Saat melangkah menuju altar bersama sang Ayah, siapa sangka bahwa sesosok pria yang berada di depan sana, menunggu kedatangan Reina adalah Arga! Reina terlihat begitu terkejut begitu pun Mahendra yang sepertinya tidak tahu jika ada perubahan pengantin pria. Dengan penuh tanya, Mahendra serahkan putri kesayangannya itu pada Arga yang langsung menerima tangan Reina.
Reina ingin sekali bertanya, namun kondisi belum memungkinkan. Reina pun mengikuti langkah-langkah yang ada seolah tidak terjadi apa-apa, sampai proses Reina dan Arga saling berhadapan untuk memasangkan cincin di jari satu sama lain. Kemudian, Reina yang tahu langkah selanjutnya mendadak gugup, lebih gugup saat detik di mana dirinya resmi menjadi istri Arga. Tunggu tunggu, aku akan berciuman dengan Arga? Bos aku sendiri?! Reina panik, namun berusaha tenang.
Melihat Arga yang mengambil langkah semakin dekat dengan Reina sehingga tak ada jarak di antara mereka, bukankah Reina tidak memiliki alasan untuk menghindar? Jantung Reina sudah tidak jelas lagi detaknya. Mungkin jika Revan yang menciumnya Reina tidak akan segugup itu, ini masalahnya Arga! Bukan hanya bos di tempatnya bekerja melainkan Arga adalah lelaki yang selama ini diam-diam Reina suka.
Dapat Reina rasakan tangan yang dingin menyentuh salah satu pipinya dengan lembut. Menatap langsung Arga tepat di retina matanya sedekat itu, Reina semakin bertanya tanya tentang apa yang terjadi. Melihat Arga yang perlahan memajukan wajahnya Reina pun tidak ada pilihan selain memejamkan mata, merasakan sesuatu yang kenyal menempel pada bibirnya. Untuk pertama kalinya Reina merasakan sensasi yang luar biasa. Apa karena itu first kiss nya? Terlebih yang mengambilnya adalah Arga yang sudah resmi menjadi suaminya?
Ketika sudah tidak merasakan sesuatu yang menempel pada bibirnya, Reina pun membuka matanya dan langsung menoleh ke arah lain karena malu. Rasa tegangnya pun perlahan sirna dan Reina bisa kembali bernafas lega setelah sebelumnya tidak bisa bernafas dengan normal berkat rasa gugup yang ada.
Setelahnya Reina dan Arga berganti pakaian untuk menyambut para tamu. Pergi ke Kamar yang sama, Reina hanya diam karena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Arga pun hanya diam. Arga yang selesai lebih dahulu pergi meninggalkan Reina yang rambutnya sedang ditata ulang.
Tok tok tok
Reina yang duduk di depan meja rias, menoleh ke arah pintu yang terbuka menampakkan Indah yang sudah cantik dengan dress yang panjang hingga menyapu lantai. Indah tersenyum bahagia terlepas dari apa yang ia ketahui mengenai pernikahan itu. "Aku benar-benar terkejut loh Rei tahu-tahu yang ada di pelaminan Pak Arga, bukannya Adik-nya. Bisa bisanya kamu gak cerita."
Terdengar helaan nafas panjang dari Reina. "Aku juga gak tahu!"
"Hah?! Gimana bisa?" Indah pun semakin di buat terkejut dengan pernikahan sahabatnya itu. Reina yang bingung harus berkata apa hanya bisa menggelengkan kepala dengan wajah pasrah. Memangnya apa yang bisa Reina lakukan? Arga sudah menjadi suaminya. Lagi pula Reina harus mencari tahu sesuatu di balik pernikahan itu.
Selesai dengan gaun pernikahan berwarna putih yang menjuntai sampai ke lantai, Reina melangkahkan kaki ke arah altar dengan satu orang perempuan yang membantu Reina memegangi bagian bawah dress. Menuruni satu persatu anak tangga bak seorang putri, Reina menarik perhatian semua orang termasuk Arga yang tak berkedip sekali pun. Arga terpesona dengan perempuan yang selama ini diam-diam ia suka. Arga masih tidak menyangka bahwa ia akhirnya berani mengambil langkah, bukannya menjadi seseorang yang terus dalam diam menjadi pelindung.
Reina berdiri di samping Arga yang tengah berdiri di depan sofa, memperhatikan tamu-tamu yang ada. Reina menatap Arga, ingin sekali menanyakannya sekarang juga. Merasa diperhatikan Arga pun menoleh ke arah Reina yang tetap menatap Arga. "Ada apa?" tanya Arga.
"Saya—" ucapannya terpotong lantaran satu persatu tamu mulai berdatangan untuk bersalaman dengan kedua mempelai. Reina pun hanya bisa menunggu waktu di mana ia bisa menanyakan semua ini.
Arga yang memang selalu dengan wajah dinginnya, tidak mencoba terlihat bahagia, walau sejujurnya dalam hati pria itu sebahagia itu. Berbeda dengan Reina yang dalam hati ada sedikit kebahagiaan terlepas dari kebingugan yang ada, ia mencoba tersenyum bahagia.
Setelah menyalami tamu yang tidak banyak karena pernikahan itu rahasia, Arga dan Reina pun akhirnya bisa duduk. "Mau minum?" tanya Arga sembari menoleh ke arah Reina.
"Saya bisa mengambilnya sendiri," kata Reina yang masih secanggung itu dengan Arga. Biasa menjadi atasannya di kantor, rasanya gimana gitu saat mereka di pertemukan dalam status suami-istri, seperti itulah yang sedang dirasakan Reina.
"Reina," panggil Ayah-nya yang duduk di kursi single, sampingnya dengan sedikit jarak yang ada.
"Iya, yah?"
"Ayah mau makan, kamu mau makan juga? Tadi pagi kan kamu cuma makan buah."
"Iya, yah." Reina berdiri dari duduk. Menghampiri Ayahnya yang sudah berdiri dari duduk, meninggalkan Arga yang memperhatikan setiap langkah kaki Reina.
"Revan sudah bisa dihubungi?" tanya Ayahnya pada Arga.
"Belum."
"Ke mana perginya tuh anak! Bisa bisanya menghilang gitu saja tanpa bilang apa-apa." Ayahnya terlihat kecewa pada anak laki-laki keduanya.
"Bukankah sudah aku bilang sebelumnya kalau Revan pasti punya alasan yang kuat."
"Untung saja kamu mau menggantikan Adik-mu itu, coba kalau kamu menolak? Persahabatan Papa sama Om Tio bisa saja retak."
Arga menoleh ke arah lain, mencari keberadaan Reina yang terpantau sedang makan di salah satu meja bersama Ayahnya dan Indah.
"Aku rasa kamu memang lebih cocok sama Pak Arga dari pada Adiknya," kata Indah di sela makan.
"Bagaimana menurut kamu, Reina? Kamu sendiri merasa lebih cocok sama siapa?" tanya Ayah-nya yang ikut-ikut Indah membahas hal itu.
Meletakkan sendok dan garpu di piring, Reina memasang wajah berpikir. "Kalau di pikir-pikir sih aku lebih cocok sama Chen Zheyuan." Sembari menatap Ayahnya dan Indah, bergantian.
Indah langsung menoleh ke arah lain dengan malas sedangkan Mahendra nampak bingung. "Siapa Chen Zheyuan? Dari namanya kayak bukan orang Indonesia," tanya Ayahnya lalu memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut.
"Chen Zheyuan itu artis China, Om," kata Indah.
"Ohhh, apa lebih tampan dari Arga?" Sembari menatap Indah, lalu menoleh ke arah Reina yang langsung mengambil handphone yang berada di atas meja, menyentuh beberapa kali layar handphone, lalu menunjukkan sesuatu pada Ayahnya.
"Gimana? Lebih tampan dari Arga kan, yah?" tanya Reina dengan antusias.
Ehem
Sontak Reina langsung menoleh ke arah sumber suara, dan saat melihat Arga sudah berada di belakangnya buru-buru Reina mematikan layar handphone. Terlepas entah Arga melihat foto yang sedang ia perlihatkan pada Ayahnya atau tidak. Ayahnya dan Indah yang melihat itu hanya bisa tersenyum, merasa lucu.