Pagi itu kelas menjadi lebih ramai karena Yonel sedang memamerkan sesuatu. Dia menenggak minuman di dalam botol dan seketika tubuhnya seperti mendapatkan kekuatan hebat. Dia bisa mengangkat meja yang besar dengan berat. Semua penghuni kelas menatapnya dengan takjub. Seharusnya itu hal yang biasa jika melihat tubuh besar Yonel akan tetapi, Gyn bisa melihat perbedaannya.
Tubuh Yonel mengeluarkan cahaya hijau setelah meminum ramuan itu. Dia memikirkan sesuatu, sepertinya ada yang tidak beres. Perasaannya mengatakan bahwa semua ini berkaitan dengan kejadian kemarin.
Bel berbunyi dan semua siswa mulai mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Anak-anak perempuan berada di dalam kelas untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Gyn lalu memanfaatkannya untuk menyenggol botol Yonel yang ada di atas meja. Botol itu terjatuh. Dia lalu memanfaatkannya untuk membuka tutup botol. Dia menciumnya, ternyata memang benar itu adalah obat. Ramuan obat yang sepertinya berasal dari kedua orang tuanya.
“Kamu ngapain, Gyn?” tanya Flora—teman satu kelasnya yang mengajaknya berteman setelah mengetahui identitasnya.
“Oh … ini aku tidak sengaja menjatuhkan botol Yonel.” Gyn memutar tutup botolnya dan meletakkan tutup botol itu di atas meja.
“Ayo ganti pakaian sebelum anak cowok marah-marah.” Floral menarik lengan Gyn ke tempat duduknya. Mereka lalu berganti pakaian secepat kilat.
Saat berada di lapangan luar, Gyn menemukan kakaknya yang sedang berlatih panahan. Kakaknya merupakan salah satu atlet panahan di sekolah mereka. Dia bisa dibilang ACE dalam hal olahraga. Satu panahnya tidak ada yang meleset sama sekali. Untuk itu posisi kakaknya benar-benar dihargai di sekolah ini. Itulah salah satu alasan mengapa tidak ada yang berani dengan kakaknya.
Gyn lalu mendekat ke arah Kina. Dia duduk di kursi yang ada di bawah pohon. Kakaknya itu berhasil menyelesaikan latihan lima panah hari ini. Dia mendapatkan kesempatan untuk istirahat setelahnya.
Kina menghampiri adiknya sambil melepas topinya. “Kenapa di sini?” tanya Kina sambil meletakkan panahnya di tempat duduk dan menaruh bokongnya di atas kursi kayu itu. Kina lalu membuka botolnya.
“Kakak tahu Yonel.” Kina menghentikan tegukan keduanya. Dia menatap adiknya. Gyn langsung memahami arti tatapan itu. “Kakak tahu ternyata.” Gyn mencebikkan bibirnya. Harusnya kakaknya itu memberi tahunya.
“Iya. Kemarin nggak sengaja denger guru-guru pada ngomongin silsilah keluarga Yonel.” Kina meneguk airnya dan menutupnya. Matanya menatap adiknya dengan sebuah kesimpulan yang terhubung di keduanya.
“Dia siapanya Walikota Baron, Kak?” tanya Gyn. Dia ingin mendengar secara lebih jelas. Pantas saja selama ini orang itu sangat semena-mena di sekolah yayasan mereka. Ternyata Yonel memang orang yang berpengaruh.
“Dia … keponakannya. Sepertinya keluarga mereka memiliki rahasia tersembunyi. Pasti ada sesuatu di dalam rumah mereka. Untuk apa coba mereka mau mengambil semua jenis obat-obatan itu? Pasti ada alasan yang masuk akal kan?”
“Kina menatap adiknya dengan serius.”
“Ohhh … kita menyelinap di acara ulang tahun Yonel minggu depan, Kak. Gimana?” Gyn terpikirkan sebuah ide yang menarik. Anak laki-laki itu sudah sesumbar dari kemarin bahwa dia akan mengadakan pesta ulang tahun yang megah.
“Memang kamu dapat undangan?” Kina bertanya dengan nada meremehkan.
“Kak …” Gyn memukul lengan kakaknya. Dia kesal karena fakta yang disebutkan itu membuat hatinya merasa gondok. Dia lupa fakta itu. “Masak aku nggak diundang sih?” Gyn malah balik bertanya kepada Kina.
“Lho … siapa tahu. Kamu tahu sendiri mereka seperti apa kan sama kamu itu.” Kina melirik adiknya sekilas. “Kamu baik-baikin dia gih sama teman-temannya. Siapa tahu mereka mau memberikan undangan untuk kita.”
“Kak … tolonglah.” Gyn menaikkan bahunya, dia merasa takut hanya dengan membayangkannya saja. Yonel bukanlah orang yang pemaaf, apalagi kakaknya juga terlihat seperti itu.
“Aku lupa kalau kemarin habis mengancam mereka lagi.” Kina berdiri dari duduknya. “Kamu semangat ya deketin mereka. Semoga dapat undangannya.” Kina menepuk bahu adiknya. Setelahnya, perempuan itu kembali melanjutkan latihannya.
Jangan ditanya perasaan Gyn. Kali ini kakaknya melemparkan semua tanggung jawab kepadanya. Wajahnya sudah pucat pasi. Baru juga dia menikmati indahnya hidup tanpa gangguan mereka bertiga, sekarang Gyn yang justru harus menganggu mereka. Dunia memang telah terbalik.