Loading...
Logo TinLit
Read Story - Petrichor
MENU
About Us  

Nazmi Thalita. Perempuan seperempat abad itu mengangkat wajahnya dari setumpuk kertas di hadapannya. Lehernya hingga bagian tubuh lainnya seolah sedang protes. Mereka tampak tak mau bekerja sama. Sendi-sendi yang menghubungkan tulang-tulangnya terasa kaku. Matanya melirik sekilas pada jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Jam pulang masih tiga puluh menit lagi dari waktu normal. Meski di akhir bulan seperti ini dia biasa meninggalkan kantor jauh melewati waktu normal.

Memeriksa satu persatu angka yang berderet memenuhi selembar kertas yang dia genggam bukan hal yang sederhana. Tak ada pekerjaan yang enteng, bukan? Sesederhana apapun sebuah pekerjaan pasti ada sebuah tanggung jawab besar yang dipertaruhkan. Termasuk pekerjaan dirinya. Sebagai seorang akunting ia ikut bertanggung jawab atas keuangan perusahaan tempatnya bekerja. Ia tidak mau, hanya karena kecerobohannya banyak pihak menjadi rugi. Ia masih harus bekerja. Minimal untuk menghidupi dirinya sendiri.

“Lembur, Mi?” tanya Bagas, salah satu rekan kantornya. Nazmi menghela nafasnya dengan berat sebelum mengiyakan pertanyaan Bagas.

“Ya sudah, semangat. Saya duluan, yes?” pamitnya seraya melambaikan tangannya.

“Oke, Gas,” jawab Nazmi singkat. Selepas kepergian temannya, Nazmi kembali berkutat dengan kertas-kertasnya. Masih ada beberapa orang pekerja lainnya yang juga harus menempuh waktu ekstra seperti dirinya.

Adzan maghrib berkumandang. Selain seruan untuk menghadap kepadaNya, maghrib juga sebagai penanda pergantian hari dalam perhitungan hijriyah. Nazmi melarikan bola matanya ke luar jendela yang berjajar di samping mejanya. Gelap mulai menggulung senja yang menampakkan jingga. Sudah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu dari waktu yang semestinya.

Mejanya sudah ia rapikan. Pekerjaannya hari ini, sudah bisa dikatakan selesai. Sebelum meninggalkan ruangan tempatnya mencari nafkah, Nazmi menyempatkan diri untuk mengecek kembali barang-barang pribadinya. Sebuah notifikasi dari aplikasi whatsapp menyalakan layar handphonenya. Bagian di antara alisnya sedikit berkerut sesaat setelah ia membaca isinya. Pesan dari sebuah nomor tak dikenal yang hanya berisi satu kata. Ia memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas, tanpa mengetikkan apapun sebagai balasannya. Salah kirim, pikirnya. Ia pun segera menyeret kakinya untuk meninggalkan kantor. Tak sabar ini segera mengistirahatkan seluruh persendiannya.

***

“Neng, tadi ada yang telepon dari Bandung,” informasi yang terlontar dari Mbak Sum menghentikan kegiatan Nazmi menyendok makanan yang sedang disantapnya. Matanya menatap sang sumber informasi, memberi perhatian penuh.

“Neng Farza,” lanjut Mba Sum menjawab sorot sang majikan. Tanpa menyela apapun, Nazmi meraih handphone yang tergeletak di samping piringnya. Membaaca kembali sebuah pesan beberapa jam yang lalu saat ia masih di kantor. Jadi ini nomor Farza, gumamnya nyaris tidak terdengar.

“Apa katanya, Mba?” tangannya mengetikan sesuatu pada layar telepon di genggamannya.

“Ga bilang, Neng. Jadi tadi mba langsung kasih nomornya Neng Nazmi,” jelas Mba Sum. Nazmi menganggukkan kepalanya. Paham. Layar handphonenya kembali menyala, menampilkan sederet kalimat yang dikirim seseorang.

+6281 XXXX XXXX

Aku Farza. Embun sakit. Kakak bisa ke Bandung?

Nazmi tertegun. Pandangannya lurus. Kosong. Pikirannya dipenuhi berbagai macam asumsi yang tak ia deskripsikan.

***

“Bun, aku ingin sama Embun aja di sini. Aku ga ingin ikut Eyang,” rengek seorang gadis kecil. Tangan mungilnya melingkari leher sang ibu. Semakin erat, takut jika sang ibu meninggalkan dirinya.

“Sayang, katanya kan Nazmi ingin sekolah di tempat yang bagus, yang ayunannya banyak. Kalau di sini sama Embun dan Ayah, ayunan di sekolahnya sedikit, dan udah jelek-jelek. Nazmi sering ga kebagian, kan?” bujuk sang ibu. Sebuah gelengan di antara lekuk leher sang ibu ia berikan.

“Nazmi ingat, kalau udah besar mau jadi apa?”

“Dokter,” jawabnya disela-sela tangis yang berderai.

“Nah, untuk menjadi dokter itu, sekolahnya harus bareng Eyang,” tak ada jawaban. Hanya sedu sedan tanpa suara. Perlahan pelukan tangan kecil itu merenggang. Mata bening yang telah memerah dipenuhi air mata itu menatap lurus pada netra milik sang ibu yang juga diliputi kesedihan.

“Nazmi Thalita...” gumam Kirana lembut. Membalas tatapan sang anak. “Gadis kecilnya Embun dan Ayah. Kamu bintang kebahagiaan bagi Ayah dan Embun,” Kirana menjeda kalimat panjangnya. Meraup wajah sang anak dengan penuh kasih. Menciumi setiap bagian wajahnya dengan aliran air mata yang makin menderas. Ia tak peduli jika Nazmi belum memahami keseluruhan kalimat yang disampaikan. Yang Kirana tahu, ia harus mengungkapkannya. Nazmi hanya perlu mendengarnya. Berharap suatu hari, ia akan memahami keputusannya hari ini.

“Suatu hari, gadis kecilnya Embun akan menjadi bintang yang lebih bersinar lagi. Seperti namamu. Bersinar tidak hanya untuk Ayah dan Embun, tapi bagi semua orang. Mau ya, sekolah sama Eyang?” lanjutnya meminta persetujuan sang anak. Ia bisa saja memaksa Nazmi tanpa persetujuannya. Namun, ia tidak ingin meninggalkan kesan bahwa ia “membuang”nya. Ia hanya tidak mau suatu hari sang anak berpikir bahwa kedua orang tuanya tidak menyayanginya. Kirana hanya berharap suatu hari gadis kecilnya memahami kondisi orang tuanya. Itu saja.

[]

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Navi
1196      657     2     
Romance
Ada sesuatu yang tidak pernah Navi dapatkan selain dari Raga. Dan ada banyak hal yang Raga dapatkan dari Navi. Navi tidak kenal siapa Raga. Tapi, Raga tahu siapa Navi. Raga selalu bilang bahwa, "Navi menyenangkan dan menenangkan." *** Sebuah rasa yang tercipta dari raga. Kisah di mana seorang remaja menempatkan cintanya dengan tepat. Raga tidak pernah menyesal jatuh cinta den...
Cinta dan Benci
4989      1527     2     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"
Gagal Menikah
4964      1669     4     
Fan Fiction
Cerita ini hanya fiktif dan karanganku semata. Apabila terdapat kesamaan nama, karakter dan kejadian, semua itu hanya kebetulan belaka. Gagal Menikah. Dari judulnya udah ketahuan kan ya?! Hehehe, cerita ini mengkisahkan tentang seorang gadis yang selalu gagal menikah. Tentang seorang gadis yang telah mencoba beberapa kali, namun masih tetap gagal. Sudut pandang yang aku pakai dalam cerita ini ...
Last Voice
1098      620     1     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
V'Stars'
1519      698     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
If...Someone
1891      794     4     
Romance
Cinta selalu benar, Tempatnya saja yang salah.
Regrets
1079      583     2     
Romance
Penyesalan emang datengnya pasti belakangan. Tapi masih adakah kesempatan untuk memperbaikinya?
BACALAH, yang TERSIRAT
10145      2105     4     
Romance
Mamat dan Vonni adalah teman dekat. Mereka berteman sejak kelas 1 sma. Sebagai seorang teman, mereka menjalani kehidupan di SMA xx layaknya muda mudi yang mempunyai teman, baik untuk mengerjakan tugas bersama, menghadapi ulangan - ulangan dan UAS maupun saling mengingatkan satu sama lain. Kekonyolan terjadi saat Vonni mulai menginginkan sosok seorang pacar. Dalam kata - kata sesumbarnya, bahwa di...
Premium
Akai Ito (Complete)
6781      1354     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
CATCH MY HEART
2886      1125     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...