Loading...
Logo TinLit
Read Story - Monday vs Sunday
MENU
About Us  

Nara pikir hidupnya mulai sekarang akan sedikit berubah berkat Rei. Berkat Rei yang seperhatian itu pada Nara yang tidak pernah mengharapkannya. Bukankah hidup Nara akan lebih seru dengan adanya perdebatan? Nara bukan hanya berdebat dengan Sheila, tapi dengan para penggemar Rei!

Apa lagi ini...

"Iya, si bodoh sama si bodoh. Biar si pintar gak terbebani," jawab malas Nara. Kembali menatap mangkuk bakso yang tinggal sedikit.

"Bukankah si bodoh harus sadar diri? Bukan-bukan. Seharusnya kamu sadar diri!" kata siswi yang terkenal dengan kecantikan wajahnya yang blasteran Indonesia-Belanda itu.

Tahu sedang dihina Nara memilih tidak peduli. Capek sih kalau harus menanggapi seseorang yang seperti sedang iri itu. Lagi pula siapa yang tidak iri dengan Nara yang wajah cantiknya hanya lumayan dan otak yang selemah itu dalam pelajaran, bisa mendapat perhatian dari seorang Rei?

Nara dengan cepat menghabiskan baksonya dan Sheila yang juga sudah selesai dengan mie ayamnya, segera berdiri dari duduk. Ketika Nara hendak berjalan melewati siswi bernama Kezia itu, Kezia menggapai salah satu tangan Nara.

"Ingat! Kamu gak selevel sama Rei, jadi jangan berharap bisa bersamanya hanya karena perhatian kecil dari rasa kasihan itu!" bisik Kezia dengan nada yang terdengar begitu tajam. Setelahnya Kezia berlalu, meninggalkan Nara yang mencoba mengabaikannya dan tidak memasukkan ke dalam hati. Lagian siapa yang akan bersama Rei? Nara tidak kepikiran memiliki Rei di sisinya.

"Kayaknya akan lebih banyak orang yang gak suka sama kamu, Na," kata Sheila yang mulai melangkahkan kakinya dengan Nara yang berada di samping.

"Biarkan saja." Begitulah Nara, selalu tak ambil pusing dengan orang-orang yang tidak menyukainya.

Sesampainya di Kelas yang sudah ada banyak murid, tatapan Nara jatuh pada Rei yang sedang membaca buku. Sikapnya seolah tidak terjadi apa-apa. Rei yang kembali ke mode dingin dan tidak peduli. Apakah sebelumnya Rei dirasuki makhluk halus yang kebetulan memiliki hati yang baik? Seperti itulah yang akhirnya dipikirkan Nara.

Bel berbunyi, datang Pak Hans-guru kimia. "Sebelum kita ke Lab, Bapak akan membagi kelompok dulu, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 orang," kata Pak Hans.

Satu persatu nama disebutkan mulai dari kelompok satu hingga kelompok ke-lima di mana nama Rei disebutkan paling pertama, membuat beberapa wajah terlihat berharap. Berharap bisa sekelompok dengan Rei tentunya.

"Lunara Evraine," ucap Pak Hans yang membuat Nara terlonjak kaget. Memasang wajah tak percaya bahwa ia harus sekelompok dengan Rei!

Nara tahu berada dalam kelompok yang sama dengan Rei akan membuatnya beruntung memiliki nilai yang bagus, namun mengingat banyak yang tidak suka, bukankah Nara perlu menyelamatkan dirinya lebih dulu? Nara mengangkat salah satu tangan.

"Ada apa?" tanya Pak Hans yang ucapannya harus terhenti berkata Nara.

"Saya mau ganti kelompok, Pak!" ucap Nara tegas.

Pak Hans nampak heran dengan Nara. "Kenapa? Bukannya bagus sekelompok dengan siswa yang paling pintar?"

"Saya cuma ingin—"

"Biarkan saja Pak kalau itu yang dia mau," ucap Rei dengan nada tidak peduli. Seperti Rei tidak akan membujuk Nara untuk mau sekelompok dengannya.

"Baik kalau—"

"Eh, gak jadi deh, Pak. Saya mau sekelompok sama Rei," kata Nara yang tiba-tiba berubah pikiran.

Pak Hans menghela nafas. "Yakin? Setelah ini gak bisa buat tukar kelompok yaa!" tegas Pak Hans.

"Iya, Pak," jawab Nara seraya tersenyum.

"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Sheila dengan nada pelan, sembari menatap Nara.

"Sepertinya aku harus mencari tahu sesuatu," kata Nara dengan tatapan serius.

"Cari tahu apa?" tanya Sheila dengan wajah penasaran.

"Setelah mendapat jawabannya aku kasih tahu."

Wajah Nara memperlihatkan bahwa ia seperti akan melakukan sesuatu. Nara tidak akan berbuat hal buruk pada Rei, bukan?

Satu persatu murid keluar Kelas, menuju Lab. Sesampainya di sana mereka memakai jas lab, lalu menempati meja masing-masing dengan sudah tersedia—tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, larutan NaOH (Natrium Hidroksida), larutan CuSO₄ (Tembaga(II) sulfat), larutan AgNO₃ (Perak nitrat), larutan NaCl (Natrium klorida), sarung tangan & kacamata lab.

Rei dan Nara duduk saling bersebelahan dengan Nara yang sesekali melirik ke arah Rei yang sibuk mengangkat satu persatu botol kecil cairan larutan. Lalu, semua murid menghadap ke depan di mana Pak Hans memberi interuksi untuk memperhatikannya. Pak Hans menjelaskan apa yang akan mereka pelajari hari ini.

Setelah Pak Hans menjelaskan panjang-lebar, mereka pun disuruh mempraktekkannya. Dengan santai dan penuh keyakinan Rei yang sudah memakai sarung tangan dan kacamata mulai menuangkan larutan ke dalam tabung reaksi. Sementara Nara yang sudah mencatat penjelasan Pak Hans, menatap bukunya lama. Mulai memakai sarung tangan dan kacamata.

Dengan hati-hati Nara menuangkan larutan CuSO₄ ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml, lalu menambahkan larutan NaOH sebanyak lima tetes, setelahnya Nara mengamati, karena akan ada perubahan warna dan endapan yang terjadi. Benar saja larutan berubah warna menjadi biru pekat dan membentuk endapan biru muda: Cu(OH)₂).

Nara memasang wajah bangga pada diri sendiri, bahwa ternyata dia tidak sebodoh itu, otaknya masih bisa menerima penjelasan yang diberikan Pak Hans sebelumnya. Nara lanjut ke tabung reaksi kedua, di mana mencampurkan larutan AgNO₃ dengan NaCl. Mengamati kembali dan Nara pun kembali berhasil dengan terlihat munculnya endapan putih (AgCI) sebagai bukti reaksi presipitasi.

Diam-diam ternyata Rei yang sudah selesai lebih dahulu, memperhatikan Nara yang mampu mengikuti arahan Pak Hans.

Nara yang kurang nyaman dengan sarung tangan itu membukanya. Pak Hans meminta Rei untuk ke Kantor guru, mengambil sebuah buku yang tertinggal di meja-nya. Rei berdiri dari duduk, membuka kacamata, sarung tangan yang ia taruh di meja tanpa melihatnya benar-benar hingga tak sengaja tangan Rei menyenggol salah satu botol larutan yang langsung mengenai salah salah satu tangan Nara.

Sontak Nara mengangkat tangannya yang sudah terlanjur memerah dan terasa panas itu. Nara mencoba menahan rasa yang menyiksa itu, Rei yang terkejut langsung menyentuh tangan Nara yang terluka, dan menarik Nara ke wastafel. Membilas tangan Nara dengan air mengalir. Melihat reaksi Rei yang langsung melakukan pertolongan pada tangan Nara, Nara masih bingung dengan pertanyaan yang sedang ia cari jawabannya.

Jadi gak peduli atau pura-pura gak peduli?

Mereka terus berdiri di sana karena memang membutuhkan waktu. Luka itu harus berada di bawah air mengalir selama minimal 15 menit, dan itu mengundang tatapan iri-tidak suka yang dilemparkan para siswi.

"Kamu bisa melanjutkan apa yang disuruh Pak Hans," kata Nara sembari menatap Rei.

"Lo gak dengar kalau Pak Hans sudah menyuruh orang lain?" Sembari menatap tangan Nara yang terus dipegangnya. Padahal tidak perlu sampai dipegangi, bukan?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FaraDigma
997      548     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
My First love Is Dad Dead
54      51     0     
True Story
My First love Is Dad Dead Ketika anak perempuan memasuki usia remaja sekitar usia 13-15 tahun, biasanya orang tua mulai mengkhawatirkan anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa. Terutama anak perempuan, biasanya ayahnya akan lebih khawatir kepada anak perempuan. Dari mulai pergaulan, pertemanan, dan mulai mengenal cinta-cintaan di masa sekolah. Seorang ayah akan lebih protektif menjaga putr...
Perahu Jumpa
258      217     0     
Inspirational
Jevan hanya memiliki satu impian dalam hidupnya, yaitu membawa sang ayah kembali menghidupkan masa-masa bahagia dengan berlayar, memancing, dan berbahagia sambil menikmati angin laut yang menenangkan. Jevan bahkan tidak memikirkan apapun untuk hatinya sendiri karena baginya, ayahnya adalah yang penting. Sampai pada suatu hari, sebuah kabar dari kampung halaman mengacaukan segala upayanya. Kea...
Wabi Sabi
100      77     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.
Langit-Langit Patah
27      23     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
Menanti Kepulangan
42      38     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
Sebab Pria Tidak Berduka
120      100     1     
Inspirational
Semua orang mengatakan jika seorang pria tidak boleh menunjukkan air mata. Sebab itu adalah simbol dari sebuah kelemahan. Kakinya harus tetap menapak ke tanah yang dipijak walau seluruh dunianya runtuh. Bahunya harus tetap kokoh walau badai kehidupan menamparnya dengan keras. Hanya karena dia seorang pria. Mungkin semuanya lupa jika pria juga manusia. Mereka bisa berduka manakala seluruh isi s...
Lantunan Ayat Cinta Azra
900      575     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
HABLUR
854      408     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
Time and Tears
271      205     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...