Hari Pernikahan Yanto & Stella
Setelah mengucapkan janji suci di hadapan keluarga dan sahabat, Yanto dan Stella resmi menjadi suami istri. Konsep pernikahan mereka mengusung tema bohemian romantic dengan nuansa pastel. Pencahayaan lembut menambah kesan hangat, dan dekorasi bunga yang mendominasi menciptakan suasana bebas tapi tetap elegan. Sungguh hari yang telah lama dinanti-nanti.
> “Akhirnya kita menikah, sayang,” bisik Stella, penuh haru.
“Ini awal baru hidup kita,” jawab Yanto, menggenggam tangan istrinya erat.
Orang tua Stella yang kaya raya menghadiahi mereka rumah mewah serta bulan madu ke Maldives selama seminggu. Sementara itu, orang tua Yanto memberikan hadiah mobil.
Tak hanya itu, keduanya akan diberi kepercayaan untuk mengelola satu perusahaan sebagai pasangan suami istri.
Malam Resepsi di Oasis Shade
Malam harinya, diadakan pesta santai di rooftop bar Oasis Shade. Musik mengalun pelan, lampu-lampu temaram menghiasi malam.
> “Sekarang aku nggak bisa merengek minta dinikahkan sama Kak Yanto lagi,” bisik Nafa geli.
“Rengek aja sama pacarmu nanti,” Yanto terkekeh, mengedip jahil.
Sementara itu, Natasha memperhatikan seorang pria asing yang tampan. Ia terlihat memesona dalam balutan jas kasual.
> “Oh my God... who is he? So hot...” gumam Natasha.
Ia menggoyangkan badannya mengikuti irama musik, lalu mendekati pria itu.
“Maukah kamu berdansa denganku?”
“Tentu saja, Nona,” jawab pria itu ramah.
“Siapa namamu, pria tampan?”
“Adam.”
“Aku Natasha. Kamu sudah punya pacar? "
"Aku sudah punya anak"
"Benarkah?? Dimana anakMu??"
Natasha tidak melihat anak-anak sedari tadi
"Itu dia sedang duduk disana"
"Nafa, maksudMu? "
"Iya, dia Putri-Ku"
"Tapi kamu tidak punya istri kan?? Be my boyfriend.."
"Maaf tapi aku tidak tertarik dengan wanita muda sepertimu, masa depan masih panjang kamu akan menemukan yang lebih baik.. Tolah Adam dengan lembut.. Kita bisa menjadi teman kalo kamu mau"
"Sure" Kata Natasha
Mereka berdansa dengan akrab. Ketika musik usai, Natasha mencium pipi Adam sebelum berlalu.
Tak ada yang tahu, Natasha dan Stella ternyata sahabat lama semasa kuliah di Australia. Sebagai hadiah, Natasha mengajak pasangan pengantin untuk pergi diving keesokan harinya. Mereka pun mengundang Nafa, Emilia, Iriantie, dan Adam untuk ikut. Titto ditunjuk sebagai pemandu perjalanan, sementara Christian akan menjadi dive buddy.
Ayah Emilia bahkan meminjamkan yacht pribadinya untuk perjalanan mereka.
---
Di Atas Yacht
Christian duduk di dek yacht, memegang sebotol soda. Tatapannya terpaku pada keakraban antara Adam dan Nafa.
> Tadi malam Natasha, siang ini Nafa. Kenapa Adam populer banget sih sama cewek-cewek? gumam Christian dalam hati.
> “Hei bro, ngelamunin apa?” Yanto datang, duduk di sampingnya.
“Ah, nggak ada. Cuma nikmatin pemandangan.”
“Cantik kan?” goda Yanto sambil melirik arah tatapan Christian.
“Iya… pemandangannya cantik,” jawab Christian cepat.
“Nafa memang cantik.”
“Kebetulan aku mau nanya sesuatu—”
Tapi kata-kata Christian hanya bergema dalam hatinya.
Yanto menenggak sodanya lalu berkata,
> “Adam beruntung punya anak kayak Nafa.”
Christian menoleh cepat.
“Maksudmu… Nafa itu anaknya Adam Azizbek?”
“Lah kamu nggak tahu? Jangan bilang kamu naksir Nafa tanpa tahu siapa ayahnya?”
> “Sejujurnya… kami udah jadian,” lirih Christian.
Yanto mendadak serius, meski wajahnya tetap tersenyum.
> “Kalau kamu cuma mau main-main, mending mundur sekarang. Kalau Nafa sampai patah hati, aku yang duluan patahin leher kamu sebelum Adam turun tangan.”
> “Aku kenal Nafa sejak dia bayi. Waktu itu umurku 10 tahun, Adam tinggal di depan rumah. Ibuku sering bantuin dia karena dia kewalahan. Aku sayang banget sama Nafa, kayak adik sendiri. Dia tumbuh kuat. Waktu ada anak ngejek karena dia nggak punya ibu, Nafa lempar batu, kepala anak itu benjol. Sejak itu, nggak ada yang berani ngeledekin dia lagi.”
> “Kami semua sayang sama Nafa. Dan kamu harus tahu, Adam itu segalanya buat dia begitu sebaliknya "
> “Oh ya, jangan bilang ke Nafa kalau kamu udah tahu siapa ayahnya. Dia takut cowok yang suka sama dia bakal kabur kalau tahu.”
> “Tapi aku yakin kamu beda. Kamu bakal berjuang dapetin restu Adam, kan?”
Yanto menepuk bahu Christian lalu pergi.
---
Yanto dan Stella di Dek
> “Sayang, kamu senang dengan trip ini?”
“Senang banget. Besok kita siap-siap ke Maldives, ya!”
“Kita bakal bikin malam panas sebanyak mungkin di sana,” goda Yanto.
---
POV Adam dan Nafa
Nafa berdiri di anjungan, memeluk Adam dari samping sambil menatap laut yang berkilauan.
> “Senang banget papa bisa ikut,” katanya lembut.
“Akhirnya kita liburan bareng juga,” jawab Adam, membalas pelukan putrinya.
> “Kamu ingat kan mau traktir Papa di Oasis Shade?”
“Pasti dong. Setelah menyelam, Papa bebas pesan apa aja.”
“Wah, Papa bakal habisin uang pesangon kamu tuh!”
Mereka tertawa. Adam mencium dahi Nafa.
> “Makasih ya, Pa. Udah rawat Nafa sebaik ini. Papa nggak pernah bentak atau marahin Nafa.”
“Karena kamu anak baik. Nggak pernah bikin Papa pusing.”
> “Pa… aku sudah dewasa. Apa… sudah bisa…”
Nafa ragu. Ia ingin minta restu pacaran, tapi takut.
> “Apa pun yang kamu inginkan, nanti Papa kabulkan… setelah kamu selesai kuliah.”
“Benarkah?”
“Papa juga sayang banget sama kamu.”
Natasha terus menempel pada Christian, membuat Nafa akhirnya sadar—wanita yang pernah ia lihat di kamar Christian waktu itu adalah Natasha. Ia mengenalinya dari tato kupu-kupu di belakang lehernya.
“Babe, I want you,” bisik Natasha sambil mengikat rambut panjangnya.
“Di sini banyak orang,” Christian mulai panik. Ia berkeringat dingin, apalagi baru saja menerima peringatan dari Yanto.
“Di bawah sana kosong, kita bisa ke sana,” rayu Natasha sambil membelai dada Christian.
“Nanti saja,” jawab Christian gelisah.
“Come on, babe. Nggak ada yang bakal tahu.”
“Ah, nanti saja…” Tapi dalam hati, ia mulai tergoda.
“Ayolah, aku sangat menginginkannya.”
“Ya sudah, cepat, sebelum kapal berhenti,” akhirnya Christian menyerah pada godaan.
Nafa, yang menjaga jarak karena tak ingin ayahnya curiga soal hubungannya dengan Christian, tetap memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia kesal, tapi memilih diam demi menjaga suasana.
Christian gelisah. Ia takut Nafa melihat, tapi tak kuasa menahan godaan Natasha. Mereka pun sempat menghilang sebentar dari pandangan.
---
1 Jam Kemudian – Menyelam
“Perkenalkan, saya Titto. Saya akan bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan kalian selama menyelam,” ujar seorang instruktur.
Setelah mendengar arahan Titto, semua peserta pun masuk ke dalam air.
Saat sedang asyik menikmati keindahan bawah laut, Nafa tiba-tiba memberi tanda bahwa ia tidak baik-baik saja. Karena kecerobohannya, pahanya terkena duri ikan pari dan harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Semua orang panik, terutama Adam, Christian, dan Yanto.
“Bagaimana kondisi anak saya?” tanya Adam cemas setelah dokter memeriksa Nafa.
“Lukanya tidak dalam, jadi dia bisa dibawa pulang setelah sadar. Pastikan antibiotiknya diminum sampai habis,” jelas dokter.
“Baik, dok. Terima kasih,” ujar Adam lega.
“Dia belum sadar dari tadi,” kata Yanto.
“Nafa hanya mengalami syok ringan dan pengaruh obat bius. Tidak perlu khawatir,” tambah dokter.
---
Di Ruang Perawatan
Christian tetap menemani Nafa karena merasa bersalah.
“Nafa, kamu sudah sadar?” tanya Christian lembut.
“Iya, tapi kepalaku masih agak pusing,” jawab Nafa perlahan. Ia mencoba duduk, Christian membantu.
“Pelan-pelan saja.”
“Maaf ya, bikin semua orang repot.”
“Apa yang terjadi tadi?” tanya Christian, tersenyum kecil.
“Saking exited-nya lihat terumbu karang dan ikan-ikan kecil, aku nggak sadar menyentuh ekor pari. Ikannya marah dan nusuk aku, hahah.”
“Kamu harus hati-hati. Pari itu hewan agresif.”
“Iya, makasih ya... Oh ya, tadi aku lihat kamu dan Natasha cukup dekat. Kalian ngobrol apa?”
Sebenarnya Nafa sudah tahu apa yang terjadi, tapi ia pura-pura tidak tahu untuk menghindari pertengkaran. Lagipula, hubungan mereka masih sebatas obsesi, belum sampai ke cinta.
“Natasha memang begitu, suka dekat kalau ngobrol. Kami sudah lama kenal,” jawab Christian canggung.
“Maksudku, apa yang kalian bicarakan tadi?”
Christian bingung harus berkata apa. Kalau jujur, bisa-bisa hubungan mereka bubar. Padahal, ia sudah jatuh cinta pada Nafa yang sudah ia pacari selama empat bulan.