Read More >>"> BLACK HEARTED PRINCE AND HIS CYBORGS (Weekend Terakhir) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BLACK HEARTED PRINCE AND HIS CYBORGS
MENU
About Us  

Weekend akhir sebelum reuni...

 

“Ra, bangun. Setengah enam.”

Rayyan mengguncang pelan bahu Yara yang tidur di sofa. Rambutnya yang dikuncir kuda acak-acakan, bahkan kacamata bacanya masih bertengger di ujung  hidung dengan ujung frame kanan yang udah gak nyantel di daun telinganya.

“Hemm...”

Yara hanya menyahut pelan, nyawanya lamban kumpul. 1 menit lebih Yara baru bisa mengangkat separuh tubuhnya bersandar di sofa dengan lebih benar. Dengan mata yang masih susah terbuka Yara mencopot kacamatanya.

“Hoamm,,,”

Sambil nguap Yara ngegaruk-garuk kepala, disusul tangan kirinya sibuk menutup mulu dengan tangan terkepal.

“Gak sholat?”

Tangan Rayyan sibuk motong daun bawang tapi matanya sempat melirik sebentar Yara yang beranjak dari duduknya.

“Enggak, masih period.”

"Oiya,,, lupa." Rayyan lupa kalo beberapa hari yang lalu seperti biasanya tiap Yara period di hari pertama pasti perutnya kram, jadi Rayyan harus siap-siap nyediain apa yang dibutuhkan Yara. Kayak ngebikinin jamu kunyit asem, nyiapin makannya juga. Belum lagi ngeladenin Yara yang jadi sensitif. Yara hanya akan sedikit ngomong kalo lagi sakit termasuk sakit bulanan gini, walaupun gitu sifat juteknya jadi tambah kerasa. Pusing Rayyan kalo Yara udah gitu, gini salah gitu salah.

Sambil merenggangkan tubuhnya Yara berlari kecil ke arah Rayyan, berbelok ke meja dapur bersih, mengelilingi ruang tamu, trus balik lagi ke meja dapur kotor yag berbentuk memanjang, menarik kursi di situ lalu duduk di depan Rayyan agak samping.

"Besok lagi kalo bangun tengah malam aku harus cek ruang tamu. Jangan rewel kalo nanti aku gendong pindahin ke kamar."

Kening Yara berkerut. "Mending jangan deh, bahaya. Entar kalo gue tiba-tiba bangun karena kaget, gerak-gerak, trus nonjok atau nendang lu bisa-bisa gue jatuh donk." Rayyan hanya diam aja sibuk ngocok telur lalu menuang minyak ke teflon.

“Eray, minta minum. Mau nteh anget pake gula dikit,” Suara Yara dibikin manja.

“Ambil ndiri.” Jawaban Rayyan terdengar dingin, tangannya sibuk memasukkan telur ke dalam teflon.

“Gak mau, capek habis lari.” Yara masih sok-sokan manja. Dagunya ditopang kedua tangan, sedangkan kakinya yang menyilang sibuk gerak maju-mundur ngambang karena tubuhnya yang pendek. Gak ada sahutan dari Rayyan yang sedang membalik telur. Merasa dicuekin sambil mencibir Yara beranjak dari duduknya bikin minum sendiri.

“Masih sibuk nerjemahin sekuel Starters-nya Lissa Price?” Sambil bertanya Rayyan sibuk naruh telur dadar ke atas piring flat.

“Iya, masih. Deadline satu minggu lagi. Tapi gue harus nyelesaiin sebelum itu. Gue kan harus prepare buat ke reunian. Nih!” Yara kembali duduk di kursi depan meja dapur kotor setelah meletakkan mug miliknya lalu menyodorkan mug Rayyan yang berisi teh panas dengan saling bersisian. Khusus untuk Rayyan teh dengan madu.

“Lu gimana revisian skripsi? Udah? Awww!” Tangan Yara yang mau nyomot telur dadar dipukul Rayyan.

“Nih! Kebiasaan sih.” Setelah mengelap sendok dengan tisu Rayyan menyodorkannya yang langsung diambil Yara sambil terkekeh.

“Makasih... Hehe...”.

Rayyan tersenyum dan melanjutkan kalimatnya, “Udah selesai, tinggal ikut sidang UP 3 mingguan lagi. Awas”, Rayyan menggeser piring Yara, menambahkan telur dadar ke piringnya lalu duduk berhadap-hadapan dengan Yara. Udah jadi kebiasaan tiap kali selesai masak Rayyan dan Yara bakal langsung makan bareng di ujung meja dapur kotor.

“Wuihh! Telornya ennyakkk!”

Dengan mulut penuh Yara memuji masakan Rayyan, Rayyan sampe risih dengernya.

“Telen dulu, baru ngomong.”

Seperti biasanya sih Rayyan memang jago masak, berkebalikan dengan Yara yang dari kecil gak pernah main masak-masakan apalagi udah gedenya. Sementara Rayyan terkekeh setelah melihat kacamata baca Yara yang berembun tebal gara-gara uap teh panas yang sedang Yara minum pelan-pelan. Rayyan berdiri, sambil tertawa membuka kacamata Yara.

"Copot dulu." Rayyan meletakkan kaca mata Yara ke dekat keranjang buah.

"Eray, kenapa gue jadi bolor-bolor amat sih sekarang ya? Harus dilasik kali ya?"

Rayyan cuma tersenyum sambil ngegeleng-geleng kepala, kembali duduk lagi.

"Kok ngeri ya? Eh! lu tau gak sih lasik tu mata kita digimanain?..."

Rayyan senang ngedengerin Yara yang pasti banyak omong. Entah sejak kapan kebiasaan ngedengerin Yara yang berisik jadi nimbulin perasaan suka buat Rayyan. Tanpa balas pertanyaan Yara pun dia akan tetap bawel ngomong. Favorit Rayyan kalo Yara udah ngambek jutek.

"Ih! Dasar Eray budek! Orang ditanyain malah diem aja. Dengerin gak sih?!"

Tuh kan?! Jutek. Bikin Rayyan jadi tersenyum, lalu tambah diomelin Yara dengan kalimat yang enggak-enggak yang parahnya malah suka berhasil bikin Rayyan jadi ketawa ngakak.

 

###

Hari ini weekend, weekend terakhir sebelum minggu depan reunian.

 

Hari biasa selain sabtu-minggu rutinitas Rayyan pergi ke kantornya yang bergerak di bidang penerbitan buku. Setelah mengerjakan tugas akhir kuliah waktu yang Rayyan miliki bisa lebih terasa luang. Gak seperti saat-saat awal kuliah yang sibuk dengan tugas maupun pekerjaan kantor.

Sementara Yara kalo hari biasa ataupun weekend akan tetap berkutat dengan laptopnya mengejar deadline pekerjaannya menerjemahkan novel berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Yara lulusan sarjana sastra Inggris. Kata siapa ya kan kalo sarjana sastra bingung mau kerjanya apa.

 

Pukul 10:23 am...

“Derrrt... dertttttt...”

Handhpone Yara bergetar, tanda ada yang menghubunginya. Yara yang kesulitan menjangkau handhphonenya karena tertutup buku-buku yang berserakan menjulang di atas meja akhirnya dibiarin aja. “Nanti dulu aja”, batinnya.

“Ra, nanti sore jadi belanja?”, Rayyan bertanya ke Yara dengan berdiri santai di pagar pembatas lantai dua.

“Jadi donk. Ada cafe yang baru buka di PVJ. Pokoknya kita harus ke sana nyobain, mumpung lagi promo. Sekalian lihat kelebihan tu cafe.” Yara bisa ngomong panjang lebar, padahal mata dan jemarinya sibuk dengan laptop. Itulah kelebihan wanita. Rayyan aja berusaha konsentrasi mencerna perkataan Yara, sedangkan matanya sibuk melihat ke arah handphone Yara yang tergeletak agak jauh tertutup tumpukan buku. Rayyan tau seseorang yang Rayyan dan Yara kenal baru saja menghubungi Yara.

“Ok kalo gitu.”

"Sipsip!"

Lagi-lagi Yara menyahut sambil mata dan jemarinya sibuk dengan laptop. Masih dengan santainya Rayyan kembali ke kamar. Namun dari lantai satu tiba-tiba suara Yara terdengar lantang.

“ERRAY! YA AMPUN. RAYY, SINI!”

Rayyan yang baru beranjak langsung melihat ke bawah, kearah Yara. Handphone di tangan Yara. Rayyan udah bisa menebak apa yang sedang terjadi di sini.

“Tebak! Siapa yang baru aja ngechat gue?”

“Siapa??”
Rayyan balik nanya. Dari pada sok tau, walaupun sebenarnya tau.

“WILDAN! My God!” Wajah Yara terlihat sangat bahagia. Sayangnya Yara terlalu merayakan euforianya sendiri tanpa balik nanya ke Rayyan. Yara sibuk ngetik di handphone, dan berlanjut chattingan bareng Desi.

“Oh ya?!! Bagus lah”, Rayyan berkata sambil tersenyum kecut. “Shasha juga barusan ngehubungi. Ngasih tau kalo dia udah ketemu sama Wildan duluan. Itulah kenapa aku tau Wildan bakal ngehubungi kamu. Sayangnya kamu gak nanya, makanya aku gak kasih tau.”

###

 

“Mba, tolong antrinya yang tertib. Saya juga pengen makan di sini.”

Rayyan hanya bisa menarik-narik tangan Yara berusaha buat menyudahi sambil pasang muka gak enak ke mba yang memang nyerobot antrean.

“Dia tuh yang gak bener.”

Yara yang masih gendok menyendokkan es-nya ke mulutnya yang udah manyun-manyun gitu sambil berdiri di samping kasir. Sementara Rayyan ngebawa es, sedangkan tangan lainnya sibuk ngebawain tas tangan Yara.

“Iya, udah. Es-nya udah dapat, hayuk nyari tempat duduk.”

Tinggal ada kursi untuk anak kecil yang tersisa di dekat perosotan indoor. Yara duduk dengan tenang, sementara Rayyan merasa gak nyaman dengan duduk di kursi anak TK seperti itu.

“Pantat lu lebar sih!” Sambil menyendokkan es-nya lagi-lagi Yara tertawa senang bisa ngejek Rayyan.

“Eh! Bagi donk punya lu kayak apa rasanya? Aaa...”

Malah Rayyan yang terlebih dulu disuapin es punya Yara. Lalu bergantian Rayyan menyendokkan ke mulut Yara.

“Enakan punya gue. Ya ampun! Aku masih gak nyangka kalo tadi siang Wildan ngehubungin aku. Ya... walaupun cuma nanya kabar dan janjian ketemu di reuinian minggu depan. Hihi...”

Rayyan hanya tersenyum mendengarkan cerita Yara yang antusias dan berkelanjutan. Sementara Rayyan daripada langsung cerita justru ingin terlebih dulu ditanya, jadi gak tau nih mau ngomong ke Yara apa gak. Yang pasti Rayyan gak sabar juga buat ketemu Mettasha. Perempuan berharga yang pernah hadir di hidup Rayyan. Perempuan yang pernah Rayyan bela dengan sunguh-sungguh hingga Rayyan berani kehilangan segalanya.

 

BERSAMBUNG...

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • Aniek_Rizka

    @mugi.wahyudi Wuhuuu,,, Makasih buat pujiannya. Lanjutin nih menyebalkannya. :D

    Comment on chapter Ide Gila
  • mugi.wahyudi

    Amat sangat perlu dilanjutkan. Anti-mainstream emang seringnya menyebalkan

    Comment on chapter Ide Gila
  • Aniek_Rizka

    @Dewiagita26 makasih... :)

    Comment on chapter Rayyan Pratama
  • Dewiagita26

    NEXT NEXT NEXT!!!

    Comment on chapter Rayyan Pratama
Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Letter hopes
888      496     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
in Silence
408      283     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
School, Love, and Friends
16505      2601     6     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Meja Makan dan Piring Kaca
48388      6942     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...