Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian yang ia pimpin dalam rangka ulang tahun sekolah.

Seminggu berlalu dalam pengasingan di rumah, di mana Arin berusaha berdamai dengan kesedihannya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Han Adzirin, wakil ketua klub, muncul di jendela kamarnya di lantai dua. Dengan mendesak, Han memaksa Arin untuk kembali ke klub—penelitian penting mereka baru saja dicuri. Awalnya, Arin enggan membantu. Baginya, memperjuangkan penelitian itu kembali terasa sia-sia, toh mimpinya telah pupus.

Namun, keyakinan Han bahwa mimpi Arin masih mungkin diraih perlahan meluluhkan hatinya. Arin akhirnya setuju untuk kembali ke klub dan membantu menemukan si pencuri agar penelitian tetap dapat dipamerkan. Dalam proses pencarian inilah, Arin justru menemukan sesuatu yang tak terduga: identitas baru, mimpi baru, dan kebahagiaan baru yang mengubah seluruh arah hidupnya.