Selama satu minggu penuh, Gyn sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa mendapatkan surat undangan dari Yonel tapi anak laki-laki itu tidak mau sama sekali. Dia sudah memberikan minuman, susu, teh, bahkan rela berdekat-dekatan dengan Yonel. Gyn bahkan menawarkan menjadi babu Yonel, tetapi laki-laki itu tidak mau. Satu kelas keheranan melihat kelakuan Gyn yang berbeda daripada sebelumnya.
Gyn seperti berubah menjadi anak perempuan yang aktif dan tidak tahu malu. Flora bahkan terkejut dengan sisi lain dari Gyn.
“Arrrgggghhhh … susah banget deketin Yonel ternyata.” Gyn meremas buku gambarnya. Dia menatap Yonel dan teman-temannya yang saat ini sedang duduk bermain bersama.
“Memang,” ujar Flora.
Gyn lalu menoleh ke arah Flora. Dia tentu merasa tidak nyaman ketika perempuan itu sekarang mendekatinya. Dia harus memutuskan hubungan secepat mungkin. “Kamu sebenarnya mau ngapain sih, Flo? Coba bilang sama aku. Siapa tahu aku bantu.”
“Ahhh i-ituuu … emm … aku suka banget sama kakak kamu. Boleh nggak ya aku ngajakin dia main panahan bareng? Dia buka les nggak?” Gyn memutar bola matanya. Dia tahu pasti ada sesuatu yang diingkan gadis kaya itu. Benar saja pikiran Gyn.
Sejak Flora tahu bahwa dia adalah adik Kina, Flora seperti mendekatinya. Dia tidak nyaman tapi apa boleh buat, selama Flora tidak menganggunya dia tidak masalah. Hanya saja akhir-akhir ini dia terlalu setres memikirkan surat undangan pesta ulang tahun Yonel sehingga kehadiran Flora menganggu kehidupannya.
“Gampang itu.” Gyn berdiri dari duduknya. Dia menyobek lembaran gambar yang sudah jadi. Gambar itu berisi sketsa wajah Yonel yang sedang fokus bermain ular tangga.
“Gyn …” Gyn berhenti berjalan. “Aku ingin jadi teman kamu.”
Setelah mendengarkan Flora berbicara, Gyn berjalan kembali. Dia lalu meletakkan gambar itu di atas ular tangga. “Happy birthday,” ucapnya sebelum pergi.
Gyn keluar dengan wajah tertekuk. Kakinya menuruni tangga dengan cepat dan melangkah ke lapangan tempat kakaknya berlatih. Dia duduk di kursi biasa dengan wajah betenya.
Setelah menyadari keberadaan adiknya, Kina menghentikan latihannya. Pelatih juga sedang mengajari anak lainnya. Dia memiliki waktu untuk berbicara dengan adiknya saat ini.
“Kenapa?” Kina meletakkan busurnya di kursi sebelah. Tangannya mengambil botol air dan memimumnya. “Gagal lagi?” katanya setelah tenggorokannya terasa segar.
“Iya. Dia nggak mau. Menolak semua yang aku usahakan, Kak.” Gyn bersedekap dada.
“Ohhh. Yaudah sih.” Kina mempunyai ide yang lain. Dia akan mengeluarkan satu-satunya cara untuk meminta Yonel bekerja sama. “Balik aja. Biar kakak yang urus.”
“Kakak nggak marah?” tanya Gyn yang terkejut dengan kakaknya. Dulu padahal kakaknya selalu saja memarahinya untuk hal-hal yang bahkan bukan salahnya.
“Enggak. Santai aja. Toh emang anaknya keras kepala.”
“Huffttt. Luv u kak. Mumuah.” Kina langsung menyingkirkan kepala adiknya yang berniat untuk menciumnya.
“Mending balik sana deh.” Kina kembali ke setelan semula. Dia menunjukkan sikap tegasnya lagi.
“Oke deh.” Gyn melepaskan tangannya dengan kecewa. Dia lalu mengingat perkataan Flora. “Emm kak. Temenku ada yang diajarin memanah sama kakak. Dia ngefans banget sama kakak katanya.
“Siapa?”
“Flora. Dia sering lihat kakak di acara lomba. Katanya kakak keren banget gitu. Jadi dia tertarik untuk jadi murid kakak.” Gyn menunduk. Dia menjelaskan tentang Flora dengan setengah hati. Jika bukan karena kasihan, Gyn juga malas menyampaikannya kepada kakaknya.
“Hemm … okedeh.”
Kina mendapatkan ide yang lain. Dia bisa memanfaatkan Flora untuk membujuk Yonel. Beberapa kali dia melihat kedekatan di antara mereka.
***
Kina menemui Flora yang saat ini duduk di kantin seorang diri. Teman-temannya masih memilih makanan di kantin yang berbeda. Flora terkejut bukan main tapi dia senang dengan kehadiran Kina. Salah satu pemain panahan yang dia suka.
“Kamu katanya ngefans sama aku ya?” Kina berkata dengan ramah dan tersenyum. Jauh di sebrang pojok kantin sana Gyn terlihat cemburu dan mencibir Flora.
“Ah iya kak. Hehe.” Flora menunduk dengan sopan. Pipinya memerah hanya dengan melihat idolanya.
“Oke. Aku setuju buat jadi pelatih kamu.” Flora mendongak, matanya berbinar mendengar perkataan Kina. “Tapi aku punya satu syarat.”
“Apa kak?”
“Aku mau kamu bantuin aku buat dapetin surat undangan ulang tahun Yonel untuk aku dan Gyn, gimana?” ujar Kina.
“Emm … aku nggak janji bisa, Kak. Aku juga nggak terlalu dekat sama Yonel, tapi …” Flora mengeluarkan satu surat undangan ulang tahun Yonel. Tertulis nama Gyn di atasnya. “Gyn dapat suratnya. Dia cukup tersentuh dengan sketsa yang dibuat oleh Gyn.” Flora menyerahkan surat undangan itu kepada Kina.
Kina mengambilnya dan menatap surat undangan mewah. Sebenarnya dia lebih terkejut mendengar adiknya bisa membuat gambar, sepertinya memang ada banyak hal yang belum dia tahu tentang adiknya.
“Oke. Terima kasih.”
“Kakak kalau emang butuh suratnya, bisa pakai punyaku.” Flora mengeluarkan surat undangan itu dan mencoret namanya menjadi Kina Valeriana. “Nama kakak diambil dari nama latin tanaman obat ya? Namanya Gyn juga? Gynura Graveolensia, Gynura dari tanaman akar sebiak dan Graveolensia dari seledri?”
Kina terkesiap dengan penjelasan itu. Dia sama sekali tidak menyangka Flora memiliki pengetahuan tentang botani. Dirinya saja tidak pernah berusaha memahami nama-namanya. Jangan-jangan nama keluarganya diambil dari tanaman obat?
“Kok kamu tahu? Aku saja tidak memahaminya.”
“Kakek aku, kakeknya Yonel juga menyukai tanaman obat, Kak. Bisa dibilang keluarga kami memang belajar tentang tanaman obat.”
Kina menyipitkan matanya. Sepertinya dia mulai memahami alurnya, hanya saja dia tidak tahu rencana keluarga mereka seperti apa.
“Jadi … kamu siapanya Yonel?”