Hari ini Viola sudah kembali beraktivitas seperti biasa, Viola sudah kembali masuk sekolah. Tadi pagi Raffa yang menjemputnya untuk pergi ke sekolah. Bel sekolah sudah berbunyi Viola dan teman-temannya beranjak untuk pulang
"Gue ke toilet dulu ya" kata Viola
"Gue anter deh" tawar Angel
"Gausah gue sendiri aja"
"Lo hati-hati"
"Iya"
"Gue tunggu sini ya" Viola mengangguk. Viola dan Angel memang berniat untuk pergi pulang sekolah ini
Viola menyusuri koridor untuk menuju toilet, tapi saat langkahnya menuju toilet dia diselengkat oleh sebuah kaki yang membuatnya jatuh
"Anjir" ucap Viola saat tubuhnya mencium lantai
"Ka Dinar?" Ucap Viola saat tau yang menyelengkatnya adalah Dinar
"Apa kabar, La?" Dinar tersenyum smirk. Viola aneh karena tidak biasanya Dinar seperti ini
"Lo kenapa?"
"Gue kenapa? Lo lupa? Gue pernah bilang kan sama lo. gue gaakan lupa kejadian dimana lo mempermalukan gue di depan anak sekolah" kini Dinar hanya sendirian tanpa kedua dayangnya. Viola juga tak mengerti darimana Dinar tau dia akan ke toilet
"Lo masih gasuka ke gue?"
"Jelas. Sampai kapanpun gue bakal benci lo. Lo tuh bitch, pelacur, jablay, jalang, cewek gatau diri"
“STOP” Viola tak terima akan perkataan tak senonoh yang diucapkan Dinar krpadanya
“kenapa? lo gasuka? Mau tampar gue? Silahkan nih” Dinar menunjuk nunjuk pipinya seakan menyuruh Viola untuk menamparnya. Tak main-main akhirnya Viola hendak menampar Dinar tapi niatnya terhalang karena ada seseorang yang membekapnya dari belakang. Hingga dia pingsan
"Kena kan lo" ucap Dinar
~~~~
Angel sedari tadi hanya mondar mandir sudah hampir 2 jam sejak Viola pamit ke toilet tapi Viola belum kunjung kembali. Angel sudah mengecek ke seluruh ruangan disekolahnya itu namun tidak ada tanda tanda keberadaan di sekolah, Angel juga sudah menelepon ke rumahnya Viola, dan Viola tidak ada disana
"Ola kemana sih?"
"Gue telpon Vero kali ya?"
--ada apa sayang?
Ver ini masa dari dua jam yang lalu Ola kan izin ke toilet sama aku, sampe sekarang belom balik Ver
--loh kok bisa? Coba kamu cek ke toilet, ke seluruh ruangan. Sama telpon ke rumahnya
Udah Ver, udah aku coba semuanya. Kamu kesini Ver plis aku takut
--oke aku otw ya
Makasih Ver
--iya
Tut..tut..tut..
Setelah tak lama Vero sampai di sekolah dia tidak sendiri, dia juga mengajak Fino, Dimas dan Sandi. Tapi tidak Raffa sejak pagi tadi Raffa tidak diketahui keberadaannya. Angel sudah menceritakan kronologis yang terjadi
"Gila, Ola kemana ya? Ga biasanya juga kaya gini" ucap Sandi
"Semua salah gue, harusnya tadi gue nganterin dia ke sekolah" ucap Angel
"Engga, ini semua udh takdir kamu jangan nyalahin diri kamu sendiri" ucap Vero
"Iya Vero bener. Lo jangan nyalahin diri lo sendiri" ucap Dimas
"Yaudah, mending lo telpon cewek-cewek deh kasih tau kabar ini, gue mau ngehubungin Raffa" ucap Fino
Angel memberitahu kabar ini kepada Mawar, Lauren dan Elen bersyukur nya mereka berhasil dihubungi dan sedang menuju sekolah. Sedangkan Fino masih terus menghubungi Raffa
"Raffa kemana sih, disaat kaya gini susah dihubungi" gumam Fino
"Lo telpon rumahnya coba Fin"usul Sandi
Fino menyetujui ucapan Sandi, akhirnya telpon tersambung dengan seorang perempuan paruh baya yang Fino yakini adalah asisten rumah tangganya Raffa
Hallo
--Hallo dengan siapa?
Oh, ini Fino, Bi temennya Raffa
--oh Mas Fino
Iya, Bi. Mau nanya nih? Raffanya ada ga ya dirumah. Ko dari tadi ga bisa di hubungi ya
--Mas Raffa ada dirumah, tadi siang dia pulang udh babak belur, bonyok banget Mas. Ini aja masih lemes berdiri susah
Dia babak belur? Kobisa bi?
--bibi juga gatau Mas. Emang ada apa ya Mas
Tadinya kami mau ngabarin Ola hilang bi gatau kemana, takutnya Raffa bisa bantu. Tapi, kalau keadaannya kaya gitu yaudah makasih bi
--oalah mba Ola ilang? Nanti kalo mba Ola ketemu kabari yo Mas
Ya Bi makasih
Tut..tut..tut
"Ola kemana, Bi?" Tanyanya
"Oh, Mas itu loh mas anu"
"Bi, Raffa denger semua percakapan bibi jadi bibi gausah nyembunyiin apa apa dari Raffa" yap, sejak tadi Raffa mendengarkan percakapan Bi Irah dengan Fino
"Itu mas, kata Mas Fino tadi Mba Ola hilang"
"Ola ilang? Yaudh Bi, Raffa pergi dulu"
"Mas Raffa gabisa kemana mana, Mas Raffa masih lemes gitu"
Raffa tidak mendengarkan perkataan Bi Irah. Keadaan Raffa sekarang memang masih belum pulih, bahkan dikatakan masih sakit. Raffa terus berpikir siapa yang berani menculik Viola, Raffa membawa mobilnya mengitari Jakarta yang cukup ramai ini
Tiba-tiba Raffa teringat akan beberapa kejadian yang belakangan ini meneror Viola. Dia mengingat sesuatu yang terjadi pada Viola pada awal dia mulai dekat Viola. Dan semua bersangkut paut dengan Dinar, seorang perempuan yang selalu mengejar-ngejar dia
"Dinar" ucap Raffa
Raffa langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang ia curigai. Dia tak peduli akan kondisi tubuhnya yang masih belum stabil
Viola mengerjapkan matanya berkali-kali. Tangannya terasa sakit seperti ada sesuatu yang menahannya. Ya betul saja kali ini Viola sedang di sekap, tangan dan kakinya juga diikat. Sehingga dia tak bisa berkutik sama sekali
"Sadar lo" Viola kenal betul suara itu, Viola sadar bahwa suara itu adalah suara seseorang yang tadi membekapnya
"Lo mau apa sih?" Tanya Viola
"Gue kan bilang lo jauh jauh dari Raffa, kenapa makin hari lo makin deket sama dia hah?"
"Heh ka, gue gaada niat deketin Raffa ya"
"Gaada niat? Hah lo bilang gaada niat. Alah shit" Dinar menjambak rambut Viola
"Ah shit. Lepasin rambut gue"
"Kenapa? Gue harus lepasin?"
"Ini buat lo yang ga nurut sama gue" Dinar menampar pipi Viola
"Guys matiin lampunya" Suruh Dinar kepada kedua dayangnya
Deg,
Viola kaget