Loading...
Logo TinLit
Read Story - Selaras Yang Bertepi
MENU
About Us  

Elin memotong, “Sorry, gue lupa. Kalau pulang sekolah jalan sama Darian. Terus elo tahu dari mana kalau gue pergi sama Darian?”

“Farrel yang ngomong, pas tahu elo boncengan motor ke arah alun-alun”

Perasaan marah bercampur cemburu terdengar dari setiap ucapan yang keluar dari mulut Rendra, menghembuskan nafas sebelum kembali berbicara, “Darian itu enggak jelas, kalau dia emang suka harusnya ngomong. Bukannya bikin elo terus berharap kayak gini”

“Dari awal kalian kenal, sampai sekarang perasaan elo digantung, tarik ulur enggak jelas. Cowok yang kayak gitu sikapnya kurang tegas enggak bisa ambil keputusan, kalau memang suka pasti langsung bilang ke elo, bukan kayak gini!”

“Mungkin lagi nunggu momen yang pas. Lagian gue sama Darian lagi masa-masa pdkt, biasa cowok itu butuh waktu buat ngomong serius....”

“Terus mau sampai kapan, Lin?”

“Gue enggak tahu, apa gue langsung bilang ke Darian” Elin terdiam sesaat, “Tapi gue kan cewek, gengsi. Tapi gue enggak bisa tahan perasaan ini, Reennn...”

“Yang penting gue sudah kasih tahu.”

Jalanan Jogja mulai di penuhi kendaraan, sekedar keliling naik sepeda motor maupun berjalan kaki. Suara ramai dari segala penjuru, mengusir kebisingan klakson. Aroma harus terus tercium sepanjang perjalanan, pandangan Elin melihat kedua sisi secara bergantian.

Kini Rendra memilih diam, fokus berkendara. Lumayan macet jam segini, kebanyakan orang pulang bekerja. Meski langit biru telah hilang sejak tadi, terganti oleh hamparan gelap sedikit kebiruan.

Tanpa terasa kendaraan bermotor di sebuah gerobak pinggir jalan, hanya saja telur gulung yang biasanya tidak ada. Lalu Rendra berkendara sedikit ke depan, di mana gerobak molen pisang berada, hanya ada dua orang yang sedang membeli.

Pandangan Rendra beralih ke arah sebelah kiri, “Gue iri sama dia!”

Elin melihat arah Rendra menatap saat ini, di mana ada sepasang suami-istri dan satu anak laki-laki sedang makan bersama. Di sebuah gerobak kaki lima yang menjual nasi goreng, “Kapan ya! Kita bisa ngerasain kayak gitu. Pengen banget, kelihatannya seru!.....”

Dinding kaca pada netra berusaha ditahan, agar tidak tumpang. Perasaan sedih yang Elin rasakan, melihat kesederhanaan keluarga itu. Karena selama ini tidak pernah mengalaminya, hanya ada pertengkaran ke dua orang tua. Hingga kebahagiaan itu Cuma sekedar angan.

“Gue juga mau kayak gitu, tapi itu enggak mungkin” sahut Rendra menepuk bahu Elin memberi senyuman untuk tetap tegar, walau sebenarnya itu juga untuk diri sendiri.

Elin membalas senyuman itu, lalu melihat ke arah di mana molen rasa pisang sedang di goreng.

“Yang bisa kita lakukan, suatu saat menjadi orang tua yang baik untuk keluarga kecil kita nanti. Gue enggak mau anak gue ngerasain hal sama, seperti yang gue rasain sekarang....”

Tutur kata itu membuat Elin merasa merinding, baru pertama kali mendengar keseriusan ucapan Rendra. Namun, juga sependapat dengan harapan bisa menjadi orang tua yang baik kelak. Karena sering kali takut juga trauma yang dialami Elin, setiap melihat dan mendengar orang tuanya bertengkar.

“Iya, Ren...”

Melihat orang itu pergi Elin langsung mendekat, supaya dilayani. Dikeluarkan satu lembar uang dari celana jeans, dengan nominal biasanya beli di sini.

Tanpa perlu menunggu lama, molen pisang panas Itu sudah berada di dalam keresek. Setelah itu Rendra menaiki sepeda motor yang memang berada di sebelah gerobak, “Mau beli apa lagi, mumpung di sini?”

“Ini saja. Kasihan Ghazi sama Farrel tunggu kita di kafe!”

                              ***

Obrolan saling bersahutan, meramaikan ruang kafe yang tertutup rapat. Alunan lagu berbahasa Jawa menghiasi ruangan, sesekali ada yang ikut bernyanyi. Bukan hanya sekedar nongkrong, di sini sering kali digunakan untuk belajar maupun kerja kelompok.

Tidak heran remaja sekolahan sering datang, bahkan Ghazi menyediakan meja panjang, namun meja itu sekarang sedang dipakai Farrel. Kertas bergambar sketsa provinsi Jawa Timur digelar, Farrel menggambar sambil berdiri, berganti-ganti posisi.

Ghazi yang baru saja mengantar pesanan datang, “Rendra sudah ada kabar, sudah tahu kafe ramai malah telat?”

“Paling juga beli jajan kayak biasanya” jawab Farrel mengambil minumannya yang berada di kursi sebelahnya, sebelum melanjutkan menggambar lagi, “Kayak enggak tahu saja dia, apalagi pergi berdua sama Elin. Biarin mereka makin sadar, terutama Elin”

“Gue lanjut kerja lagi, nanti kalau sudah selesai ini gue bantu!”

Ghazi berjalan ke arah sebelah pojok, di mana seorang wanita muda sendirian, menunggu pesanan sambil melihat laptop menghadap ke arah luar jendela. Ucapan ramah selalu terucap, lalu kembali ke tempat semula.

Pintu terbuka, “Gha!”

“Buruan bantuin gue!” Ghazi membawa camilan di mana sekarang berhadapan dengan Rendra yang berjalan menghampiri, sedangkan Elin membuntuti di belakang. Tidak lupa membawa makanan yang tadi di beli.

Ghazi meletakkan pesanan pada dua cewek, sedang duduk di kursi sebelahnya berdiri. Berjalan bertiga ke tempat di mana Farrel sedang mengerjakan tugas, “Lin, tumben elo rapi?”

“Iya, mau jalan sama Darian bentar lagi!” menghampiri Farrel yang sudah sadar anggota kelompok datang, “Sorry, kita telat...”

“Keterlaluan elo berdua, jam segini baru datang” menghentikan gerakan tangan sebab pegal, “Lin, gantian!”

“Cepat juga elo kerjain tugasnya” mengambil spidol hitam di dalam keresek yang memang ada di kursi, “Mending elo sekarang istirahat, biar gue yang kerjain!”

Elin mulai menggores pensil warna pada bagian gambar sesuai petunjuk dari layar ponsel, warna hijau cukup mendominasi. Terus mengikuti bentuk dengan goresan satu arah, cepat namun tidak tampak tertata rapi.

Hampir setengah jam kertas bergambar peta telah penuh warna, dibantu Rendra setelah selesai melayani pelanggan. Sedangkan Farrel masih sibuk melanjutkan bermain game yang sebelumnya telah tertunda. Ghazi sibuk mencuci gelas kotor, tidak lupa mengelap dan meletakkan pada penirisan.

Dering ponsel tanda panggilan masuk menghentikan Elin sejenak, melihat siapa yang sedang menghubungi, terpampang jelas nama Darian.

“Tunggu, bentar lagi gue ke sana!”

“Gue tunggu” panggilan terputus.

“Ren” terhenti dengan segala obrolan dibenaknya, “Mmm.... Gue kan, mau jalan berdua sama Darian. Elo mau enggak.... antar gue sampai depan sana!”

Elin berkata terpatah-patah. Dengan harapan mau mengantarnya, apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Karena tadi keluar rumah bilang ke Mama Bella ada tugas kelompok sama Rendra.

“Please, bantu gue. Gue berharap banget ini bisa jadi momen penting dalam perjalanan kisah remaja gue, cerita cinta gue sama Darian” pandangan mata Elin beralih ke langit-langit sesaat, “Ren, bantu gue ya!”

“Dan gue mohon, jangan bilang-bilang sama mama kalau nanti dia hubungi elo. Bilang saja masih ngerjain tugas, please!”

Rendra menghembuskan nafas panjang, “Tapi jangan pulang terlalu malam”

Elin menjewer pipi Rendra dengan gemas, “Makasih.... makasih, Rendra”

Rendra mengalihkan pandangan, menyembunyikan perasaan bahagia namun juga cemburu. Bahagia sebab Elin memainkan pipinya dan cemburu karena Elin harus pergi berduaan dengan Darian.

                                   ***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sepotong Hati Untuk Eldara
1627      769     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
F I R D A U S
746      496     0     
Fantasy
Alfazair Dan Alkana
280      227     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Ending
5275      1364     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Return my time
313      266     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Telat Peka
1332      613     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Sekotor itukah Aku
404      306     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Lantas?
37      37     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Like a Dandelion
3030      1069     2     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...
Melody untuk Galang
518      320     5     
Romance
Sebagai penyanyi muda yang baru mau naik daun, sebuah gosip negatif justru akan merugikan Galang. Bentuk-bentuk kerja sama bisa terancam batal dan agensi Galang terancam ganti rugi. Belum apa-apa sudah merugi, kan gawat! Suatu hari, Galang punya jadwal syuting di Gili Trawangan yang kemudian mempertemukannya dengan Melody Fajar. Tidak seperti perempuan lain yang meleleh dengan lirikan mata Gal...