Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Puzzle
MENU
About Us  

(Erby) Sepertinya kali ini aku akan terlambat datang ke kampus karena aku terlambat bangun. Tapi tak apa, dosen terlambat itu tak masalah.

“Hai, kau datang terlambat. Kenapa?” tanya seorang wanita berambut sebahu yang kuyakini dia adalah Viona. Kemarin aku mendapati fotonya di ponsel Grace, aku tahu dia sahabat Grace. Dia tak senggan bercakap denganku meski aku adalah dosen di fakultasnya.

“Aku ada keperluan.” Jawabku singkat.

“Hmm.. kau mengenal Grace?” tanya Vio tanpa basa-basi.

“Ya, aku tetangganya.”

“Oh, bisa kau membantuku? Kelihatannya kau cukup dekat dengan Grace.”

“Entahlah. Bantuan seperti apa?”

“Ini akan butuh waktu lama untuk menceritakannya. Mungkin kita bisa bertemu di tempat lain. Bisa ku minta nomormu?”

Aku segera memberikan nomorku tanpa sedikit pun rasa curiga pada Vio. Selama bersangkutan dengan Grace, aku akan selalu membantu.

(Grace) Sebelum mentari terbit, aku sudah terbangun dan segera mempersiapkan sarapan untuk ayah meski mataku masih terasa berat, semalam aku kesulitan tidur akibat ucapan terakhir Erby. Aku menyiapkan pancake untuk ayah agar tak memakan banyak waktu untuk memasaknya, ayah hanya memakan beberapa lalu segera memasang dasinya

“Grace, ini oleh-oleh dari Bali.” Ayah meletakan sebuah kantong di meja.

Thanks dad,” ucapku seraya melahap pancake terakhir. Aku segera mengambil kantong itu setelah ayah pergi, ternyata di dalamnya terdapat BAJU COUPLE! Oh my god! Ayah tak tahu hubunganku dengan Dirga telah berakhir, lantas aku harus memakainya dengan siapa? Ah biarlah ini bukan waktunya untuk memikirkan baju itu, jadi aku simpan saja di kamar dan segera mempersiapkan diri untuk pergi ke kampus. Kini aku terbiasa berangkat sendirian ke kampus tapi aku tak dapat memungkiri perasaanku bahwa aku merindukan Vio kini tak ada lagi canda tawa bersamanya dan tak ada lagi berbagi kisah dengannya, apa yang kualami hanya bisa kupendam sendiri. Saking lamanya aku merenung aku sampai lupa tempat pemberhentianku dan angkot yang kunaiki telah melewatinya cukup jauh, aku segera meminta untuk berhenti meski tak tahu akan menaiki apa dari sana menuju ke kampus.

“Ah, sial!” aku menjitak jidatku sendiri setelah turun dari angkot lalu menyusuri trotoar seraya mengotak-atik ponselku menanyakan pada teman sekelas apakah dosennya telah hadir atau belum. Bunyi klakson mengalihkan kefokusanku, terdapat mobil merah menepi di hadapanku saat itu dan pengemudinya adalah seorang wanita yang tak kukenal. Tak lama dia keluar dari mobil lalu menatapku sejenak. Aku hampir memesan ojek online, tapi melihat wanita yang terus mengelilingi mobilnya, aku jadi khawatir.

“Ada yang bisa dibantu?” tanyaku seraya menghampiri wanita fashionable itu.

“Boleh kupinjam ponselmu sebentar, ponsel milikku lowbatt.

Segera kuberikan ponsel di tanganku, dia hanya memakainya sebentar untuk memanggil seseorang, mungkin tukang bengkel.

“Terima kasih.” Ucapnya seraya mengembalikan ponselku dan aku hanya mengangguk.

“Kau mungkin bisa menghubungiku jika perlu.” Lanjut wanita itu seraya memberikan kartu nama padaku. Pantas saja wanita ini fashionable, ternyata dia seorang CEO dari salah satu wedding organization terkenal.

(Erby) Sore ini aku memutuskan untuk bertemu Vio di mall. Aku cukup penasaran mengapa Vio enggan menceritakannya di kampus.

“Hai,” Vio melambaikan tangannya padaku begitu aku masuk ke kafe. Aku hanya mengangguk lalu menghampirinya. Setelah aku memesan makanan, Vio bercerita banyak hal padaku. Tentang Grace, tentang hubungan Grace dengan Dirga, juga tentang Dirga. Kini aku tahu, Grace menyukai pria yang memiliki sikap dingin. Mungkin ini saatnya aku mengubah sikapku.

“Jadi, Dirga itu sebenernya belom mau nikah. Tapi dia dipaksa nikah.” Nada bicara Vio memuncak membuyarkan lamunanku.

“Aku tuh mau jelasin ini ke Grace, tapi dia sama sekali gak mau dengerin. Ketemu aja dia gak mau.” Lanjut Vio.

“Aku bakalan bantu selama aku bisa. Mungkin aku coba dulu cerita sama dia.” Ucapku setelah Vio meminta bantuanku untuk menjelaskan tentang Dirga pada Grace.

Tanpa kuduga, aku dan Vio berpapasan dengan Dirga di depan toko buku setelah aku keluar dari kafe. Dia bersama seorang wanita, lalu Vio menyapa mereka dan meminta untuk mengobrol sebentar. Di tengah perbincangan, aku menjauh dari mereka karena ada yang tidak beres dengan jam tanganku. Jam tangan yang kupakai bukan sekedar jam tangan, jam tangan ini alat bantu bagiku saat aku mulai memasuki dunia manusia. Aku segera mengeceknya setelah menjauh dari mereka, aku merasa jam tanganku terus bergetar. Begitu aku melihatnya, terdapat tulisan “you find new friend!” di layar jam tanganku. Aku mengernyit, apa maksudnya ini? Apa aku harus berteman dengan Dirga?

Tiba-tiba saja aku merasakan satu tepukan di pundak-ku, aku segera menoleh seraya menyembunyikan tanganku dibalik punggung. Ternyata dia adalah wanita yang bersama Dirga tadi, dia mengulurkan tangannya padaku.

“Kau menemukan temanmu.” Ucap wanita itu saat aku menjabat tangannya. Aku mengernyit, lalu merasakan jam tanganku berhenti bergetar. 

“Kau bukan manusia kan?” tanya wanita itu membuatku gugup seketika.

“kau tak perlu takut padaku. Aku sama sepertimu.”

“Maksudmu?” Tanyaku dengan hati yang masih gugup.

“Asalnya aku bukan manusia, bukankah kau pun begitu?” Wanita itu menoleh padaku, sementara aku hanya mengangguk.

“Apa kau akan menikah dengan Dirga?” tanyaku memberanikan diri.

“Ya, kuharap kau datang ke acara pernikahanku.”

“Entahlah, aku tak yakin karena pernikahanmu menyakiti perasaan temanku.” Ucapku mengingat Grace sewaktu dia menangis di kamar.

“Aku sendiri tak mau untuk menyakiti orang lain. Aku tau, teman yang kau maksud bukan sekedar teman. Dia wanitamu. Suatu saat kau akan mengalami hal yang sama denganku, keadaan yang mengharuskanmu untuk menikahi wanitamu.”

Wanita itu pergi, sementara aku mematung di sana, mencoba mencerna ucapan wanita tadi. Sungguh aku tak mengerti, aku pun beranjak dari sana.

(Grace) Tak ada jadwal kuliah hari ini, aku merasa kesepian di rumah karena ayah telah pergi bekerja dan mama belum juga kembali dari pekerjaannya. Aku berpikir lebih baik aku pergi berolahraga pagi ini, jadi aku bersiap-siap dengan mengganti bajuku. Pintu rumah telah terkunci, aku berjalan menuju halaman rumah dan langkahku terhenti oleh sebuah mercy yang berhenti di depan rumahku.

“Kebetulan sekali kau berada di luar rumah,” ucap seseorang yang baru keluar dari mercy itu, dia tanteku. Tante Citra menggendong putranya yang bernama Bayu, dia baru berusia tiga tahun. Aku merasa tak enak membiarkan tanteku di luar rumah jadi aku bergegas membuka kunci pintu dan mempersilakan masuk.

“Mamamu kemana Grace?” tanya tante Citra setelah aku menyodorkan teh manis.

“Mama sudah tiga hari yang lalu pergi bekerja.”

“Oh, tante kira mama-mu sudah pensiun. Padahal Bayu ingin bertemu mama-mu.” Ucap tante Citra seraya mengusap-usap rambut Bayu. Bayu memang dekat dengan mama-ku, karena tante Citra adalah bintang iklan, dia selalu membiarkan mama-ku yang mengasuh Bayu. Selain itu mama-ku juga menginginkan aku memiliki adik jadi dia memperlakukan Bayu seperti anak sendiri karena mama hanya memiliki aku sebagai anak tunggal.

“Bayu, mama Wulan lagi kerja. Gimana dong? Pulang yuk! Mainnya sama temen kamu aja ya,” ucap tante Citra pada Bayu. Bayu memanggil mama-ku ‘mama Wulan’.

“Gak mau..” Bayu menggeleng kuat.

“Kan mama Wulan gak ada, terus mau sama siapa?” tante Citra tak henti membujuk Bayu, dia juga tampak tak tenang karena terus menatap arloji.

“Tante, Bayu sama aku aja disini.” Ucapku membuat tante Citra menoleh padaku.

“Kau tak kuliah Grace?”

“Tidak, aku tak ada jadwal hari ini.”

“Kau ingin disini bersama Grace?” tanya tante Citra pada Bayu, dan dia mengangguk kuat seraya tersenyum simpul, Bayu tak pernah memanggilku kakak dan terbiasa memanggil namaku.

“Grace, maaf merepotkanmu. Tante ada syuting iklan baru.” Tante Citra memegang tanganku dengan tatapan khawatir.

“Tak apa tante, aku akan bermain dengannya.” Ucapku seraya menoleh pada Bayu.

Memberi bantuan bukan berarti aku mampu mengasuh Bayu, karena aku anak tunggal, jadi aku tak memiliki kemampuan mengasuh. Aku kewalahan menangani Bayu yang tak henti bermain di rumahku, mengacak-acak lemari di ruang tamu.

“Grace, ini siapa?” tanya Bayu seraya menunjuk foto oma yang ditemukan di sebuah album yang telah usang.

“Itu oma..” jawabku lirih dan Bayu mengangguk-angguk.

“Bukankah kau akan bermain denganku?” tanya Bayu seraya menghampiriku.

“Memangnya ini bukan bermain?” tanyaku seraya menatap Bayu yang juga menatapku dengan tatapan penuh harap.

Suara ketukan pintu membuatku terperangah, aku berderap segera membuka pintu dan mendapati Erby. Sebelum aku bertanya padanya, aku mengingat-ingat kembali apakah aku sempat memanggilnya atau tidak.

“Shit!” aku menepuk jidat baru ingat sempat menyebut oma, padahal aku hanya menjawab pertanyaan Bayu saja.

“Grace, aku ingin ke taman bermain.” Rengek bayu yang sudah berada di belakangku. Aku mendesah, berharap tante Citra segera datang.

“Ayo pergi denganku saja!” ucap Erby seraya berjongkok. Aku hendak mencegahnya tapi Bayu telanjur ke pangkuan Erby.

Aku hanya duduk di sebuah ayunan melihat Erby yang tampak asyik bermain dengan Bayu, sesekali aku tersenyum bahkan tertawa melihat Erby bertingkah konyol meski banyak orang disana. Merasa lelah, Erby dan Bayu berhenti bermain lalu menghampiriku yang masih duduk di sebuah ayunan.

“Kakak..” Bayu menarik-narik celana Erby seraya menengadah.

“Kenapa? Kau ingin naik ayunan?” tanya Erby. Aku menoleh menatap Bayu lalu dia menggeleng. “Lalu ingin apa?” lanjut Erby. Bayu tersenyum lebar seraya menatapku membuatku mengernyit. Tanpa kusadari Erby menarik ayunannya membuatku menjerit sementara Bayu tampak kegirangan.

“Kau senang?” tanya Erby tanpa henti menarik-lepas ayunannya hingga ayunannya makin melambung tinggi. Aku telah memohon berulang kali agar Erby menghentikannya karena Bayu telah beranjak dari sana bermain wahana baru.

“Erby, kumohon hentikan!” jeritku dengan kedua tangan yang memegang kuat tali ayunan itu.

HUG. Erby menghentikan ayunan itu dengan memelukku dari belakang, tangannya melingkar di pinggangku dan dia meletakkan dagunya di bahuku membuatku membatu.

“Kenapa kau terengah-engah?” bisik Erby menyadarkanku yang tengah mencoba mengontrol detak jantung yang tak normal.

“Aku hanya lelah terus menjerit memintamu berhenti.” Jawabku berusaha mengontrol napasku. Padahal napasku yang naik-turun seirama dengan detak jantung yang tak normal, tapi aku tak mungkin berkata jujur karena aku sendiri tak tahu kenapa jadi seperti ini. Aku segera berdiri menghampiri Bayu yang telah bercucuran keringat, aku enggan terus membatu dengan perasaan yang tak jelas.

“Grace, aku lelah.” Ucap Bayu seraya mengusap keringat yang mengucur dari keningnya.

“Kau sudah puas bermain kan, ayo pulang!” aku menggandeng tangan Bayu menuju trotoar dan Erby mengikutiku menggandeng tangan Bayu keluar dari area taman bermain.

“Bayu, kau mau es krim?” tanya Erby seraya menunjuk kedai es krim di seberang jalan, Bayu mengangguk kuat dan Erby segera memangku Bayu lalu pergi menuju kedai itu. Aku merasakan kesejukan begitu masuk kedai es krim, Bayu duduk disamping Erby sementara aku duduk dihadapan mereka berdua.

“Mbak, ada paket hemat buat keluarga. Mau?” tanya seorang pelayan menghampiri saat aku tengah memilih menu. Aku mengernyit heran mengapa pelayan itu menawari paket keluarga, aku hendak menolak tapi Bayu lebih dulu merengek.

“Kami pesan satu!” ucap Erby menghentikan rengekan Bayu dan aku hanya dapat mengalah.

“Kau sepertinya menikah muda.” Ujar pelayan tadi seraya tersenyum dan datang membawa es krim pesanan Erby.

“Asyiik!” Bayu tampak kegirangan aku hendak berkata bahwa aku belum menikah apalagi berkeluarga tapi pelayan tadi sudah pergi, kulihat Bayu dan Erby silih berganti menyuapi es krim sementara aku sama sekali belum mencoba sedikit pun es krim menggiurkan itu.

“Grace, kau mau?” Bayu menyodorkan sesendok es krim padaku membuatku menganga tapi dia malah membalik sendoknya dan melahap es krimnya sendiri.

“Nyamm..” ucap Erby yang tiba-tiba menyuapi mulutku yang masih menganga, aku menelan es krim yang masuk ke mulutku meski mataku masih terbelalak. Pulang dari kedai es krim aku merasa lelah, untungnya Bayu merengek meminta Erby yang mengantarnya pulang ke rumah, jadi aku pulang sendiri dengan tenang dan cukup memberi Erby alamat rumah Bayu.

(Erby) Ini kali pertamaku bermain dengan anak kecil, ternyata cukup menyenangkan bahkan aku membayangkan bagaimana rasanya menjadi anak kecil karena aku tak mengalami itu. Aku tak tahu bahwa Bayu adalah anak dari seorang bintang iklan, begitu aku tiba di rumahnya, terdapat sejibun wartawan di sana.

(Grace) Begitu aku tiba di rumah, aku mendapati mama sudah kembali dari pekerjaannya. Syukurlah, itu membuatku lega.

“Grace, Vio menelponmu.” Ucap mama saat dia tengah membereskan barang-barangnya dari koper, aku segera menghampiri mama tak mau membuatnya kesal karena dia masih merasa lelah pulang bekerja.

“Kenapa kau menghubungi nomor mamaku?” ucapku begitu menempelkan ponsel ke telinga. “Baiklah, kau ada perlu apa?” tanyaku enggan mendengar alasan dari Vio.

“Mm.. kurasa lebih baik aku menghubungi nomormu, tapi kau harus janji untuk mengangkatnya.” Jawab Vio dengan nada bicara yang tampak berbeda bagiku sepertinya dia canggung, aku segera mengakhiri panggilan itu dan tak lama ponselku berdering.

“Kau ada perlu apa? Kumohon jangan membahas Dirga.”

“Tidak Grace, aku hanya khawatir padamu. Aku tak mau banyak orang yang berbicara buruk tentangmu. Bukan berarti aku juga menganggapmu buruk, aku hanya memberitahu saja, tapi semuanya terserah padamu.” Vio berbicara dengan jeda yang cukup lama di tiap kata, hingga aku kesulitan menyimpulkan ucapannya yang membingungkan itu.

“Sebenarnya maksudmu apa? Memang apa yang orang lain bicarakan tentang aku?”

“Tunggu sebentar Grace,” lirih Vio. Selang beberapa menit, ada pesan masuk ke ponselku itu dari Vio, aku tercengang begitu mendapati info tentang Erby. Dia adalah salah satu dosen termuda dari lima dosen termuda di kampusku, kini aku mengerti tatapan orang-orang terhadapku saat aku bersama Erby.

“Grace.. Grace.. kau masih disana?” tanya Vio dari seberang karena aku belum menekan tombol merah. “Maafkan aku jika ini membuatmu gelisah, aku hanya tak mau kau mendengar pembicaraan negatif di kampus dan itu tentang dirimu.” Lanjut Vio yang mungkin tahu mengapa aku tak kunjung bicara.

Selain memberi info mengenai Erby, Vio memberiku situs yang katanya perlu kubuka. Jariku bergerak mengklik tulisan biru berawalan triple double u itu dengan penuh rasa penasaran dan tak lama ponselku menampilkan video di youtube. Aku mengernyit lalu mendekatkan mataku ke layar ponsel agar aku dapat melihat dengan jelas karena yang kudapati disana adalah tante Citra. Aku berulang kali menggosok mataku begitu melihat keberadaan Erby di video itu saat Erby mengantar Bayu pulang, rumah Bayu tengah dikerumuni para wartawan. Lantas kenapa aku harus melihat video ini? Lagi pula sudah tak asing bagiku melihat tante Citra, dia sering muncul di iklan. Begitu aku hendak keluar dari youtube aku menundanya, sebab terlihat para wartawan bertanya kepada Erby tentang siapakah dirinya, dia tak menjawab hanya menunduk seraya menggaruk-garuk tengkuk. Sialnya, Bayu berteriak di depan sejibun wartawan, dia mengatakan bahwa Erby adalah pacarku. SHIT!

(Erby) Sebenarnya wanita tadi itu siapa? Jika dia berbohong padaku, mana mungkin jam tanganku ini bergetar. Apa maksud ucapannya bahwa aku harus menikahi wanitaku? Entahlah, aku tak menemukan jalan keluar saat ini. Sepertinya aku harus memikirkan dulu bagaimana caranya aku dapat membawa Grace ke acara pernikahan Dirga. Ini adalah hal tersulit bagiku, karena aku tak mau menyakiti Grace.

Jam tangan yang kuletakkan diatas meja belajar, bergetar lagi. Ada apa lagi ini? Apa wanita tadi lagi? Terdapat tulisan di layar jam tanganku “Grace call you”. Aku segera berlari menuju rumah Grace yang terhalang sekitar dua rumah dari rumah kontrakanku.

(Grace) Terdengar suara ketukan pintu, itu pasti  Erby. Aku takkan membuka pintunya sampai mama yang membukakannya. Aku perlu tahu sebernarnya siapa dia. Klik. Terdengar suara pintu terbuka, aku segera mengintip dibalik pintu kamar. Aku melihat mama tercengang begitu melihat Erby di ambang pintu, sementara Erby mengangguk seraya tersenyum pada mamaku.

“Kau Erby?” tanya mama membuatku terbelalak. Mama telah mengenalnya? Sejak kapan? Sementara aku bertemu Erby saat mama sedang bekerja. Tak lama mama mempersilakannya masuk, mereka berbincang layaknya teman. Ini malah membuatku kesal, aku pun membanting tubuhku ke kasur lalu menghadap ke jendela. Jadi sebenarnya siapa dia? Mengapa mama dan ayah seolah telah mengenalnya sementara aku terkurung dalam teka-teki.

Klik! Kudengar suara pintu kamarku padahal aku tak menutupnya tadi. Begitu aku berbalik dari jendela, kulihat Erby telah berdiri di depan pintu membuatku hampir berteriak.

“Untuk apa kau masuk ke kamarku?” tanya ku seraya turun dari kasur.

“Mamaku mempersilakanku untuk masuk.” Jawab Erby seraya menunjuk keluar.

What the fuck! Apa yang sudah membuat pikiran mama berubah? Padahal selama ini mama tak pernah membiarkan siapapun masuk ke kamarku. Tapi kenapa Erby bisa masuk?

“Kau ada perlu apa?” tanyaku seraya duduk di dekat meja belajar.

“Seharusnya aku yang bertanya begitu, mengapa kau memanggilku?” tanya Erby.

“Aku tak sengaja memanggil oma-ku. Aku lupa bahwa itu juga panggilan untukmu.”

“Itu ketidaksengajaan yang bagus, aku ada hal yang perlu dibicarakan denganmu.”

“Apa? Mengapa wajahmu jadi serius?” tanyaku melihat perubahan raut muka Erby.

“Apa kau mau menemaniku?”

“Menemanimu? Kemana? Apa kau belum mengenal lingkungan disini?”

“Ke pernikahan Dirga.” Jawab Erby membuat hatiku mencelos, dan aku terdiam cukup lama.

“Untuk apa kau datang ke sana? Apa kau mengenalnya?” tanyaku ketus.

“Tidak,” jawab Erby singkat. Aku pun beranjak ke dekat jendela, karena mataku mulai berkaca-kaca.

(Erby) Akan sangat menyakiti Grace jika aku jujur padanya. Tunggu, apa yang terjadi padaku?! Terlihat garis-garis di kulit bagian lenganku, garis yang berbentuk seperti garis-garis di puzzle. Ada apa ini? Segera aku berjongkok saat itu seraya memegang erat lengan kananku karena aku merasakan panas di lenganku.

“Mengapa kau harus mengajak-ku ke sana jika kau tak mengenalnya?” tanya Grace tanpa menoleh dari jendela, aku mulai mendengar dia terisak.

“Aku mengenal mempelai wanitanya.” Jawabku dengan terpaksa karena aku tak mau memperpanjang ini, aku tak kuasa menahan panas di lenganku. Saat itu, kurasakan panas di lenganku hilang seketika. Perlahan ku lepaskan tangan kiri-ku, dan garis-garis itu hilang dari lenganku.

TAKJUB! Padahal aku sudah putus harapan tadi, aku mengira aku akan kembali menjadi puzzle. Ada apa sebenarnya ini? Mengapa hal ini terjadi tiba-tiba?

(Grace) Air mataku makin deras begitu mendengar jawaban Erby. Hampir dua tahun aku menjalin hubungan dengan Dirga, bagaimana mungkin aku kuat datang ke acara pernikahannya?

“Ini pasti sangat sulit bagimu, aku tahu itu.” Suara Erby begitu jelas di telingaku, aku pun membalik tubuhku lalu mendapati Erby tepat di hadapanku. Tangannya bergerak menyentuh pipiku, menyeka air mataku lalu menarikku ke dalam pelukan hingga aku menangis di pelukannya.

“Menangislah sepuasnya Grace, aku yakin kau takkan menangis lagi saat mendatangi acara pernikahan itu.” Ucap Erby seraya membelai rambutku.

“Kenapa aku harus datang?” tangisku semakin menjadi-jadi saat itu, bahkan aku memukuli dada Erby dengan tanganku yang lemah.

“Kau harus membuktikan bahwa kau tegar.” Ucap Erby seraya memegang kedua bahu-ku. Benar kata Erby, aku harus secepatnya move on dari Dirga sialan.

“Tidurlah, besok kau kuliah.” Ucap Erby seraya menepuk pelan ujung kepala-ku.

Dia beranjak dari hadapanku, kukira dia akan keluar dari kamarku. Ternyata tidak, dia mengambil beberapa helai tisu dari meja belajar lalu menyerahkannya padaku.

“Apa kau akan tidur dengan ingusmu?” tanya Erby membuatku tersenyum. Aku pun membuang ingus tanpa rasa malu di hadapannya.

“Tidurlah, aku akan pulang setelah kau terlelap.” Ucap Erby seraya menyelimutiku.

Sebenarnya aku belum mengantuk, tapi aku ingin Erby segera pergi. Aku pun pura-pura terlelap. Kudengar Erby beranjak, lalu kurasakan sesuatu di keningku, Erby mengecupnya. Aku tak dapat melawan, hanya ingin dia segera pergi. Setelah dia keluar dari kamarku, aku mengendap-endap menuju pintu.

“Sepertinya Grace sedang sedih,” terdengar suara mama di luar. Aku menempelkan telingaku ke pintu. Namun tak terdengar jawaban apapun dari Erby.

“Maaf, tadi tante bermaksud membawakan air ke kamar. Tante melihat Grace menangis di pelukanmu.” Ucap mama.

WHAT?! Tadi mama ke kamar?! Seketika itu aku melepas telingaku dari pintu lalu berjalan kesana kemari di dalam kamar. Aku sungguh tak mengerti mengapa mama membiarkanku dengan Erby seolah telah kenal lama dengannya.

Kudengar suara pintu depan terbuka, aku kembali menempelkan telingaku di pintu kamar.

“Tante mempercayaimu, kau pasti akan membahagiakan Grace.” Ucap mama terdengar begitu jelas di telingaku.

WHAT THE HELL! Sungguh aku tak tahan lagi. Aku pun segera keluar dari kamar dan mama tampak terkejut melihatku.

“Kau belum tidur?” tanya mama, aku hanya menggeleng.

“Apa mama mengenal Erby? Mengapa mama membiarkannya masuk ke kamarku?” tanyaku tanpa basa-basi.

“Ya, mama mengenalnya karena ayahmu mengenalkannya pada mama.”

“Sebenarnya dia siapa ma?”

“Bukankah Erby telah menjelaskannya padamu? Mengapa kau tak mempercayainya?”

BUNGKAM. Aku tak dapat berkata apapun, bertanya pada mama ternyata sama sekali tak menjawab tanya di benak-ku.

“Percayalah padanya Grace. Ayah tak mungkin menjaganya jika dia tak baik bagimu.” Ucap mama seraya membelai rambutku.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Zo'r : The Teenagers
14182      2826     58     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018
Invisible
748      466     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"
FORGIVE
2113      746     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Arini
1084      629     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
ketika hati menentukan pilihan
391      294     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
Pilihan Terbaik
4972      1500     9     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
Werewolf, Human, Vampire
4212      1276     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY!(username: msjung0414) 700 tahun lalu, terdapat seorang laki-laki tampan bernama Cho Kyuhyun. Ia awalnya merupakan seorang manusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis vampire cantik bernama Shaneen Lee. Tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu dikarenakan perbedaan klan mereka yang tidak bisa diterima oleh kerajaan vampire. Lalu dikehidupan berikutnya, Kyuhyun berub...
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
14265      2905     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Melankolis
3087      1129     3     
Romance
"Aku lelah, aku menyerah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya, tanpa hembusan angin pengharapan." Faradillah. "Jalan ini masih terasa berat, terasa panjang. Tenangkan nafsu. Masalah akan berlalu, jalan perjuangan ini tak henti hentinya melelahkan, Percayalah, kan selalu ada kesejukan di saat gemuruh air hujan Jangan menyerah. Tekadmu kan mengubah kekhawatiranmu." ...