Pertama kali ibu memperlihatkan foto Rayyan ke Yara dia sangat antusias. Seorang kakak? Akhirnya Yara gak sendirian lagi tiap ditinggal ibu kerja. Akhirnya Yara punya teman bermain. Pasti menyenangkan, gak apa walaupun kakaknya seorang laki-laki, begitu fikir Yara. Hari-hari berganti, rupanya gak selamanya punya kakak menyenangkan. Kadang Yara nangis, entah karena berantem-beranteman ataupun insiden yang gak terduga. Walaupun begitu Yara tetap bersyukur punya saudara dibandingkan cuma sendirian.
Banyak kejadian yang akan selalu Rayyan ingat dihidupnya saat tumbuh bersama Yara. Dari insiden Yara naik pohon jambu batu dan gak bisa turun, Berantem dengan anak lelaki sampai nyemplung ke sungai, iseng nerbangin layangan sampe nyangkut di antena tv tetangga yang rupanya bambunya sudah rapuh ditarik nyampe hampir rubuh. Rayyan gak akan pernah bisa lupa saat dihukum lari keliling lapangan di SMP kelas 2, karena datang terlambat gak ikut upacara bendera hari senin. Saat itu Yara yang sakit tetap memaksa masuk sekolah, ibu gak tau karena sudah berangkat ke kantor. Di dua putaran terakhir Yara yang memaksakan diri tetap berlari pada akhirnya digendong Rayyan berkeliling lapangan menyelesaikan hukuman.
Ibu bilang saat kecil dulu Yara sakit-sakitan, tapi semakin besar Yara semakin jarang sakit. Walaupun begitu Rayyan tetap takut jika Yara sudah jatuh sakit. Saat kelas 2 SMP Yara pernah sakit demam 2 hari, selama itu juga Rayyan ngegelar kasur di dekat ranjang Yara katanya nemenin karena kasihan ke Yara. Ibu hanya tersenyum melihat Rayyan yang pendiam namun bisa bertingkah cute seperti itu.
Yara Djarot adalah gadis pemberani. Di kelas 3 SMP bahkan dia pernah berantem sampai jambak-jambakan dengan salah satu gank perempuan di sekolah. Teman sebangku Yara dibully, Yara yang gak terima temannya dibully langsung membuat perhitungan. Empat lawan satu di belakang toilet sekolah, "tanpa guru dan Rayyan tau" adalah sebagai syarat wajibnya. Tentu saja Yara menyanggupi. Saat itu jam istirahat. Yara yang sudah babak belur ditolong guru yang kebetulan ke toilet siswa dan mendengar langsung adanya perkelahian. Kelimanya langsung digerebek lalu digiring ke ruang BP. Baju Yara sampai robek dan kotor, rambut acak-acakan, lutut berdarah dan lebam, bahkan beberapa luka cakaran di wajah dan tangan. Begitu juga pihak lawan yang tak kalah acak-acakan dan terluka. Rayyan nemenin Yara diobati di Unit Kesehatan Sekolah. Yara menolak dipulangkan karena kekeuh ingin lanjut mengikuti kelas, pada akhirnya guru BP gak bisa memaksa Yara. Sedangkan Rayyan hanya bisa mengajak Yara bertukar seragam walaupun sangat ketat di tubuh Rayyan dan seragam yang dipakai Yara kedodoran. Karena gak mungkin Yara masuk kelas pakai baju robek di bagian pundak dan dada yang kancingnya sudah copot 3 susun. Berlanjut di rumah ibu sampe kaget melihat Yara. Walaupun berbuatan Yara benar tapi ibu gak setuju dengan caranya. Padahal Yara bisa lapor ke guru, lucunya Yara melawan dengan bilang kalo lapor ke guru itu tindakan pengecut. Tentu saja ibu sampai melotot heran mendengarnya, sedangkan Rayyan hanya geleng-geleng sambil tersenyum geli.
Saat SD cita-cita Yara jadi polwan, tapi setelah SMA cita-citanya berubah ingin jadi penulis dan ibu kost biar uangnya ngalir jadi ibu bisa pensiun ngantor. Saat itu ibu tertawa terbahak-bahak. Cita-cita Yara yang aneh.
Dari kecil Yara Djarot memang lincah, energic, dan bawel. Setelah dewasa kepribadian yang terlihat bertambah dengan jelas adalah sifat juteknya. Jika Rayyan dikenal sebagai cowok kalem tapi sering bergonta-ganti pacar maka berbeda dengan Yara yang energic namun seumur hidupnya belum pernah berpacaran. Di SMA Yara dijuluki ‘Rayyan’s Cyborgs’ karena dia dikenal patuh dan bersikap manis hanya kepada Rayyan.
Walaupun kepribadian Yara begitu tapi dia termasuk murid yang cerdas dan aktif ikut pramuka, PMR dan OSIS sehingga hampir seluruh penghuni sekolah mengenalnya. Wajah Yara gak cantik, tapi manis. Sifatnya yang ramah plus jutek membuatnya banyak dikenal, terlebih hanya dia cewe’ yang punya akses mutlak skin-ship dengan Rayyan: pangeran dingin yang sulit didekati.
Pemandangan yang kerap kali membuat iri tiap jam istirahat adalah Rayyan yang hampir selalu berjalan beriringan dengan Yara. Rayyan suka berhenti berjalan untuk melingkarkan tangan ke bahu Yara karena Yara bertingkah seperti bodyguard Rayyan yang selalu berjalan di belakang Rayyan. “Kita udah bukan anak SMP.” Pasti Rayyan selalu bilang begitu sambil tersenyum. Yara dengan mudahnya mampu membuat Rayyan tersenyum, bahkan tertawa lebar.
Rayyan tau jika pacar dan para mantan pacarnya selalu jealous ke Yara, tapi Rayyan pura-pura gak tau. Gimana gak jealous coba, kalo mau ngelakuin apapun dengan pacarnya tuh Rayyan selalu ijin dulu ke Yara termasuk tiap kali mau jalan bareng ke luar. Bahkan mau nerima cewek juga Rayyan selalu minta persetujuan Yara. Yara sebenarnya selalu bilang gak usah laporan tiap kali mau nerima cewek ataupun pergi ke luar tapi Rayyan tetap aja kayak gitu.
Rayyan selalu serba salah dengan perasaannya kepada Yara. Rayyan menyukai Yara, itu sebabnya apapun yang Rayyan kerjakan dia bakal bilang dulu ke Yara. Tapi Yara gak sadar, karena yang Yara tau itu hanya bentuk kasih sayang Rayyan saja.
Dibalik kecuekannya Rayyan selalu memperhatikan Yara, tapi Rayyan pastikan Yara gak akan pernah tau. Lama-kelamaan Rayyan merasa perasaannya terlalu menakutkan hingga akhirnya dia berfikir untuk segera mencari pengganti Yara.
Yara gak pernah tau apa itu jatuh cinta hingga di SMA kelas 2 seseorang yang awalnya memusuhinya jadi dekat dengannya, itulah awal mula Yara merasakan jatuh cinta. Rayyan tentu saja di depan Yara sangat mendukung, hingga akhirnya Yara sibuk dengan pacarnya. Begitupun Rayyan yang udah mendapatkan seseorang dengan tidak mudah dan mulai ia cintai dengan tulus.
BERSAMBUNG...
@mugi.wahyudi Wuhuuu,,, Makasih buat pujiannya. Lanjutin nih menyebalkannya. :D
Comment on chapter Ide Gila