Loading...
Logo TinLit
Read Story - When You're Here
MENU
About Us  

Tak ada satu pun yang berani melihat sepasang kekasih yang sedang melintas di lorong sekolah. Bagaimana tidak? Baru saja meliriknya beberapa detik, gadis itu sudah melayangkan tatapan mengerikan yang membuat orang lain jadi enggan melihatnya. Tangannya tak pernah lepas dari lengan lelaki yang ada di sampingnya, menggenggam erat. Senyumannya juga tidak pernah hilang saat memandang wajah pasangannya.

Sementara itu, berbanding terbalik dengan lelaki yang biasa dipanggil Gamaliel. Ia terlihat risih dan malu dengan sikap kekasihnya. Menjadi pusat perhatian—apalagi di sekolah—itu tidak enak baginya. Gadis yang di sampingnya—Vanya—sudah menjalin hubungan dengannya selama dua bulan. Bukan waktu yang cukup lama. Tidak heran kalau ia masih bersikap manja. Kata orang, hubungan itu masih manis-manisnya.

“Sayang, aku lapar. Makan dulu, yuk!” pinta Vanya. Ia menyandarkan kepala di lengan Gamaliel sambil menatapnya manja.

Gamaliel berulang kali mencoba untuk melepaskan genggaman itu, tapi berulang kali juga Vanya mempererat tangannya. “Nya, kamu ngga risih dilihat sama banyak orang? Udah kali, ini sekolah.”

“Risih sama orang iri kayak mereka? Ah, ngga.” Gadis itu tersenyum kembali.

“Aduh, cokelatku tiba-tiba rasanya kok jadi pahit ya?” Suara itu membuat keduanya menoleh, terlebih Vanya yang sudah siap dengan tatapan tajamnya.

Allona Sharaziva, seorang murid kelas 11 yang saat ini sedang berhadapan dengan ratu macan, Vanya. Bukan rahasia lagi kalau Allona mengagumi Gamaliel karena lelaki itu dapat dikatakan pintar di bidang akademik. Nama yang selalu disebutkan dengan bangga oleh kepala sekolah saat upacara berlangsung karena berhasil memenangkan beberapa olimpiade. Hal itu cukup menjadi alasan di balik kekagumannya.

“Kamu bilang apa barusan?” pekik Vanya. Ia memajukan tubuhnya, menatap gadis di hadapannya dengan berani.

“Cokelatnya pahit,” balas Allona sambil membungkus kembali cokelat yang ada di tangannya, “kenapa kamu yang marah? Kamu kan manusia, bukan cokelat.”

Vanya mendekatkan wajahnya. Jemarinya bermain di antara helai rambut Allona. Disembunyikannya rambut itu di belakang telinga Allona. Gadis itu berbisik, “Aku tahu kamu suka sama pacarku, tapi jangan harap aku mau melepaskannya.”

“Bukan kamu, Kak. Cuma mau bilang, hati-hati pacarnya kabur kalau kamu galak dan manja terus.”

“Dengar baik-baik. Ngga-a-kan,” ucapnya penuh penekanan.

Usai berbisik-bisik dengan Allona, Vanya kembali menghampiri Gamaliel dan mengajaknya untuk segera pergi. Sedangkan, Allona justru menjadi korban investigasi kedua sahabatnya, Jefri dan Clara. Keduanya mengajak Allona untuk duduk supaya dapat bercerita dengan nyaman.

Jefri yang sudah sangat penasaran itu pun langsung bertanya, “Macan itu ngomong apa lagi sama kamu?”

“Biasa,” ucap Allona sambil mengibaskan tangannya, “aku ngga boleh berharap sama pacarnya katanya.”

Lelaki itu terkekeh. “Aduh, itu lagi. Bosen ah dialognya sama terus tiap dia ketemu kamu. Kayak kaset rusak aja yang diucap selalu sama.”

“Emang kamu harusnya fokus belajar aja, Na. Ngga usah berpikir untuk pacaran. Kita masih kecil, belum waktunya,” elak Clara.

“Clara, kita ini udah masa remaja. Masa masih mau aja pacaran sama buku doang? Kacamata kamu tambah tebal nanti.” Allona merangkul sahabatnya sambil mengambil kacamata milik Clara.

Tangan Clara dengan sigap merampas kembali barang miliknya. Ia membenarkan posisi kacamatanya. “Pacaran di saat kamu masih sekolah itu bisa mengganggu fokusmu dalam belajar. Nikmati aja dulu masa sekolah bareng teman.”

Allona gemas dengan pemikiran sahabatnya yang satu itu. Ia pun tak tahan untuk mencubit pipi chubby­-nya. “Kamu takut kalau aku pacaran nanti malah jadi lupa sama kamu?” Kini ia juga merangkul Jefri. “So sweet ih punya sahabat kayak kalian, tapi tenang aja. Seorang Allona ngga akan lupa sama sahabat.”

“Lagi pula kalau Allona jalan sama pacarnya, kamu bisa jalan sama aku, Clar,” ujar Jefri sambil tertawa.

Thank you, Jef, tapi masih lebih asyik ketemu Charles Darwin di buku Biologi ketimbang kamu.” Clara tertawa usai melihat perubahan ekspresi wajah Jefri.

Laki-laki itu membalasnya, “Ih, selera kamu tua ya, Clar.”

Allona hanya memperhatikan tingkah kedua sahabatnya itu sambil tertawa. Memang selalu lucu melihat mereka yang sering kali berbeda pendapat. Tentang Jefri yang membenci pelajaran sekolah dan lebih memilih bermain games di ponselnya selama di kelas, juga tentang Clara yang selalu memilih buku pelajaran sebagai makanannya sehari-hari. Kalau Allona? Ia hanya gadis yang saat ini sedang menanti cinta datang menyapa. Mengetuk pintu hati dan mewarnai tiap kisahnya yang masih hitam-putih.

 

***

 

Sebuah piring berisi berbagai jenis sayuran yang dipadukan dengan bumbu kacang telah tersaji di meja nomor 2. Vanya tersenyum sembari mengucapkan terima kasih pada wanita yang kira-kira seumuran dengan mamanya. Gadis itu duduk berhadap-hadapan dengan Gamaliel yang lebih memilih untuk menikmati segelas jus alpukat.

“Sayang, suapin,” pinta Vanya manja.

Gamaliel berdecak. Lagi-lagi ia menolak untuk meladeni Vanya. “Tangan kamu kenapa? Kayaknya baik-baik aja.”

“Ih, kamu itu kenapa sih berubah banget? Udah berkurang rasa sayangnya?”

Lelaki itu menghembuskan napasnya berat. “Ngga, sayang kok.”

“Atau ada cewek yang dekat-dekat sama kamu? Makanya kamu jangan terlalu ramah sama cewek lain. Mereka bisa aja salah paham.”

“Ramah ngga ada salahnya, Nya. Ramah itu salah satu bentuk kesopanan.” Gamaliel menyeruput jus alpukat miliknya. “Makan dulu, keburu bel masuknya bunyi.”

Vanya mengerucutkan bibirnya kemudian menyendokkan beberapa suap gado-gado, sementara pandangan Gamaliel terfokus pada satu titik. Tatapannya lurus seperti sedang memikirkan sesuatu. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa sikap Vanya dapat berubah secepat itu. Semakin lama, ia bersikap over protective terhadap Gamaliel. Meski Gamaliel sering mengungkapkan kerisihannya, gadis itu tak pernah mau mengubah tingkahnya.

Tangan lain mendarat di atas punggung tangan Gamaliel. Membuatnya tersadar dari lamunan. Vanya mengajaknya untuk pergi dari kantin karena ia telah menyelesaikan makannya. Berhubung bel belum berbunyi, ia berencana untuk bersantai di taman sekolah. Namun, Gamaliel tampaknya lebih ingin duduk manis di dalam kelas.

“Tuh kan, kamu berubah. Cuma diajak ke taman aja ogah-ogahan,” keluh Vanya.

Gamaliel menyelipkan jari-jarinya di antara jemari Vanya, menggenggam tangannya secara tiba-tiba. Berjalan lebih cepat daripadanya sehingga tubuh Vanya ikut terbawa mengikuti gerakan kakinya. Keduanya sudah sampai di taman sekolah, seperti apa yang diminta oleh Vanya.

“Udah? Aku udah ikuti kemauanmu, ngga usah mikir yang bukan-bukan.”

Vanya mengangguk dan tersenyum. “Senang kalau tahu kamu masih perhatian kayak gini.”

“Terus kamu kenapa ajak aku ke sini?” tanya Gamaliel.

“Suka aja sama tempat ini. Pernah bersejarah dalam cinta kita. Kenapa dulu kamu sampai suka sama aku?”

“Kenapa? Cinta yang tulus ngga perlu alasan.”

Gadis itu mendaratkan pandangannya ke mata Gamaliel. “Setiap ditanya, jawabanmu selalu sama. Aku jadi bingung, apa kamu ngga punya alasan khusus karena aku memang ngga spesial?”

Gamaliel mengusap rambut Vanya berulang kali, sementara Vanya tak melepas tatapannya. “Spesial kok. Maaf kalau akhir-akhir ini sikapku berubah, mungkin karena terlalu banyak pikiran yang mengganggu.”

Tanpa menjawab, Vanya hanya menyandarkan kepalanya di bahu Gamaliel, sedangkan kekasihnya masih mengusap rambutnya dengan lembut. Oke, dia masih sayang aku. Yang dibilang Allona ngga benar. Dasar anak itu, seenaknya aja kalau ngomong.

“Jef! Jef! Bawa kucing itu jauh-jauh. Sumpah ya, kamu ngga akan lagi kukasih makan kalau lagi main ke rumah!”

Teriakan itu membuat Vanya mengernyitkan dahinya, sedang Gamaliel langsung mencari sumber suara. Seseorang telah menabrak tubuh Vanya. Tak heran jika ia langsung menatap pelakunya dengan tatapan tajam.

“Kamu! Mau apa di sini?” tanyanya.

Allona melirik ke kanan dan kiri. Menebak-nebak siapa yang sedang diajak bicara oleh Vanya, sementara Jefri langsung berlari menghampirinya setelah meletakkan kucing yang sejak tadi digendongnya. Lelaki itu mengangkat kedua alisnya dan bertanya pada Allona apa yang sedang terjadi.

“Kamu, Allona. Aku ngomong sama kamu. Sengaja ke sini buat ganggu aku sama Gamal ya?” tanyanya dengan nada ketus.

Sungguh, macan ini beda banget sama Kak Gamal yang terkenal ramah. Pasti Kak Gamal banyak membatin. Kasihan.

“Aku lari ke sini karena Jefri bawa kucing. Aku juga ngga tahu kalau kalian ada di sini. Maaf deh, aku pergi.” Allona membalikkan tubuhnya. “Ayo, Jef!”

“Tunggu!” Setelah sejak tadi menutup mulutnya, Gamaliel akhirnya mengeluarkan suara.

“Allona? Nama kamu Allona? Aku butuh ngomong sama kamu.”

How do you feel about this chapter?

0 2 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Broken Wings
1326      788     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
Help Me to Run Away
2657      1189     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
Seseorang Bernama Bintang Itu
539      379     5     
Short Story
Ketika cinta tak melulu berbicara tentang sepasang manusia, akankah ada rasa yang disesalkan?
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
128      101     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
DocDetec
577      359     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Late Night Stuffs
1777      847     2     
Inspirational
Biar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan matahari yang membiarkan dirinya mati agar bulan berpendar.
My world is full wounds
493      350     1     
Short Story
Cerita yang mengisahkan seorang gadis cantik yang harus ikhlas menerima kenyataan bahwa kakinya didiagnosa lumpuh total yang membuatnya harus duduk di kursi roda selamanya. Ia juga ditinggalkan oleh Ayahnya untuk selamanya. Hidup serba berkecukupan namun tidak membuatnya bahagia sama sekali karena justru satu satunya orang yang ia miliki sibuk dengan dunia bisnisnya. Seorang gadis cantik yang hid...
Gray November
3841      1319     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Pilihan Terbaik
4964      1499     9     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
Putaran Waktu
1001      626     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...