Loading...
Logo TinLit
Read Story - Selaras Yang Bertepi
MENU
About Us  

“Nanti malam ya! Jam berapa?” tidak seperti biasanya Darian mengaja Elin makan berdua.

“Jam setengah delapan gue jemput, bisa?”

“Bisa. Gue naik ke kelas mau piket, bye!” Elin berhenti sejenak sejak ada di depan kelas jurusan IPA, tidak lupa melambangkan tangan dua kali sebelum pergi.“

Jangan lupa nanti malam!” wajah Darian memperlihatkan ekspresi bahagia, setelah ajakan tersebut dibalas dengan wajah bahagia pula, jarang-jarang bisa mendapatkan momen begini apalagi kebiasaan Rendra yang suka mengacau keberadaannya dengan Elin.

“Iya.”

Sebelah kaki kiri sudah menaiki tangga ke tiga dari bawah, ada suara kaki yang kini mulai mengikuti dari belakang. Namun Elin tetap melanjutkan berjalan tanpa melihat siapa sosok pendatang, mungkin saja itu siswa kelas lain sebab jika satu kelas akan bertegur sapa.

Terlihat ruang kelas masih sepi belum juga ada yang datang, sedangkan kelas lain sudah terdengar obrolan, kelas jurusan IPS di ruangan ini memang jarang datang pagi kecuali waktu piket. Sapu terletak pada belakang kelas pada gantungan baju, terdapat kemoceng terbuat dari tali rafia.

Datanglah Ghazi dengan mengenakan sumpalan telinga, memang kebiasaannya, untuk menghindari sapaan cewek-cewek yang berpapasan. Agar terlihat tidak mengetahui, padahal belum tentu memutarkan lagu. Tetapi wajah sok kurang peduli malah bikin cewek-cewek suka dengannya.

“Itu telinga elo sumpel enggak budek apa gimana?” tegur Elin sesaat pandangan pada ambang pintu, menatap kehadiran Ghazi hanya melihat sekilas lalu berjalan ke tempat duduk.

“Enggaklah, dari tadi Cuma gue pasang doang, malas gue dipanggil cewek-cewek....”

“Tuh cewek pada cariin elo, Gha!” baru saja duduk di kursi sudah dibuat keributan pada ambang pintu.

“Mbak-mbak yang cantik, tolong jangan ganggu Ghazi sekarang, dia mau piket” kata Elin melihat ke arah pintu ada tiga cewek, “Mending cari cowok yang lain saja, di kelas sebelah banyak yang nganggur”

“Huu....” serentak pergi dengan tampang tidak mengenakkan.

“Buruan piket sana, hapus papan tulis di depan!” Elin melempar penghapusan ke arah Ghazi tepat di genggamannya.

“Eh, di kafe elo ada promo kopi enggak?” Elin menyapu pada bagian baris tempat duduknya.

“Promo, mana ada. Bukannya elo sudah gue kasih gratis ya bulan kemarin, masih kurang...” ucap Ghazi tetap melihat papan tulis sedang dihapus dari bekas spidol hitam.

“Itu kan, gue bantuin elo jadi pelayan di kafe”

“Kapan-kapan gue kasih gratis, sekarang lagi pusing mesti bayar uang sewa... sudah telat satu bulan belum setor”ono

“Tumben, biasanya selalu tepat waktu?”

“Biasa, uangnya gue pinjam dulu buat servis motor” mengambil spidol di meja guru, lalu menulis tanggal, bulan dan tahun pada sisi atas pojok papan tulis.

“Punya Rendra, katanya juga baru di servis. Bareng elo?” pindah ke baris tengah sebelahnya, lalu menyapu ke arah depan lagi.

“Iya, tapi punya dia enggak habis banyak kayak sepeda gue. Gajinya saja minggu ini belum gue bayar full, gue ngerasa enggak enak...”

“Rendra pasti ngertilah”

Elin menyapu dua baris kursi bersebelahan, lalu menyapu menuju arah pintu depan, di mana letak tempat sampah dekat pot tanaman. Obrolan berhenti sesaat, memasukkan bekas kotoran menyapu ke dalam tong tersebut.

Siswi yang piket di hari yang sama sudah memegang sapu membersihkan setiap bawah kursi, lain dengan satu cowok lagi masih belum datang. Biasanya akan piket jam istirahat dengan Ghazi.

Satu persatu kelas mulai terisi, hening tadi memberi suara berisi mengisi ruangan. Obrolan bersahutan, begitu juga ruangan kelas sebelah tampak gaduh. Jendela terbuka lebar, hawa dingin masih dapat dirasakan.

Elin tetap mengenakan jaket sedari tadi menunggu bel masuk berbunyi. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh kurang tiga menit, pandangan Elin menatap arah pintu sambil duduk di tempatnya.

Bel jam masuk terdengar.

Ruang kelas sudah dipenuhi siswa yang sudah siap untuk mengikuti jam pelajaran pertama, Elin melihat Ghazi di sebelahnya, “Rendra kok belum datang juga ya!”

“Dari tadi gue chat berkali-kali enggak dijawab!” jawab Ghazi duduk di belakang Elin, tempat duduk di kelas bisa berubah sewaktu-waktu karena itu bisa saja cowok-cowok memilih duduk di depan untuk menghindari pertanyaan dari soal yang diberikan guru, bukan karena pintar.

“Bentar lagi ada ulangan, kenapa bisa telat sih!” beo Elin selalu saja begitu jika Rendra tidak kunjung datang ke sekolah, “Kebiasaan main game sampai lupa waktu...”

“Mmm..... Perhatian banget, jadi iri gue....” tambah Ghazi melihat pesan masuk dari layar ponsel, memastikan kalau itu jawaban dari pesan yang dikirimnya.

“Gue sama Rendra sudah sahabat dari dulu, ya jelas, gue perhatian ke dia”

“Gue tahu kalik...”

Elin teringat tentang gosip yang belum sempat ditanyakan, “Bukannya elo sudah punya pacar? Anak kelas dua belas jurusan IPA?”

“Sudahlah, elo tahu dari mana?”

“Beritanya sudah tersebar satu sekolah, elo kan tahu sekolah di sini kayak apa” melihat jam dari layar ponsel, lalu meletakkan kembali ke atas meja.

“Sebenarnya gue mau tembak dia, tapi baru berani minggu kemarin. Elo tahu sendiri gue kek gimana, kalau berurusan sama cewek...”

Meski Ghazi sering menjadi idola cewek-cewek, tetapi ada hal yang paling di takuti kalau ditolak.

“Tapi elo di terima” mengalihkan pandangan dengan kehadiran Farrel, “Traktiran di kafe elo ya!...”

“Ada apa nih? Elo mau traktir kita, pasti gue datang paling awal” sahut Farrel duduk di sebelah Ghazi, lalu meletakkan tas di punggung kursi.

Bel masuk berbunyi.

Ibu Rima guru sejarah datang dengan membawa pengharis besar, tidak lupa tas ransel pada punggungnya, “Selamat pagi”

“Pagi, Bu”

“Silahkan dipimpin berdoanya” beliau meletakkan buku yang baru saja dikeluarkan dari dalam tas, seraya duduk memandang satu persatu siswa di depannya.

“Sikap tenang” Farrel mengambil alih situasi, “Berdoa di dalam hati mulai!”

Walau suara dari luar terus mendominasi, obrolan juga lalu lalang siswa melintas menuju kelas masing-masing. Doa tetap dipanjatkan dengan keyakinan yang dianut, berharap diberi kelancaran proses pembelajaran hingga akhir.

“Berdoa selesai” semua siswa mengangkat kepala dari posisi menunduk, “Selamat pagi, Bu Rima”

“Selamat pagi. Tugas hari ini.....” belum selesai berbicara ketukan pintu terdengar, “Rendra cepat masuk!”

“Makasih, Bu” Rendra sedikit terheran, biasanya kalau telat dilarang masuk namun hari ini berbeda.

“Loh, kok duduk?” bersamaan beliau beranjak dari tempat duduk, “Saya suruh masuk Cuma meletakkan tas, setelah itu kamu langsung ke toilet siswa laki-laki bersihkan sampai bersih”

Elin memegang lengan Rendra sesaat, “Sabar ya!”

Rendra hanya mengangguk, seraya pergi meninggalkan kelas.

“Kita lanjut. Ulangan hari ini akan di tunda dulu, karena saya ada tugas yang belum selesai. Tentang tugas yang akan saya berikan hari ini, kalian harus membentuk kelompok terdiri dari empat anggota, untuk membuat peta provinsi. Tentukan provinsi yang ingin kalian buat.”

“Dengan ukuran satu meter lawan satu meter. Bikin semirip mungkin dan jangan lupa diwarnai, bagi tugas itu sesuai kemampuan dari kelompok kalian. Sudah jelas?” sambil meraih spidol yang berada di sebelahnya, menulis nama kelompok.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Behind Friendship
4606      1335     9     
Romance
Lo harus siap kalau rasa sahabat ini bermetamorfosis jadi cinta. "Kalau gue cinta sama lo? Gue salah? Mencintai seseorang itu kan hak masing masing orang. Termasuk gue yang sekarang cinta sama lo," Tiga cowok most wanted dan dua cewek receh yang tergabung dalam sebuah squad bernama Squad Delight. Sudah menjadi hal biasa jika kakak kelas atau teman seangkatannya meminta nomor pon...
Alfazair Dan Alkana
280      227     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Dua Warna
650      448     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Tumpuan Tanpa Tepi
11137      3062     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Langkah yang Tak Diizinkan
180      149     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Like a Dandelion
3032      1071     2     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...
Sekotor itukah Aku
404      306     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Ending
5277      1366     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Lantas?
38      38     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Pisah Temu
1046      563     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu