Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hello, Me (30)
MENU
About Us  

Suatu sore, setelah seharian sibuk di kantor dan pikiran yang masih penuh sisa deadline, aku duduk di teras kos. Teh di tanganku udah nggak lagi hangat, tapi aku tetap menggenggamnya. Mungkin lebih butuh tenangnya daripada rasanya.

Aku menghela napas pelan. Hari ini melelahkan.

Tiba-tiba, ponselku bergetar. Notifikasi dari Radit.

"Ngopi sore, yuk? Aku lagi lewat daerah kantormu."

Aku baca pesan itu sambil senyum kecil. Selalu ada aja timing-nya yang pas.

"Boleh banget. Lagi butuh temen ngobrol juga, nih," balasku.

Nggak sampai setengah jam, Radit muncul di depan kos. Tangan kirinya bawa dua cup kopi, yang satu langsung dia sodorin ke aku.

“Ini, kopi favorit kamu,” katanya dengan senyum tipis.

Aku nyengir kecil sambil nerima cup-nya. “Kamu ngapalin ya tiap aku pesen apa?”

“Sedikit demi sedikit, lama-lama inget sendiri,” katanya santai, lalu duduk di sebelahku.

Kami pindah ke taman kecil dekat kos. Tempat yang nggak terlalu ramai, tapi cukup nyaman buat sekadar duduk dan ngobrol.

“Aku suka tempat ini,” kata Radit sambil nyender sedikit ke sandaran bangku. “Tenang. Kayak kamu.”

Aku melirik dia, “Aku tenang? Kamu belum lihat aku waktu hektik di kantor, ya.”

Radit ketawa kecil. “Ya belum... Tapi kayaknya kalau kamu marah pun tetap pake nada pelan, deh.”

Aku ikut ketawa. “Kamu bisa aja.”

Kami diam sebentar, menikmati langit sore yang mulai jingga.

“Gimana kerjaan baru?” Radit buka suara lagi, “Masih betah, nggak?”

Aku menghela napas sebentar. “Betah sih, tapi... ya, masih adaptasi. Kadang suka ngerasa kangen sama yang lama.”

“Kangen karena nyaman, atau karena kebiasaan?” tanya dia pelan.

Aku mikir sebentar. “Mungkin dua-duanya. Rasanya kayak aku ninggalin versi diriku yang dulu di sana.”

Radit mengangguk, “Itu wajar, kok. Tapi kamu juga lagi nyusun versi baru kan sekarang? Yang lebih tahu apa yang dibutuhin.”

Aku menatapnya sebentar. Ada sesuatu dalam kata-katanya yang terasa ngena.

“Kalau kamu kangen banget, cerita aja. Aku dengerin, kok,” tambahnya.

Aku tersenyum kecil. “Iya. Makasih.”

Sejak sore itu, kami makin sering ketemu. Kadang cuma buat makan siang bareng, kadang duduk di taman tanpa ngomong banyak. Ada saatnya aku cerita, ada saatnya kami cuma diam bareng. Dan diam bareng itu nggak canggung, malah terasa nyaman.

Pernah suatu sore, saat aku lagi lelah banget habis meeting panjang, Radit nunggu di bawah kantor cuma buat nganterin aku pulang. Kami nggak banyak ngobrol, tapi pas dia bilang, “Nggak apa-apa nggak cerita. Aku nemenin aja dulu,” rasanya cukup.

Suatu hari, kami duduk lagi di bangku taman yang sama. Radit nunduk sebentar, kayak lagi mikir sesuatu.

“Aku tahu kamu lagi banyak pikiran. Tapi kamu nggak harus selalu tanggung semuanya sendiri, lho,” katanya pelan.

Aku menoleh ke dia. “Kadang... aku takut beban aku tuh terlalu berat buat orang lain. Jadi aku simpen sendiri aja.”

Radit menggeleng pelan. “Kamu nggak sendiri, kok. Aku nggak ngelihat itu sebagai beban. Aku di sini bukan buat nilai kamu kuat apa nggaknya. Aku cuma pengen nemenin.”

Aku nunduk sebentar. Suara dia tenang, tapi dalam. Rasanya kayak nyentuh sisi paling rapuh dari aku.

“Makasih, Dit. Beneran deh... kamu selalu dateng di saat yang pas.”

Dia tersenyum. “Mungkin karena aku niat. Karena aku... ya, pengen ada buat kamu. Pelan-pelan aja. Nggak usah buru-buru.”

Sejak saat itu, aku mulai lebih terbuka. Kadang aku cerita soal kecemasan yang suka datang tiba-tiba, atau rasa takut yang belum juga hilang. Radit nggak pernah motong cerita. Dia dengerin aja, sesekali kasih tanggapan, tapi lebih sering jadi pendengar yang tenang.

Pernah satu malam, pas kami ngobrol lewat telepon, aku iseng nanya, “Radit... kamu yakin? Maksudku, yakin mau ada di hidup aku yang... ya, lagi berantakan gini?”

Dia ketawa kecil. “Yakin banget, Mbak.”

Aku ikut ketawa. “Mbak?”

“Biar kesannya aku sopan,” katanya sambil ngejek halus.

Aku mencubit pipi sendiri yang terasa panas.

Radit melanjutkan, “Aku nggak nyari yang sempurna, kok. Aku cuma pengen bareng sama kamu. Sama kamu yang sekarang. Nggak harus nunggu kamu ‘beres’ dulu.”

Aku diam cukup lama. Mungkin karena lega. Mungkin karena hati ini udah lama banget nggak ngerasa segini... diterima.

Dengan Radit di sampingku, aku ngerasa bukan cuma mulai lagi. Tapi juga mulai percaya lagi.

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku nggak takut sama kemungkinan gagal. Karena sekarang aku tahu: ada yang mau jalan bareng aku, bahkan di saat aku masih belajar berdiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Catatan Takdirku
1335      766     6     
Humor
Seorang pemuda yang menjaladi hidupnya dengan santai, terlalu santai. Mengira semuanya akan baik-baik saja, ia mengambil keputusan sembarangan, tanpa pertimbangan dan rencana. sampai suatu hari dirinya terbangun di masa depan ketika dia sudah dewasa. Ternyata masa depan yang ia kira akan baik-baik saja hanya dengan menjalaninya berbeda jauh dari dugaannya. Ia terbangun sebegai pengamen. Dan i...
Jalan Menuju Braga
514      374     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
2627      934     5     
Humor
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu Buku ini adalah pelukan hangat sekaligus lelucon internal untuk semua orang yang pernah duduk di pojok kamar, nanya ke diri sendiri: Aku ini siapa, sih? atau lebih parah: Kenapa aku begini banget ya? Lewat 47 bab pendek yang renyah tapi penuh makna, buku ini mengajak kamu untuk tertawa di tengah overthinking, menghela napas saat hidup rasanya terlalu pad...
Lantunan Ayat Cinta Azra
1008      621     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
To the Bone S2
586      399     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
H : HATI SEMUA MAKHLUK MILIK ALLAH
38      36     0     
Romance
Rasa suka dan cinta adalah fitrah setiap manusia.Perasaan itu tidak salah.namun,ia akan salah jika kau biarkan rasa itu tumbuh sesukanya dan memetiknya sebelum kuncupnya mekar. Jadi,pesanku adalah kubur saja rasa itu dalam-dalam.Biarkan hanya Kau dan Allah yang tau.Maka,Kau akan temukan betapa indah skenario Allah.Perasaan yang Kau simpan itu bisa jadi telah merekah indah saat sabarmu Kau luaska...
The Call(er)
1901      1077     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
Negaraku Hancur, Hatiku Pecah, Tapi Aku Masih Bisa Memasak Nasi Goreng
714      357     1     
Romance
Ketika Arya menginjakkan kaki di Tokyo, niat awalnya hanya melarikan diri sebentar dari kehidupannya di Indonesia. Ia tak menyangka pelariannya berubah jadi pengasingan permanen. Sendirian, lapar, dan nyaris ilegal. Hidupnya berubah saat ia bertemu Sakura, gadis pendiam di taman bunga yang ternyata menyimpan luka dan mimpi yang tak kalah rumit. Dalam bahasa yang tak sepenuhnya mereka kuasai, k...
Mimpi & Co.
1297      814     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
134      109     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.