Loading...
Logo TinLit
Read Story - Selaras Yang Bertepi
MENU
About Us  

“Perwakilan maju untuk menulis nama kelompok masing-masing dengan provinsi yang akan digambar”

“Lin maju” tegur Ghazi mendorong kursi milik Elin dari bawah, “Provinsinya terserah elo”

“Apa?” melihat ke arah Ghazi dan Farrel.

“Yang penting isi dulu, biar enggak ribet. Keburu bu Rima ngomel” tambah Farrel paling sering kena marah, karena kebiasaan di kelas ramai waktu pelaksanaan beliau.

Elin berjalan, berganti menulis nama kelompok dan provinsi.

Menyatukan empat meja membentuk persegi, kertas berukuran 100 cm hampir memenuhi meja. Farrel mulai membuat sketsa provinsi dari gambar yang di download, memperbesar setiap detail sebelum menggoreskan pensil, mengikuti setiap lekukan dengan benar.

Ghazi terus memperhatikan, sesekali ikut berkomentar. Seraya meraut pensil miliknya, untuk berjaga-jaga jika patah. Elin terus bermain ponsel dengan meletakkan di atas meja, agar tidak ketahuan ibu Rima, sebab jika diambil malah makin bermasalah. Ibu Rima akan menyuruh orang tua dari siswa untuk mengambil langsung ke sekolah bersama perjanjian tertulis.

“Bentar ya, gue ke toilet dulu!” Elin mengatakan pada Farrel dan Ghazi, seraya beranjak menyingkirkan kursi ke belakang.

“Ya”

Farrel menghentikan aktivitas menggambar sketsa, “Bawa makanan sekalian kalau balik lagi ke kelas!”

“Di laci gue ada brownis kukus, tadi pagi gue beli pas arah ke sekolah” mengetuk posisi meja, “Makan saja, tadi gue sudah....”

“Oke-oke” Farrel menarik meja milik Ghazi sedikit membuat celah, supaya tangannya bisa menggapai kardus brownis.

                             ***

“Mau dibantuin?”

Ucapan itu menghentikan kegiatan Rendra yang sedang menyikat lantai toilet, “Eh, Lin. Ngapain ke sini, ini toilet cowok?”

“Gue barusan dari toilet, terus mampir ke sini...” melihat busa sabun lantai di mana-mana, “Sini”

Aroma sabun cuci tercium harum, cukup familiar bagi Elin yang sering menggunakan untuk membersihkan toilet rumah. Pada setiap pintu toilet tergantung aroma jeruk dekat ventilasi udara, samar-samar beradu mendominasi aroma toilet. Bau kurang sedap sebelumnya telah beranjak pergi begitu saja, ketika Rendra mulai membersihkan.

“Eh enggak usah” Rendra merebut sikat kembali, “Tinggal dikit, mending elo balik ke kelas, sebelum ketahuan guru!”

Pencahayaan pada toilet sebelah sini lebih redup, tanda akan segera padam. Rendra hanya telanjang kaki, meletakkan sepatunya di depan pintu masuk. Hanya saja Elin memilih untuk tetap mengenakan sepatunya.

“Enggak bakalan” berjalan ke toilet sebelah yang belum dibersihkan, “Gue bersihin yang sebelah sini, biar cepat selesai!”

“Mending masuk saja, ikutan pelajaran!” Rendra sedikit bersuara keras, agar Elin yang ada di toilet sebelah bisa mendengar.

“Sudah diam” Elin mulai menyikat lantai setelah diguyur sabun dari wadah gayung berbentuk hati tersebut.

“Terserah elo lah...” Rendra tinggal menyikat bagian dinding yang ditempeli keramik dengan warna senada, membilas beberapa kali hingga tampak bersih.

Rendra masuk ke dalam toilet lagi, untuk menyikat bagian kloset berwarna biru muda itu. Hanya saja tampak bercak-bercak sedikit berwarna pudar dan lumayan kotor, hingga membuatnya harus mengurangi menghirup udara di dalam.

Terlebih dahulu mengguyur dengan beberapa air untuk menghilangkan bau, setelah itu menuang sabun khusus kerak yang tetap membandel. Rendra mengganggu sebentar sebelum akhirnya menyikat kasar, seperti yang sering dilakukan kalau ada di rumah.

Tiba-tiba ada siswa dari kelas dua belas jurusan IPA satu kelas dengan Darian, juga teman Elin satu ekstrakurikuler, “Woh..... Elo ngapain di toilet cowok?”

Elin yang melihatnya juga ikut kaget, “Enggak lihat, gue lagi bersih-bersih toilet? Tahan dulu bentar lagi selesai!”

“Elo ngapain bersih-bersih toilet cowok, bukannya toilet cewek....” tegurnya yang memang benar, sebab peraturan melarang masuk ke toilet ini.

Rendra yang mendengar ada suara cowok langsung keluar dari dalam toilet sambil membawa sikat di tangan kanannya, “Ada apa?”

“Gue kebelet, mana di toilet ada Elin lagi” pandangan melihat ke arah Elin, “Lin, elo mending ke luar deh, daripada jadi gosip yang enggak-enggak....”

“Gosip apaan? Mending elo masuk sana” kata Elin melihat gerak-gerik cowok yang ada di depannya menahan buat air, “Keburu banjir di sini....”

“Makanya elo keluar, gue enggak nyaman ada elo di toilet, gue sudah kebelet...” tegasnya dengan nada mengusir.

Rendra mengangguk seraya tersenyum, “Makasih sudah bantuin gue, mending elo balik, biar bu Rima enggak curiga!”

“Ya sudah gue balik, buruan bersih-bersihnya, cepat masuk kelas!” Elin menyenderkan sikat di dekat pintu.

Siswa cowok itu masuk ke toilet setelah Elin pergi meninggalkan mereka, “Gue sudah enggak tahan!”

“Siram ya banyak biar enggak bau!....” Rendra melanjutkan menyikat lantai toilet di tempat Elin barusan.

Kamar mandi siswa dan siswi hampir sama, hanya saja terletak pada gambar mural dinding yang lebih besar. Mural bergambar tokoh kartun dengan hiasan pada sekeliling, bisa dibilang masih baru sekitar satu bulanan, hasil dari keterampilan seni milik Farrel.

Bahkan gambar mural pada dinding kamar mandi siswi juga hasil tangan Farrel juga, karena sering mengikuti lomba di beberapa event sekolah dan luar sekolah. Tidak heran kalau tugas membuat peta tadi yang lebih banyak mengerjakan dirinya.

                                ***

Hamparan gelap telah mendominasi langit, sejak hadirnya senja memilih untuk undur diri. Pancaran sinar rembulan tampak utuh di atas sana, hanya saja bintang tidak kunjung datang. Tanpa sulit menatap langit dengan warna yang kurang menentu, hitam kebiruan atau biru tua, jelas tidak bisa menebak secara spesifik.

Dua kendaraan bermotor melewati perumahan, menegur keberadaan Rendra yang mau menyeberang jalan. Lalu teguran itu dibalas dengan suara klakson dan senyuman. Sepeda motor masih mati belum dinyalakan, tetap dinaiki sambil mengayuh dengan kedua kakinya.

“Lin....Lin...Elin.....” teriak Rendra di depan rumah Elin tanpa turun dari sepeda motornya, “Buruan!”

Elin bergegas membuka pintu untuk menghentikan panggilan lantang itu, “Iya-iya. Gue jalan...”

Dihadapkan posisi spion sepeda sebelah kiri menghadapnya, lalu Elin mengoles lip cream pada bibir, seraya menggerakkan bibir dengan cepat agar merata.

Rendra yang sudah terbiasa melihat hanya bisa menghela nafas sambil menunggu, “Sudah belum? Dari tadi Ghazi telepon gue disuruh datang cepat”

“Sudah” merapatkan tutup lip cream seraya meletakkan di dalam tas, bukannya mengembalikan posisi spion, Elin malah langsung menaiki boncengan.

“Enggak biasannya kayak gini, padahal Cuma kerja kelompok!”

“Ren” belum usai berbicara Elin sudah senyum-senyum sendiri, “Rendraaaa....”

Rendra melirik ke arah belakang, seraya menghela nafas oleh sikap Elin teriak di telinga kirinya, “Aapa?”

“Gimana ya...Oke....”

“Terserahlah” Rendra sudah tidak ingin penasaran lagi, pasti ada sesuatu yang membuat Elin begitu bahagia hari ini.

Elin tetap tersenyum menahan rona merah di wajahnya, “Jantung gue dari tadi, jedag-jedug sendiri. Perasaan gue ini sudah enggak bisa ditahan lagi, gue harus gimana?”

“Mampir beli telur gulung enggak?” mencoba mengalihkan obrolan.

“Mau”

Rendra melajukan kendaraan bermotor melewati perumahan. Penerangan kian semakin terang sejak gelap, cahaya buatan memberi warna sepanjang perjalanan keluar dari gerbang depan.

Bukan langsung menjawab, Elin terdiam sesaat mengetik beberapa huruf sebelum akhirnya memencet tombol kirim. “Sekalian beli molen pisang di sebelahnya”

“Tadi habis pulang sekolah elo ke mana sama Darian? Gue tungguin elo di parkiran lama banget....”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
584      329     4     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
Pulpen Cinta Adik Kelas
491      290     6     
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia. Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya. Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal. --- Ikut campur tidak, ka...
Sekotor itukah Aku
404      306     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Tumpuan Tanpa Tepi
11127      3053     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Telat Peka
1332      613     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Langkah yang Tak Diizinkan
180      149     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Hello, Troublemaker!
1221      566     6     
Romance
Tentang Rega, seorang bandar kunci jawaban dari setiap ujian apapun di sekolah. Butuh bantuan Rega? mudah, siapkan saja uang maka kamu akan mendapatkan selembar kertas—sesuai dengan ujian apa yang diinginkan—lengkap dengan jawaban dari nomor satu hingga terakhir. Ini juga tentang Anya, gadis mungil dengan tingkahnya yang luar biasa. Memiliki ambisi seluas samudera, juga impian yang begitu...
Melody untuk Galang
518      320     5     
Romance
Sebagai penyanyi muda yang baru mau naik daun, sebuah gosip negatif justru akan merugikan Galang. Bentuk-bentuk kerja sama bisa terancam batal dan agensi Galang terancam ganti rugi. Belum apa-apa sudah merugi, kan gawat! Suatu hari, Galang punya jadwal syuting di Gili Trawangan yang kemudian mempertemukannya dengan Melody Fajar. Tidak seperti perempuan lain yang meleleh dengan lirikan mata Gal...
F I R D A U S
746      496     0     
Fantasy
Sepotong Hati Untuk Eldara
1627      769     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...