Beberapa Hari Kemudian – Di Rumah
Nafa sudah boleh pulang. Adam menjemput dan menyuruhnya istirahat total.
“Kamu pulang ke rumah dulu. Jangan kerja sampai kakimu benar-benar sembuh. Papa yang urus semuanya.”
“Iya, Pa.”
Dua hari kemudian...
“Bagaimana skripsimu?” tanya Adam.
“Lagi proses pengisian kuesioner.”
“Papa nggak nyangka kamu sudah sebesar ini. Rasanya baru kemarin kamu belajar jalan.”
“Iya, Pa. Tapi Papa awet muda terus. Sampai temanku terpikat oleh ketampanan Papa.”
“Wanita bule itu temanmu?”
“Dia pemilik Exellent Diving, kaya raya.”
“Kalau tahu dia kaya, nggak akan kutolak. Hahahaha.”
“Dasar...” Nafa tertawa sambil memukul lengan Adam.
Adam mengusap kepala anaknya.
“Mau tidur dulu. Besok aku kerja. Kakiku sudah nggak sakit sejak keluar rumah sakit.”
“Jadi dua hari ini kamu pura-pura? Dasar anak nakal.”
“Kapan lagi bisa bermanja sama Papa?”
---
Kembali ke Oasis Shade
Nafa berdiri melamun di tepi pantai, menikmati angin. Tiba-tiba seseorang memeluk dari belakang. Refleks, ia menyikut orang itu.
“Ahhh, sakit!” teriak suara familiar.
“Christian?! Astaga, kamu ngagetin!”
“Aduh perutku...” Christian meringis sambil memegangi perutnya.
“Kamu baik-baik saja?”
“Mana mungkin. Sakit banget ini.”
Christian menyenderkan kepala ke pundak Nafa.
Nafa tersenyum, menyadari Christian hanya pura-pura.
“Aku butuh tambahan energi,” kata Christian sambil menunjuk pipinya.
“Mau ditampar?”
“Kamu nggak romantis. Harusnya cium pipi aku.”
“Oh begitu ya. Nanti kita coba,” goda Nafa.
Christian memeluknya lagi.
“Aku perhatiin kamu makin kurus.”
“Beberapa bulan terakhir sibuk skripsi, jadi pola makan dan olahraga kacau.”
“Jaga kesehatan ya. Kapan ujianmu?”
“Dua bulan lagi. Aku mau kejar wisuda gelombang 1 akhir tahun.”
“Semangat ya. Oh ya, nanti malam temani aku balapan.”
“Oke.”
“Oh iya, kaki kamu gimana?”
“Sudah pulih. Aku sengaja istirahat lama biar bisa manja-manja sama Papa.”
“Oh ya, kamu tahu nggak, Natasha sempat godain Papaku,” kata Nafa.
Mendengar itu, Christian langsung salah tingkah.
“Yang bener? Kapan mereka ketemu?”
“Dia memang agak ‘nakal’, ya?”
“Aku mau kasih tahu satu hal. Semoga kamu nggak kaget,” lanjut Nafa.
“Kamu mau bilang kalau Adam Azizbek itu papamu? Aku sudah tahu. Yanto yang kasih tahu.”
“Dasar Yanto...”
---
Jam 11 Siang
“Kamu nggak kerja hari ini? Ini sudah jam 11,” kata Nafa melihat jam tangan.
“Waduh! Aku lupa, ada janji dengan tamu. Aku pergi dulu ya.”
Christian mengecup dahi Nafa sebelum pergi.
“Jangan lupa makan ya!” teriak Nafa sambil melambaikan tangan.
---
Di Kantor Jewel Palace
Bip bip... Bunyi pesan WhatsApp dari grup Gemoy Sister.
> “Kumpul di ruang meeting kantor utama sekarang.” – Emilia
Nafa naik ke lantai 2 gedung utama.
“Surpriseee!” teriak Emilia dan Iriantie sambil membawa kue ulang tahun.
“Selamat ulang tahun dan selamat datang kembali!”
Mereka memeluk Nafa dan menyajikan semua makanan favoritnya: burger, ayam crispy, corndog, pentol bakso, martabak manis, roti bakar, dan banyak lagi.
“Na, kamu makin kurus,” kata Iriantie.
“Aku yang diet kok kamu yang turun berat badan,” ledek Emilia.
“Sejak pacaran aku jaga badan, tapi sekarang lebih karena stres skripsi,” kata Nafa.
“Aku juga sibuk, tapi tetap sempat makan,” ujar Iriantie.
“Sudah bab berapa kalian?” tanya Emilia.
“Pusing masuk bab 4,” keluh Emilia.
“Aku stuck di bab 5,” kata Iriantie.
“Aku lagi ngolah data kuesioner. Mil, aku butuh contoh laporan keuangan resort, ya?”
“Nanti ku kirim via email.”
“Thanks. Yuk semangat! Akhir tahun kita harus wisuda!”
“Aku belum tahu mau jadi apa setelah ini,” ucap Nafa.
“Lamar aja jadi manajer pemasaran Jewel Palace. Oasis Shade sukses besar karena kamu,” kata Emilia.
“Itu karena nama besar Jewel Palace.”
“Percaya diri, Na!” kata Iriantie.
“Iya, kamu punya potensi sukses,” tambah Emilia.
“Kalau begitu, untuk hari ini... aku makan tanpa pantangan!” seru Nafa penuh semangat.
“Lupakan diet hari ini!”
“Enak ayamnya!”
Nyam, nyam.
Suara kunyahan Nafa terdengar jelas saking asyiknya makan.
“Jangan diet-diet deh. Kalian nanti gak gemoy lagi,” ujar Iriantie sambil menyendok es krimnya.
“Kita ini cewek-cewek harus perhatiin penampilan. Aku bosan jadi obesitas, mau apa-apa susah,” sahut Emilia, yang kini jauh lebih langsing setelah sukses menurunkan 60 kg berat badannya.
“Bukan cuma soal penampilan, Mil. Pola makan sehat, olahraga rutin, sama istirahat cukup itu penting banget buat kesehatan jangka panjang. Biar pas tua nanti kita masih kuat, gak gampang sakit. Kalau udah sakit-sakitan, percuma punya banyak uang,” ujar Nafa sambil mengelap mulutnya.
“Aku salut loh sama kamu, Mil. Awal kita kenal berat kamu 120 kg dan kamu sering insecure,” tambah Iriantie.
“Sekarang aku lebih percaya diri dan pastinya lebih sehat. Makanya kamu juga, Rha. Walau berat badanmu normal, tetap penting hidup sehat. Tapi makan enak kayak gini sekali-sekali gak papa kok, buat jaga kewarasan juga,” jawab Emilia.
“Eh, ngomong-ngomong… gimana hubungan kamu sama Christian?” tanya Emilia sambil menggigit roti bakar.
“Jangan ditanya lagi. Mereka tuh bucin banget!” celetuk Iriantie.
“Bucin dari mana sih? Biasa aja kok,” elak Nafa.
“Setiap pagi mereka jogging bareng, terus Christian ke Oasis cuma buat sarapan bareng atau cium dahi Nafa. Bikin iri! Pacarku aja jauh,” kata Iriantie sambil memutar mata.
“Terus aku lebih iri lagi… karena gak punya pacar,” timpal Emilia dramatis.
Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak.
“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Iriantie tersedak.
“Makanya kalau makan jangan sambil ketawa,” kata Nafa sambil menepuk-nepuk punggungnya.
“Eh, dia kasih kado apa pas ulang tahun kamu?” tanya Emilia lagi.
“Dia belum kasih apa-apa. Ucapan selamat aja belum ada, by the way.”
“Pasti dia nyiapin surprise! Dia cowok yang romantis banget,” kata Iriantie yakin.
“Kamu deket sama Natasha kan? Gila… body dia tuh impian aku. Gak kurus, gak gemuk, bentuknya pas,” Emilia menopang dagu, menatap langit-langit.
“Bener! Waktu dia ke pestanya Yanto… behhh, aku yang cewek aja ngiler,” sambung Iriantie.
“Makanya sekarang aku ikut latihan beban, biar punya badan kayak dia,” ucap Nafa semangat.
“Tapi Tuan Adam lebih menggoda lagi. Aku mau dong jadi ibu tiri kamu,” celetuk Emilia.
“Ngaco!” Nafa mencubit bahu Emilia.
(Mereka memang biasa memanggil ayah Nafa dengan sebutan 'Tuan Adam'.)
Satu jam pun berlalu.
“Ayo balik kerja. Waktu istirahat udah habis dari tadi,” kata Iriantie sambil berdiri.
“Nanti malam kita maskeran yuk. Aku beli masker timun baru,” ajak Emilia.
“Aku ada janji sama Christian. Lain kali ya,” jawab Nafa sambil garuk kepala.
“Cieee~ mau ke mana tuh?” ledek Emilia.
Iriantie hanya terkekeh di sampingnya.
“Gak tau juga. Mungkin nonton balap motor. Setiap tanggal 27 kan pasti ada event.”
“Wow, keren! Kamu sekarang anak motor!” Emilia bertepuk tangan.
Mereka berjalan menuruni tangga kantor sambil lanjut ngobrol.
“Agak beda ya gaya pacaran aku. Kukira bakal diajak ke mall, taman, gitu. Tapi ya beginilah kesehariannya. Aku juga enjoy aja. Pacaran di sekitar Oasis Shade juga gak masalah, yang penting bareng dia.”
“Kan udah aku bilang, bucin,” kata Iriantie.
“Bagus lah beda. Gak kayak orang kebanyakan. Pacaran sama anak motor ugal-ugalan gitu loh. Tapi kalau dapet cewek yang tulus, bisa jadi dia berubah. Dan—behhh—kalau badannya kayak Christian, otot perutnya… ngiler!” Emilia terkekeh.
“Itu yang bikin Nafa terbucin-bucin sama Christian!” ledek Iriantie.
“Gak tiap hari dia mabuk kok. Paling seminggu sekali. Tapi jujur, pacaran sama bad boy itu memacu adrenalin. Seru juga. Cuma… aku takut ketahuan Tuan Adam. Hahaha!”
“Iya ya, kamu kan belum diizinin pacaran. Uuuu, kasian~ hati-hati jangan sampai ketahuan!” ejek Emilia sambil mencubit pipi Nafa.
“Aku jadi kangen pacarku,” gumam Iriantie pelan.
Mereka pun kembali ke meja masing-masing, menyelesaikan pekerjaan.
“Papa pasti lagi sibuk… Dia sampai lupa ulang tahunku. Gak biasanya,” bisik Nafa pelan sambil mengetik laporan akhir bulan.