu cepat, tidak ada yang tahu roda kehidupan ke depannya seperti apa.
Akankah sahabat-sahabat Aysha tetap tidak setuju dengan kedekatan Alvaro dengan Aysha?
Atau, justru mendapat masalah dari pihak keluarga?
Bahkan, ada lagi masalah yang lebih besar?
Semua seperti Love Scenario, sudah diatur dalam skenario cinta yang bersifat rahasia.
Apakah nanti, Alvaro dan Aysha saling jatuh cinta satu sama lain?
Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3
Comment on chapter PROLOG