Read More >>"> Perfect Candy From Valdan (Bab 6 Senior dan Pandangan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perfect Candy From Valdan
MENU
About Us  

—Elvira—

Guru Agama berkata, pandangan pertama kepada lawan jenis itu adalah sebuah nikmat, dan pandangan selanjutnya adalah dosa. Jadi, jika ada pemandangan yang wow, lebih baik jangan berkedip!

-------

Malam hari, El dan Widya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Widya sibuk dengan hadiah yang akan ia gunakan untuk besok. Dia membungkus kotak hadiahnya dengan hati-hati. Sebenarnya Widya sudah cukup lama melakukan kegiatan itu.

Satu jam, mungkin. Atau bahkan lebih? Entahlah.

Ini waktu yang cukup lama hanya untuk membungkus kotak yang akan ia gunakan sebagai tempat hadiahnya. Salahkan saja Elvira Elliena Putri Meileni yang terus-terus mengganggunya, merengek untuk mengajarkan bagaimana membuat surat cinta.

El yang sudah selesai dengan hadiahnya—satu cangkir beserta bungkusnya yang terlihat cantik—tak henti-hentinya menatapi Widya. Bahkan gadis itu melakukannya secara terang-terangan. Dengan harapan temannya, Widya luluh akan pandangan melasnya yang menyedihkan—sehingga membiarkan surat cintanya El contek.

“Yeah, kalaupun gak boleh, setidaknya bantu gue ngebuat kata-katanya,” gerutu El dengan tetap mempertahankan ekspresi menyedihkannya.

Widya menghela nafas, lalu menoleh kepada El.

“Aduh, apa susahnya sih? Tinggal bilang kalo lu suka, sayang, dan jatuh cintrong, gitu aja kok dibuat ribet. Gak perlu panjang-panjang, cukup ungkapin perasaan lo. Anggap aja lo nulis diary. Gitu doang, dan jangan terus merengek, dari tadi gue gak selesai-selasai, tau,” keluh Widya panjang, lalu kembali meneruskan kegiatannya.

El cemberut. Dia menatap Widya yang sedang memasukkan sesuatu ke dalam kotak. Gadis itu menghela nafas, lalu mengacak rambut panjangnya yang terurai dengan frustrasi.

“Argh! Gue bingung mau nulis apaan, huhuhu…”

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya sebuah pencerahan datang menerangi kepalanya yang gelap. El segera mengambil bolpoin dan menulis kata-kata, sebelum semua kata-kata yang tersusun rapi di otaknya rontok begitu saja.

Sesungguhnya, ia lebih suka pelajaran menghitung daripada yang seperti ini.

“Udah selesai lo?” tanya Widya ketika ia melihat El memasukkan surat berwarna biru muda ke dalam kotak milik El.

El mengangguk.

Of course, gue gak nyangka otak gue bisa begitu lancar saat berhubungan sama bahasa dan sejenisnya. Gue kita otak gue bisanya cuma hitung-hitungan doang,” ucap El membanggakan dirinya sendiri, lalu tertawa.

Widya menatapnya sejenak, lalu memainkan ponselnya.

“Dasar lo ya, kalo lo berusaha, lo pasti bisa. Tapi kok gue gak yakin sama isi surat lo, ya?” Widya menoleh ke arah El dan memandang El dengan kening berkerut.

“Dih, jahat lo, gitu amat sama temen. Gue salah apa sama lo? Gue gak pernah nikung lo, Widya, lalu kenapa lo gini ke gue?”

“Gak usah ngedrama,” ucap Widya lalu mendengus.

“Afgan lo, sadis!” seru El dengan wajah cemberut.

“Bodo,” Widya tersenyum penuh kemenangan. “Gue mau nyiapin buat besok dulu, daripada besok pagi keteteran.”

“Oke, gue juga, bahaya kalo ada yang ketinggalan, images gue langsung jatuh ntar,” ucap El lalu mengikuti Widya ke kamar.

“Dih, pencitraan lo!”

“Biarin, yang penting gue anak baik-baik. Ah, jangan lupa besok bangun pagi, buat bekal untuk besok,” ucap El, mengingatkan Widya agar besok bangun lebih pagi agar mereka dapat membuat bekal.

“Untung bekalnya gak aneh-aneh,” ucap Widya.

Mereka memasukkan perlengkapan kegiatan MOS untuk besok ke dalam tas ransel mereka masing–masing. Mulai dari buku tulis, serta barang pelengkapnya alias bolpoin; botol minuman bekas berwarna hijau dengan ukuran besar, entah untuk apa; juga hadiah.

Setelah selesai, El dan Widya berbaring di kasur mereka. Mereka tidak tidur, melainkan bermain dengan ponsel masing-masing. Membuka akun sosmed. El membuka akun instagramnya, tadi pagi dirinya mengepost sebuah foto. Gadis itu manggut-manggut melihat jumlah like pada fotonya, lalu bergumam pelan.

“Lumayan,” gumam El.

Saat El asyik melihat beranda, ada sebuah pesan masuk di akun instagramnya. Ia mengerutkan keningnya saat username pengirim pesan itu, seperti… tidak asing baginya. Mungkin ia harus bertanya Widya.

“Wid,” panggilnya.

Widya bergumam merespon panggilan El. “Apa?”

“Lo tau?”

“Gak, kan lo belum ngasih tau,” balas Widya tak acuh, El memutar matanya mendengar Widya.

“Kan gue belum selesai bicara. Eh, lo tau akun instagram yang bernama @Vall_ gak? Tuh akun nginbok gue, kan gue takut,” ucap El seraya menatap Widya yang berbaring di sampingnya dengan serius.

“Oh,” balas Widya singkat. “Itu akun Kak Valdan, gue abis aja nyetalker dia buat nyari akun Kak Rizki, ehehe…”

Astaghfirullah, jangan boong lo?” El menatap layar ponselnya tak percaya.

“Ya kagak lah, liat aja sendiri,” ucap Widya santai.

El menurutinya. Ia membuka pesan itu, lalu membacanya. Seketika itu juga matanya terbelalak lebar, mulutnya terbuka. Ia menatap tak percaya isi pesan absurd dari Valdan. Buru-buru El mengetik balasannya.

Aku berubah pikiran. Besok surat kamu harus kamu kasih ke aku.

Gak bisa gitu dong kak :3

Tak menunggu lama, balsan Valdan datang.

Bisa. Lupa sama posisi aku?

Begitu membaca balasan dari Valdan, detik itu juga El ber-istighfar berulang kali. Ia menggeleng-geleng tak percaya. Orang ini suka sekali menyalahgunakan jabatannya untuk menindas dirinya!

El menggerutu, mengabaikan tatapan heran Widya. Dengan cepat jemari El mengetik balasan.

Ya Allah, Kak, kenapa kamu suka sekali menyalahgunakan jabatan kamu, huh? Suka sekali menindas aku! Itu gak boleh, Kak! Masa iya kamu mau hukum aku berdiri di lapangan hanya karna gak ngasih surat aku ke Kakak? Kan gak boleh kayak gitu! Enak aja! >,<

El segera menekan tombol send. Dan diam-diam menunggu balasan Valdan, sejujurnya ia penasaran balasan menjengkelkan apalagi yang akan Valdan katakan. Menunggu… dan terus menunggu. Beberapa saat kemudian, akhirnya balasan dari Valdan datang.

Dan benar saja, balasan Valdan kali ini lebih menjengkelkan lagi!

Aku punya alasan kuat buat hukum kamu berdiri di tengah lapangan, kamu lupa? Lagian apa susahnya kamu ngasih surat ke aku? Emangnya kamu mau ngasih surat kamu ke siapa? Andreas? Cih! Siap-siap aja kamu besok berdiri hormat bendera.

El menangis tanpa mengeluarkan air matanya begitu membaca balasan menjengkelkan dari orang paling menjengkelkan yang pernah ia temui selama ini. Ia mencekram erat ponselnya, membayangkan kalau ponsel itu adalah Valdan, sehingga ia bisa dengan mudah meremukkan pria itu!

Gadis itu mengerang frustrasi. Kakak kelas menyebalkan itu akan tetap menjadi kakak kelas menyebalkan yang keren dan tampan.

Uhuk. El tiba-tiba tersedak oleh ludahnya sendiri.

Widya yang mendengar El terbatuk pun segera menoleh ke gadis di sampinya. Dahinya mengerut heran begitu mendapati El terus-menerus memelototi ponsel.

“Kenapa lo, chattan sama siapa?” tanya Widya penasaran.

“Kakak kelas ngeselin,” jawab El seenaknya.

Widya menggeleng-geleng mendengarnya. El kembali fokus ke ponselnya, lalu jemarinya mulai mengetik balasan dengan cepat.

Mana ada orang maksa orang lain buat ngasih surat ke dia? Ini perampokan, tau :”

Balasan cepat datang dari Valdan.

Ya atau gak? Pilih.

El benar-benar ingin menangis. Orang ini memang suka seenaknya!

YA! Puas, huh? U?U

Good girl.

(love)

Detakan jantung El mendadak mengeraskan suaranya. Gendang telinga El bahkan sampai bisa mendengarnya dengan jelas. Balasan tak terduga dari Valdan sungguh mengejutkan dirinya. Perlahan rona merah timbul di pipi El.

Gadis itu terdiam cukup lama, menatap kosong layar ponselnya.

Melihat sahabatnya bertingkah aneh, Widya mengerutkan keningnya penasaran.

“Lo kenapa sih, El?” Widya semakin penasaran tatkala El masih terdiam, tak menggubris pertanyaannya. Jadi, Widya memiliki inisiatif untuk mencari tahu sendiri. Ia mengambil ponsel El yang El pegang.

Widya mulai menggeser layar ponsel, dengan wajah serius dia membaca chattingan temannya dengan Kakak Kelasnya.

El masih terdiam. Ia tak keberatan Widya meminjam ponselnya. Dirinya masih terlalu terkejut. Aneh, itu saja. Perlahan tangan kanannya menyentuh dadanya, tepat dimana detakan jantungnya yang berpacu keras.

Gadis itu bisa merasakan perasaan aneh.

“Ya Allah El! Lo pacaran sama Kak Valdan tanpa ngasih tau gue? Jangan bilang lo mau lolos dari pajak jadian?” seru Widya tiba-tiba hingga membuat lamunan El runtuh.

“Apaan sih, Wid? Gue gak pacaran, serius deh. Dua rius malah!” El menatap serius Widya, tak lupa ia menunjukkan dua jarinya.

Namun, Widya masih bersikeukeuh dengan pendiriannya.

“Fakta berbicara El, ada buktinya juga, etdah… besok traktir gue mie ayam sepulang sekolah ya? Ingat, pajak jadian!”

Astaghfirullah… bilang aja lo mau makan gratis! Udah ah, gue mau bobok cantik,” ucap El sembari mengambil kembali ponselnya dari tangan Widya, lalu mematikan ponselnya untuk ia charger.

El menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya, lalu memeluk erat guling yang ikut masuk ke dalam selimut. Tak lupa sebelum ia memejamkan matanya, ia membaca doa sebelum tidur terlebih dahulu.

Melihat temannya yang sudah pergi ke alam mimpi, Widya hanya bisa menggeleng-geleng. Temannya ini sengaja kabur dari interogasinya, tapi bukan Widya Armaeleka kalo menyerah begitu saja! Ehe, masih banyak rencana di kepalanya untuk membuat temannya ini buka mulut!

Widya melihat jam yang tertera di layar ponselnya, sudah cukup larut, sebaiknya ia juga tidur.

Keesokan harinya, El dan Widya terbangun sebelum adzan Subuh berkumandang, sengaja, karna mereka harus memasak bekal sesuai yang ditentukan anggota OSIS kemarin. Mereka membagi tugas, Widya menanak nasi dan El membuat bumbu, juga sambal bawang.

Begitu bumbu selesai dibuat, El mencampurnya dengan tepung, air dan telur untuk dibuat rempeyek isi ikan teri berjumlah bulan kelahiran. Oh, sungguh, sebenarnya gadis itu tak menyukai ikan teri, jika terlalu banyak, alerinya akan kambuh. Untung bulan kelahirannya pertengahan, setidaknya tidak terlalu banyak.

“El, nasinya udah selesai, tinggal nunggu mateng. Gue mau goreng tempe,” ucap Widya seraya membukan buntalan berisikan tempe pipih.

El mengangguk, lalu berkata, “Hm, ya! Kalo gue udah selesai, ntar gue bantu,” serunya.

—Reyvi—

Sesampainya di sekolah, El dan Widya segera menuju kelas mereka. Terlihat sudah banyak murid baru yang berdatangan, berlarian kesana-kemari, ataupun sekedar mengobrol, bergosip dan sejenisnya.

El melihat kesekelilingnya, lebih tepatnya lapangan basket dan futsal, karna memang mereka harus melewati lapangan tersebut untuk ke kelas mereka. Pandangan gadis itu jatuh ke arah sosok yang sedang bersedekap menatap temannya yang sedang memainkan bola basket.

Masyaallah… gantengnya, gila pagi-pagi gue udah cuci mata,” gumam El seraya mellihat lelaki yang bersedekap itu.

Mas Ganteng-nya, alias Ketua OSIS, Kak Andreas. Senyum El mengembang, pagi-pagi seperti ini sudah melihat Kak Andreas. Memang ya, jodoh memang tak kemana!

“Yaiyalah lo bilang ganteng, kan pacar lo. Tapi, Kak Valdan emang ganteng, sih,” ucap Widya, alisnya menukik berpikir sesuatu.

El langsung menoleh ke Widya begitu mendengar nama Valdan disebut-sebut, lalu memandang Widya dengan kening berkerut. Please deh, dirinya itu sedang melihat Mas Ganteng, bukan Valdan yang suka seenaknya itu! Dan apa-apaan soal pacar, huh?

Perlu berapa kali ia harus bilang, kalau Valdan itu bukan pacarnya, Ya Allah. Ia tak bisa membayangkan jikalau dirinya berpacaran dengan Valdan… mengingat dirinya dan Valdan yang tidak akur, ia rasa itu mustahil.

“Yee… malah bengong lo,” ucap Widya, membuat El meruntuhkan lamunannya.

“Apaan sih, Wid? Siapa juga yang liatin Kak Valdan, dan perlu lo tau, Kak Valdan gak ganteng! Masih gantengan Mas Ganteng, tau,” ucap El dengan wajah yang ia buat serius.

Sedangkan di lapangan basket, Andreas bersedekap matap Valdan kesal. Temannya itu benar-benar seenaknya sendiri, sekarang gilirannya Valdan menjaga gerbang—siapa tau ada peseta MOS yang terlambat—apalagi Valdan itu ketua seksi tartib, tapi lihat apa yang pria itu lakukan!

Bermain basket dengan santainya, mengabaikan tugasnya!

“Woi! Ya Allah, Val! Hari ini tugas lo buat jaga, dan stop main basket! Sialan, gue dikacangin,” ucap Andreas lalu menghela nafas panjang, bicara dengan orang bernama Reyvaldan memang harus punya cadangan kesabaran!

“Yaelah, kayak lo gak tau Valdan aja, Dre. Percuma lo teriak-teriak kayak gitu, yang ada lo malah jadi tontonan ntar,” ucap Lita yang juga berada di sana bersama beberapa anggota OSIS yang bertugas hari ini.

Cukup jelas kalau Lita membela Valdan.

“Untung angkatan kita bentar lagi akan nyerahin kepengurusan OSIS ke adek kelas, kalo gak, udah ubanan gue berurusan sama lo, Val!” keluh Andreas.

“Berisik lo ah,” ucap Valdan cuek, seraya memainkan bola basket di tangannya.

“Capek gue ngomong sama lo, udah ah, gue ada urusan,” ucap Andreas yang akhirnya mengalah berdebat dengan Valdan. Kemudian Andreas berlalu pergi meninggalkan lapangan.

“Val, yang dibilang Andre itu bener, lo harusnya gak seenaknya,” ucap Lita kepada Valdan yang tampak tak peduli.

“Hm,” Hanya sebuah gumaman tak acuh yang Valdan keluarkan.

Valdan sadar akan sikap Lita yang masih berharap kepadanya, namun apa boleh buat, ia sudah tak memiliki hati untuk mantan kekasihnya itu. Untuk sekarang, ada orang lain yang berhasil mencuri hatinya. Dan orang itu ada di sana, sedang menatap ke arahnya.

Pria itu mengabaikan Lita dan berjalan menghampiri El dan Widya yang masih mengobrol entah apa. Tapi Valdan tahu, gadis itu sedang membicarakan dirinya atau… Andreas? Terbukti kedua Adik Kelasnya itu beberapa kali melirik ke arahnya. Ah, ia tak suka dengan kemungkinan kedua.

“Kenapa masih di sini?” tanya datar Valdan, tak lupa bola basket di tangannya.

El dan Widya menoleh. El hendak menjawab, namun Valdan kembali berucap.

“Cepat ke kelas! Atau kalian mau dihukum?” tanya Valdan lagi, namun nada suaranya menajam.

El tersedak oleh ludahnya sendiri. Ia menatap tajam Valdan, kemudian diam-diam ia mendengus. Kenapa sih dengan orang ini? Memang ya, sikap seseorang itu susah dihilangkan! Buktinya saja orang di depannya ini. Masih saja menjengkelkan, semakin menjadi malah!

“I—iya, Kak!” jawab Widya cepat, lalu segera menarik tangan El dan pergi dari hadapan Valdan.

Valdan memandang kedua gadis yang mulai tertelan oleh tikungan itu, memandang El lebih tepatnya. Kemudian ia mengukir senyuman kecil di bibirnya. Ia tak menyangka, hanya dengan melihat wajah kesal gadis itu, suasana hatinya berubah drastis.

Seseorang dengan sendu menyaksikan adegan tersebut. Lita hanya bisa memandang kepergian Valdan dengan sedih, senyuman getir nampak jelas di bibirnya. Mungkin, Valdan memang bukan untuknya.

“Val, gue masih sayang lo,” gumamnya pelan, dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

.

.

—Reyvi—

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Melihat Mimpi Awan Biru
3140      1080     3     
Romance
Saisa, akan selalu berusaha menggapai semua impiannya. Tuhan pasti akan membantu setiap perjalanan hidup Saisa. Itulah keyakinan yang selalu Saisa tanamkan dalam dirinya. Dengan usaha yang Saisa lakukan dan dengan doa dari orang yang dicintainya. Saisa akan tumbuh menjadi gadis cantik yang penuh semangat.
Koma
15917      2667     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
197      157     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Letter hopes
809      454     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
Persapa : Antara Cinta dan Janji
6676      1629     5     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
Cinta Aja Nggak Cukup!
4660      1499     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
Peringatan!!!
1920      822     5     
Horror
Jangan pernah abaikan setiap peringatan yang ada di dekatmu...
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
seutas benang merah
1841      720     3     
Romance
Awalnya,hidupku seperti mobil yang lalu lalang dijalan.'Biasa' seperti yang dialami manusia dimuka bumi.Tetapi,setelah aku bertemu dengan sosoknya kehidupanku yang seperti mobil itu,mengalami perubahan.Kalau ditanya perubahan seperti apa?.Mungkin sekarang mobilnya bisa terbang atau kehabisan bensin tidak melulu berjalan saja.Pernah mendengar kalimat ini?'Jika kau mencarinya malah menjauh' nah ak...
Petrichor
5104      1200     2     
Romance
Candramawa takdir membuat Rebecca terbangun dari komanya selama dua tahun dan kini ia terlibat skandal dengan seorang artis yang tengah berada pada pupularitasnya. Sebenarnya apa alasan candramawa takdir untuk mempertemukan mereka? Benarkah mereka pernah terlibat dimasa lalu? Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu?