Tugas yang diberikan Kina ternyata sangat susah untuk dilakukan. Baru berjalan mendekat saja anak laki-laki itu sudah menjauh darinya. Gyn hanya bisa tersenyum seperti iklan pasta gigi. Dia menjadi kikuk jika harus mendekati anak laki-laki yang sudah susah payah kakaknya jauhkan. Ya mau bagaimana lagi? Mereka memang butuh informasi itu.
“Jadi ultah kamu udah siap semua undangannya?” tanya Grafen sambil memakan es krimnya. Laki-laki berkacamata itu kemudian menoleh ke arah tempat duduk Gyn. “Dia kamu undang, nggak?”
Gyn menajamkan pendengarannya, dia merasa terpanggil ketika Grafen menanyakan hal itu. siapa lagi yang laki-laki itu maksud jika bukan dirinya. Akan tetapi, dia sedikit berterima kasih kepada Grafen karena mau bertanya meskipun tujuannya berbeda. Pasti anak itu memang sengaja menanyakannya untuk menertawakan Gyn bersama-sama.
“Enggaklah. Kata kakaknya nggak boleh kita deket-deket sama dia.” Yonel dan Horien melirik Gyn sekilas. Mereka sengaja ingin melihat ekspresi anak perempuan itu.
Sementara Gyn meremas kertas di tangannya. Kakaknya sudah salah langkah dari awal tapi tanpa hal itu pun sebenarnya memang mereka tidak mungkin mengundang dia. Gyn lalu mengambil kotak susu yang sudah dia siapkan untuk Yonel. Dia berdiri dan mendatangi anak laki-laki itu.
“Aku minta maaf kalau ada salah, Yonel.” Gyn menyerahkan susu itu.
Yonel menatapnya dengan sangsi, ingatannya langsung berlayar ke kejadian saat dia terkena diare. “Enggak usah. Aku nggak mau masuk rumah sakit lagi gara-gara kamu.” Yonel membuang mukanya.
“Udah, kamu pergi aja. Kita udah nggak nafsu gangguin kamu.” Horien mengusir Gyn dengan mengibaskan tangannya.
“Sana-sana.” Grafen menambahkan.
“Kita teman bukan?” Gyn mengerucutkan bibirnya, matanya menatap ketika anak laki-laki itu dengan berbinar.
“T-teman?” Yonel bertanya dengan gagap dan langsung tertawa setelahnya. “Yang bener aja.”
“Kita teman satu kelas. Kenapa anak lain kamu undang, aku enggak?” Gyn langsung mengatakan tujuannya. Dia tidak ingin membuang-buang waktu. Toh si Yonel-Yonel itu juga tidak akan paham kalau dia mengode.
“Hah. Buat apa? Emang kamu mau datang? Mau ngasih kado apa? Kayak mampu aja.”
Gyn berpikir dengan keras. Memang benar, dia pun tidak akan mampu jika harus mengeluarkan hadiah untuk membeli barang-barang mahal. Gyn lalu berpikir dengan ide brilliant.
“Gimana kalau aku bikinin kamu sesuatu? Akan lebih spesial kan?” Gyn bertanya dengan semangat.
Grafen dan Horien melirik Yonel sekilas. Mereka menunggu reaksi sahabatnya itu. Gyn sepertinya berniat baik untuk menjalin hubungan dengan mereka.
“Nggak butuh sih. Aku lebih suka barang-barang mewah soalnya,” ucap Yonel dengan datar. Dia tidak berminat sama sekali dengan tawaran itu, kecuali kalau Gyn akan membelikannya kapal pesiar, dia pasti akan setuju saat itu juga.
“Ohh gitu.” Gyn menunduk. Dia kehilangan akalnya. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah menggunakan rahasia keluarganya. “Gimana kalau aku bikinin kamu ramuan dari tanaman obat untuk membuat badanmu kuat?”
Yonel terlihat tertarik dengan tawaran itu tetapi dia tidak akan percaya dengan makanan atau minuman yang dihasilkan oleh Gyn.
“Nggak dulu. Aku udah punya ramuan sendiri.” Yonel menatap botol di atas mejanya yang berisi jamu dari bahan alami kering milik pamannya.
“Gimana kalau obat untuk menguruskan badan kamu?”
Grafen membuka mulutnya dengan cengo mendengar perkataan Gyn. Horien juga terkejut dan tidak habis pikir. Mereka berdua saling berpandangan dan beralih menatap Yonel dengan deg-degan. Mereka bersiap mendengarkan sumpah serapah yang keluar dari mulut Yonel.
“Apa kamu bilang? Obat untuk kurus? Wah kamu menghina badanku ini?” Yonel berdiri dari duduknya dan mendesak Gyn hingga permpuan itu memegang meja di bangku samping Yonel dengan kuat. Dia menelan salivanya dengan berat.
“B-bu-bukan gitu, Nel. Aku cuma menawarkan,” cicit Gyn di tempatnya. Matanya beralih menatap ke segala arah.
“BUKAN GITU GIMANA HA?” Brakkk … Yonel menggebrak meja di belakang Gyn. “Kalau ngomong itu yang benar. Aku nggak terima ya.” Yonel memelotot ke arah Gyn.
Grafen dan Horien langsung menarik Yonel agar tidak melakukan hal yang membayakan. Mereka berdua menyeret Yonel dengan susah payah.
“Lain kali dipikir kalau ngomong,” ucap Horien sebelum menghilang di pintu sekolah.
Gyn bisa bernapas lega setelah ketiga orang itu menghilang. Dia meruntuki kesalahannya. Bukannya membuat Yonel dekat dan mendapatkan surat undangan, Gyn justru mendapatkan tambahan kebencian. Dia yakin jika diteruskan dia tidak akan mendapatkan surat undangan itu. Tapi semua ini memang harus dia lakukan, kecuali jika mereka ingin pindah dari rumah kesayangan tempat dirinya tumbuh.