Loading...
Logo TinLit
Read Story - DanuSA
MENU
About Us  

"Eh, Sabina. Masih inget gue, kan?" Gadis itu berkata cukup lantang hingga membuat beberapa siswa yang tersisa di kelas menoleh kearahnya,ia memasang senyum meremehkan. "Kalo lupa, sini kenalan. Gue Clara ... Tunangannya Danu."

Sabina mengernyit mencoba memahami perkataan Clara yang sebenarnya sudah sangat jelas.

"Kita belum tunangan." Danu menggeram sambil menatap tajam Clara.

"Tapi kita udah dijodohin, lo lupa? Dan elo Sabina Amanda Sahib, lo itu hanya jadi selingkuhannya Danu, lo itu pengganggu. Ngerti?!" Clara tersenyum miring kearah Sabina yang masih terlihat bingung.

"Diem lo! Bi, jangan dengerin dia." Kini Danu menatap Sabina penuh permohonan.

"Bener kamu udah dijodohin?" tanya Sabina tenang. Berharap apa yang didengar hanyalah trik Clara untuk membuatnya cemburu.

"Aku bisa jelasin, aku ...."

"Jawab, Danu!" potong Sabina tegas. Emosinya mulai terlihat.

Danu memejam, rahangnya mengeras seketika. Sabina menghitung dalam hati menunggu jawaban Danu hingga hitungan keempat Danu membuka mata dan mulai bersuara.

"Ya ..., tapi percaya Bi, kamu bukan selingkuhan," ucapnya pelan.

Sabina membuang muka ke samping, ia menggigit pipi bagian dalamnya sementara airmata mulai menggenang. Baru saja ia mengetahui kenyataan jika Danu tidak jujur padanya. Danu membohonginya. Batinnya tertawa miris atas kebodohannya, bisa-bisanya dengan mudah ia dipermainkan Danu.

"Aku bisa jelasin, Bi," ucap Danu memohon.

Sabina memejamkan mata beberapa detik hingga membuat air matanya menetes, detik berikutnya ia mengambil napas dalam sebelum mengembuskannya perlahan mengusir rasa sakit yang bergemuruh di dadanya.

"Oke, aku ngerti sekarang," ujarnya datar lalu ia pergi dari sana.

Ia tidak tahan, ia benar-benar ingin menangis.

"Bi, tunggu Bi dengerin penjelasan aku." Danu mengikuti Sabina tidak menghiraukan beberapa teman sekelasnya yang menonton mereka, ia menarik tangan Sabina namun dengan mudah Sabina menyentaknya. Gadis itu terus berlari menjauh, menjauh dari Danu juga dari keramaian. Ia ingin sendiri, penglihatannya buram tangannya berusaha menghapus airmata yang mengalir deras, sementara Danu terus mengejarnya.

"Sabina!" sentak Danu sambil menarik tangan Sabina hingga membuatnya tertarik kebelakang, langkahnya terhenti dan menghadap Danu. Namun gadis itu enggan menatap mata cowok di depannya.

"Denger,"

"Nggak ada lagi yang perlu kudenger!" Ia memotong perkataan Danu.

Gadis itu terisak, mati-matian ia berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir lebih deras.

"Hebat ya, kamu? Perlu dikasih tepuk tangan?" sarkasnya seraya tergelak ironi.

"Aku nggak bermaksud mainin kamu, Bi. Sumpah aku bener-bener sayang sama kamu."

Sabina kembali tergelak, ia menggeleng cepat. "Cukup!"

"Aku nggak pernah setuju sama perjodohan itu, Bi. Mama maksa aku. Oke, awalnya aku setuju hanya agar Mama mau lihat aku, tapi setelah aku kenal kamu. Aku yakin kamu satu-satunya, Bi. Kamu percaya aku, kan?"

"Cukup Nu, aku nggak mau denger apa-apa lagi. Kamu udah bohongi aku. Lepas." Kini Sabina benar-benar menangis tersedu-sedu ia menarik kedua tangannya yang digenggam erat Danu.

"Nggak! Aku nggak bakal lepasin kamu. Aku sayang kamu, Bi."

"Kamu egois!"

"Apa?!" Danu tergelak tidak percaya, ia melepas genggaman tangannya. "Kamu bilang aku egois?! Lalu gimana dengan mereka? Orang tuaku orang tua Clara. Mereka maksa aku, kamu masih bilang aku egois?!" Danu menarik napas dalam, "Oke, fine aku memang egois, tapi kamu harus percaya aku, Bi. Aku bener-bener sayang kamu, perasaan ini nyata aku nggak bohong," jelas Danu cepat.

Sabina tersenyum miring kemudian menatap tajam Danu, "Dari awal kamu bohongi aku. Seharusnya aku sadar, seharusnya aku nggak percaya gitu aja." Ia sedikit tergelak, "lucunya, aku bahkan terlalu bodoh untuk bisa tahu sekarang kamu lagi bohong apa enggak. Bisa jadi ini baru permulaan, kan? Kamu pasti puas atas keberhasilan kamu!"

Danu tahu ekspresi itu, nggak! Sabina nggak boleh kayak dulu lagi.

"Aku nggak bohong, Bi. Kita berjuang bersama, oke? Kita buktiin ke mereka."

"Aku nggak percaya kamu, jangan ngomong lagi sama aku."

"Bi ... please, maafin aku." Mata Danu berkaca-kaca memohon.

"Cukup!" sentak Sabina penuh emosi, ia kembali menatap Danu penuh kebencian. "Aku ... nyesel."

Sabina meninggalkan Danu begitu saja menuju toilet, sementara Danu terdiam kedua tangannya mengepal erat, rahangnya mengeras menatap lurus ke depan tempat Sabina berdiri sebelumnya. Tanpa berpikir panjang Danu meninju jendela kaca di depannya hingga membuatnya pecah berserakan, suara terkejut dari beberapa orang terdengar bersamaan. Sabina mendengarnya. Namun, ia tidak peduli.

Darah segar mengalir dari tangannya yang tergores kaca. Namun, Danu mengabaikannya. Rasanya itu tidak sebanding dengan sakit di hatinya.

"Nu, tangan lo berdarah." Suara Clara terdengar bergetar, sarat akan perasaan bersalah. Gadis itu menyaksikan Danu dan Sabina sejak tadi begitupun para sahabatnya yang tidak bisa berbuat banyak. Gisel melilih berlari menyusul Sabina.

Danu menatap gadis di depannya, sorot matanya berapi-api. "Puas lo?!"

Cowok itu meninggalkan tempat itu menyusul Sabina, masih ada yang ingin ia katakan. Ia berlari mencari Sabina hingga mendahului Gisel.

Persetan jika ia harus masuk ruangan BK setelah ini.

"Bi," panggil Danu ketika Sabina hampir memasuki lorong ke toilet wanita akan tetapi Sabina tidak berhenti melangkah justru semakin cepat hingga Danu memutuskan menarik bahu Sabina agar berhenti dan menghadap kearahnya. Hatinya mencelos melihat wajah Sabina yang basah karena air mata.

"Denger!" Kata-kata Danu terhenti sejenak ketika ia melihat darahnya menempel di seragam Sabina membuat gadis menoleh karena bau anyir di sampingnya, Gadis itu tetap memasang ekspresi datar seolah tidak peduli.

Danu menjauhkan tangannya dari sana membiarkannya mengantung di samping. Ia bahkan baru menyadari lukanya cukup parah.

"Aku bakal buktiin ke kamu kalo aku nggak pernah bohong soal perasaanku, aku bakal batalin perjodohan itu. Aku bakal berjuang buat kebahagiaan aku. Aku bakal berjuang buat kamu, aku yakin kamu masih sayang sama aku, Bi. Bahkan jika kamu berkata tidak, aku sangat yakin jauh di dalam lubuk hatimu. Kamu masih sayang sama aku. Aku bakal berjuang ... buat kita!" ujar Danu penuh tekad. Ia tidak peduli jika harus berjuang sedirian. Setelah selesai mengatakan semua Danu pergi dari sana, meninggalkan Sabina yang perlahan kembali menangis, tubuhnya bergetar hebat.

"Bi, lo baik-baik aja, kan?" Gisel menghampiri Sabina merengkuh Sabina yang menunduk.

Sabina tak pernah merasa sesakit ini, mencintai seseorang. Namun, disaat bersamaan ia juga harus membencinya. Tubuh Sabina merosot hingga membuatnya terduduk di lantai, ia menangis tersedu-sedu. Mungkin sisi gelapnya yang pernah ia kubur dalam-dalam sedang menertawakannya sekarang.

Menertawakan kebodohannya.

Bel baru saja berbunyi, semua murid  masuk kelas begitupun Sabina yang memilih duduk di bangku tengah setelah sebelumnya ia memohon pada teman sebangku Ratna untuk duduk di bangkunya. Tidak ada yang berani mengajaknya bicara saat ini karena Sabina kembali seperti dulu. Mungkin lebih menyeramkan, bahkan ia tidak bicara dengan Gisel sejak gadis itu menghampirinya.

"Selamat siang, semua," sapa Pak Yanto ketika memasuki kelas.

"Siang, Pak."

Pak Yanto melihat semua muridnya memastikan bahwa semua sudah masuk. "Di mana Danu?" tanya guru seni rupa itu.

"Ke ruang BK Pak," jawab Galih. Ia sempat melihat Sabina yang duduk di barisan sisi kirinya tampak tak peduli malah fokus mengerjakan sesuatu di buku gambarnya.

"Baik, kita mulai pelajaran. Hari ini kita akan melukis ...." Suara pak Yanto terhenti ketika suara ketukan pintu menginterupsinya.

"Maaf telat Pak," ujar Danu datar lalu kembali ke tempat duduknya setelah mendapat izin masuk. Tangan kanannya dibalut perban.

Semua murid di kelas melihat kearahnya. Namun, tidak dengan Sabina yang bahkan terlihat tak acuh pada sekitarnya yang juga menatapnya.

"Nu, elo oke?" tanya Doni pelan. Namun, hanya ditanggapi gelengan kepala olehnya.

Dehaman Pak Yanto membuyarkan kecanggungan seisi kelas.

"Yang sudah ya sudah, marah tidak akan menyelesaikan masalah. Alangkah baik kalo kita saling memaafkan saling tersenyum satu sama lain. Bukan berarti tersenyum terus, ya. Nanti malah dikira gila," gurau pak Yanto yang juga sempat mendengar keributan tadi. Gosip cepat menyebar di lingkungan sekolah. "Sudah, ayo keluarkan alat lukisnya."

"Sabina nyuruh gue duduk di sini," ujar Shifa pelan. Ada sedikit nada khawatir di dalamnya, mungkin semua murid di kelas khawatir–lebih ke penasaran mengapa pertengkaran barusan bisa terjadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Danu diam meskipun ia mendengar, ia menatap punggung Sabina. Seharusnya ia tidak menyembunyikan ini dari Sabina, seharusnya ia jujur. Danu mengalihkan tatapannya ke pergelangan tangan kirinya, pada tali biru yang melingkar di sana di saat bersamaan Sabina juga melakukan hal yang sama. Mereka mengingat kejadian pagi tadi saat semua masih baik-baik saja. Namun, Sabina memilih melepas gelang itu, matanya terpejam merasakan goresan luka yang tak tampak.

Danu membuka hp-nya da mengetikkan pesan di sana.

Bi, aku bener-bener minta maaf. Aku janji bakal berjuang buat kita. Aku ... cinta kamu. Kamu harus percaya itu.

Setelah selesai ia mengirimkannya pada Sabina. Sabina menyadari hpnya bergetar tetapi ia memilih bergeming karena ia yakin itu pasti dari Danu.

Ia memutuskan menutup hatinya –lagi.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • YulianaPrihandari

    @DanFujo itu awalnya blm ada adegan ngambil fotonya Danu buat jaga-jaga, tapi karena ada komen dari @drei jadi saya tambahin biar ada alasannya (sebab akibat).

    Nggak perlu jadi kakak atau adik, cukup jadi sahabat yang "peka" dengan sahabatnya hehe. Temen-temennya Danu pada nggak peka karena Danu cukup pintar menyembunyikan masalahnya hehe

    Comment on chapter Rasa 24
  • DanFujo

    @drei Menurutku itu biasa sih. Kan cuma curiga di awal doang, abis itu hapenya udah jadi hak dia juga. Kurang lebih bahasanya: udah kebukti ni anak lagi butuh. Lagipula dia bilang kayak gitu juga cuma akal-akalan biasa pedagang Wkwkwk

    Btw, @YulianaPrihandari Ini gue pengen banget jadi kakak atau adeknya Danu, biar dia gak sendirian gitu. Biar kalau ada masalah ada tempat curhat gitu. Kok rasanya sedih banget yah pas dia minta penjelasan dari ibunya. Membulir juga air mataku. Meski gak menetes :"

    Comment on chapter Rasa 24
  • YulianaPrihandari

    @drei si Abangnya terlalu kasian sama Danu wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 2
  • YulianaPrihandari

    @AlifAliss terimakasih sudah membaca :):)

    Comment on chapter Rasa 2
  • drei

    si abang konter ceritanya nuduh danu nyopet, tapi minjemin motor kok mau? ^^'a motor kan lebih mahal dari hape haha... (kecuali itu bukan motor punya dia)

    Comment on chapter Rasa 7
  • drei

    wah menarik nih... starting off well. will definitely come back. XDD

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Dukung banget buat diterbitkan, meskipun kayaknya harus edit banyak. Wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 21
  • AlifAliss

    Kok aku ikut-ikutan bisa logat sunda yah baca ini wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 6
  • AlifAliss

    Gue juga jatuh cinta ama Sabi, tapi gak apa-apa kalau keduluan Danu. ????

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Jatuh di hadapan siapa, Nu? Di hadapanku? Eaakk.. ????

    Comment on chapter Rasa 2
Similar Tags
Matchmaker's Scenario
1291      681     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
When You're Here
2341      1055     3     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
Senja Kedua
3698      1372     2     
Romance
Seperti senja, kau hanya mampu dinikmati dari jauh. Disimpan di dalam roll kamera dan diabadikan di dalam bingkai merah tua. Namun, saat aku memiliki kesempatan kedua untuk memiliki senja itu, apakah aku akan tetap hanya menimatinya dari jauh atau harus kurengkuh?
Peri Untuk Ale
5442      2269     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
PUBER
2157      905     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Be My Girlfriend?
16879      2627     1     
Fan Fiction
DO KYUNGSOO FANFICTION Untuk kamu, Walaupun kita hidup di dunia yang berbeda, Walaupun kita tinggal di negara yang berbeda, Walaupun kau hanya seorang fans dan aku idolamu, Aku akan tetap mencintaimu. - DKS "Two people don't have to be together right now, In a month, Or in a year. If those two people are meant to be, Then they will be together, Somehow at sometime in life&q...
Frekuensi Cinta
293      245     0     
Romance
Sejak awal mengenalnya, cinta adalah perjuangan yang pelik untuk mencapai keselarasan. Bukan hanya satu hati, tapi dua hati. Yang harus memiliki frekuensi getaran sama besar dan tentu membutuhkan waktu yang lama. Frekuensi cinta itu hadir, bergelombang naik-turun begitu lama, se-lama kisahku yang tak pernah ku andai-andai sebelumnya, sejak pertama jumpa dengannya.
Intuisi
3992      1240     10     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
A Poem For Blue Day
205      154     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Aku Mau
11398      2156     3     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.