34
Rencanaku menghindari Kenand dengan cara meninggalkan rumah pagi-pagi sekali sebelum ia tiba hampir saja berhasil kalau bus yang biasa kutumpangi untuk berangkat ke sekolah datang tepat waktu. Payahnya, aku berdiri di halte depan gang lebih dari sepuluh menit namun bus yang kutunggu-tunggu tak kunjung nampak, justru Kenand yang hadir menyusulku di halte setelah mengetahui aku telah meninggalkan rumah dari ibu. Kalau begini keadaannya aku mau tak mau memboncengnya guna menghindari adegan tarik-menarik dan paksa-memaksa di halte yang akan menjadi tontonan banyak orang.
Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam dan berharap semoga kami cepat sampai tujuan, aku tak tahan berada di dekatnya. Malu. Meski Kenand tak lagi membahas soal itu dan seolah melupakannya, menganggap hal itu tak pernah terjadi namun aku masih tak bisa memaafkan diriku karena pernah mengucapkan kalimat memalukan itu.
Yang lebih lagi membuatku canggung adalah perlakuan Kenand yang sama sekali biasa, benar-benar seperti sebelum adanya insiden itu.
.
Begitu aku keluar dari ruang kelas usai mengerjakan tes pertama Tata yang sudah terlebih dahulu selesai dan keluar dari ruangannya segera menarikku ke sudut gedung dan menginterogasiku, "kamu sama Kenand, kemarin masih diam-diaman kenapa sekarang tiba-tiba lengket lagi?"
"Aduh!"
"Kenapa aduh?"
"Lengket apanya sih?"
"Ya lengket nempel-nempel gitu."
"Nggak kok, biasa aja," elakku.
"Tadi, pagi, udah berangkat bareng."
"Terus kenapa?"
"Ya berarti kan..."
"Udah ya, Ta, jangan mulai lagi," potongku. Aku tak mau karenanya aku jadi berpikir dan berharap yang tidak-tidak lagi, itu hanya akan mempermalukan diriku saja.
.
Selama jam istirahat sama sekali aku tak melihat Kenand dan aku berusaha tak mempedulikan hal itu, aku memilih untuk menghabiskan waktu istirahatku dengan belajar di depan kelas saja dengan ditemani sekotak susu rasa coklat. Karena jawabanku tadi Tata juga kurasa menjauh, ia tak lagi mampir ke kelasku ataupun mengunjungiku saat jam istirahat seperti ini. Lagi-lagi aku berusaha untuk tidak peduli, tes setelah ini jauh lebih penting daripada yang lainnya untuk sekarang.
.
Karena tadi berangkat bersama Kenand mau tak mau aku juga pulang bersamanya, sudah tidak ada alasan untuk menolaknya lagi apalagi kini Tata sedang dalam mode menghindariku.
"Mau mampir kemana gitu nggak?" tanya Kenand sebelum menjalankan motornya.
"Nggak ada sih, kamu?"
"Makan es krim yuk."
Kurasa ia benar-benar sudah sepenuhnya kembali seperti semula. Baguslah. Kini tinggal bagaimana aku mengembalikan hatiku seperti sedia kala.
***