Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya.
Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan sebagai seorang anak. Kebahagiaan yang harusnya dirasakan dan diberikan oleh setiap orang tua kepada anak mereka. Bukan karena mereka sibuk, bukan. Namun karena mereka sendiri tidak memahami makna kebahagiaan itu sendiri. Sehingga itulah alasan mengapa diriku juga tidak mampu merasakannya.
Menyakitkan bukan? Memang.