Loading...
Logo TinLit
Read Story - May I be Happy?
MENU
About Us  

Pagi hari, Mama menyuruh Permana yang baru saja selesai mandi untuk membangunkan Maya. Karena keluarga mereka mendadak membuat rencana setelah ini keluar mencari udara segar karena hari ini tanggal merah, berjalan-jalan mengelilingi kota Lamongan mumpung Papa sedang libur bekerja juga. Permana ke kamar Maya dan mengguncang pelan tubuhnya. Maya hanya membuka matanya sedikit, menarik selimut, memunggungi Permana, dan kembali untuk tidur. Berulang kali Permana berusaha membangunkannya, reaksi yang dia dapatkan sama. Permana hampir menyerah, lalu dia melihat sekeliling kamar Maya. Lalu, senyum jail mengembang di bibirnya. 

Permana mengambil jam dinding yang ada di kamar Maya dan mengubah jarum jamnya. Lalu, dia melakukan hal yang sama pada jam beker milik Maya. Tak lupa dia menyetelnya tepat satu menit ke depan. Lalu dia kembali meletakkan jam beker di dekat telinga Maya . Setelah selesai dengan rencananya, Permana keluar dari kamar dan lanjutkan bersiap-siap. 

Kringgggg. 

Maya menekan tombol di jam Beker itu. Tidak sadarkan diri sepenuhnya, Maya melihat ke arah jam kecil itu. Maya terkejut. Lalu, tatapannya segera beralih ke arah jam dinding untuk memastikan apa yang dilihatnya tadi tidak salah. Jarum jam di dinding pun menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. 

"Hahhh!! Setengah delapan!! Gilaaaa!!" 

Maya pun segera mandi seadanya dan memakai seragamnya dengan buru-buru. 

"Aduhhh, Mama pasti marah banget ini." 

Setelah selesai bersiap-siap, Maya pun keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Di ruang makan, Permana dan Papa sedang asyik melahap sarapannya. 

Maya langsung menarik tangan papanya. "Papa, ayo jalan, udah telat!" 

Papa hanya menatap Maya dan berkata," Telat apanya? Sekarang hari apa?" 

"Udah jam setengah delapan papa, terus sekarang hari Rabu. Kan sekolah," jawab Maya dengan panik. Sementara Permana dan papanya terlihat sangat santai. 

"Coba deh lihat jam dinding itu, sama lihat kalender. Nggak usah panik kayak gitu," sahut Permana. Dia sebenarnya tidak sanggup untuk menahan tawa, dia benar-benar puasa menjahili adiknya. 

Maya pun menoleh ke arah jam dinding dan kalender yang dimaksud, dan ternyata masih pukul enam lewat lima belas. Dan lebih kagetnya lagi, ternyata hari ini adalah tanggal merah. Maya tidak menyadarinya. 

"Lohhh? Sekarang tanggal merah?" ucapnya kaget. 

Namun Maya juga tetap curiga dengan masalah jam di kamarnya, pasti itu adalah ulah kakanya yaitu Permana. "Pasti Abang, kan, yang ngelakuin ganti jam di kamar gue." 

Awalnya Permana akan memasang tampang polos menanggapi Maya. Namun, dia tidak kuasa menahan tawanya dan membuat Maya yakin kalau dugaannya adalah benar. 

"Abang parah banget. Gue sampai buru-buru mandi, nih!" 

Permana hanya tertawa dan berkata, "Hahaha.. ya abisnya lo susah banget dibangunin! Ini kita mau keluar soalnya! Mumpung papa juga lagi libur!" 

"Mendadak banget ya, nggak kasih tahu tadi malem. Nyebelin banget," protes Maya. 

"Ya kamu loh kayaknya kecapean banget gitu, tidurannya aja masih pegang handphone. Ya jadinya nggak mau ganggu bangunin," jawab papanya memberikan klarifikasi. 

"Ohh gitu, hehe. Maaf aku nggak tahu," Maya terkekeh. Tapi setelah diingat-ingat sepertinya kemarin malam, dia menatap terus-terusan chat dari Bram. Maya saking salah tingkahnya sampai tertidur begitu pulas. 

"Iya nggak apa dek. Yaudah kamu ganti dulu itu bajunya, habisitu sarapan. Okee?" papanya mengusap puncak kepala Maya. 

"Ganti baju terus make up ya?" jawab Maya. 

"Iya dandan yang cantik," jawab papanya. Maya pun langsung pergi menuju kamar dan segera bersiap-siap. 

Maya mencari outfit yang pas untuk berjalan-jalan santai, namun pas di tempat mana pun. Karena papanya tidak memberi tahu pasti kemana mereka akan pergi, hanya berkata kalau ingin jalan-jalan saja. 

Membutuhkan waktu dua puluh menit, akhirnya Maya sudah selesai bersiap-siap dia pun keluar dari kamarnya. Dan ternyata mama, papa, dan juga kakaknya sudah menunggu dia di ruang tamu. 

"Duh cantiknya udah dandan," puji mamanya ketika Maya sudah muncul dengan baju santai namun elegan dan rambutnya terurai begitu panjang. 

"Makasih mama," Maya tersenyum manis. 

"Yaudah ayok berangkat yuk?" ajak papanya. Mereka semua pun berdiri dan segera keluar dari rumah. 

Setelah mengunci semua pintu rumah, mereka berempat pun masuk kedalam mobil. Papanya mengemudi mobil dan ada mama disampingnya, sementara Permana dan Maya duduk di kursi penumpang yang belakang. 

"Mama," panggil Permana. 

"Iya nak? Ada apa?" respon mamanya.

"Dua hari lagi aku mau ke Surabaya sama temen-temen, ada acara band. Jadi Permana ikut," Permana menjelaskan apa yang dia inginkan.

"Lomba apa gimana?" 

"Nggak lomba, ya acara festival doang. Nggak apa kan?" ujar Permana. Permana sangat tertarik di dunia tarik suara, dia sejak SMP dulu juga pernah membuat band di sekolahnya. Jiwa social butterflynya sangat menggebu-gebu, dia tidak pernah lelah untuk melakukan berbagai aktivitas. 

"Iya nggak apa, hati-hati ya. Jangan lupa kabarin mama papa," sahur papanya.

"Siap papa, makasih banyak ya!" Permana tersenyum setelah itu kembali memainkan handphonenya.

"Iya sama-sama nak." 

Melihat Permana diberi izin dengan segampang itu tentu saja Maya iri, bisa pergi bebas tanpa larangan. Selama ini Maya selalu dilarang, namun kali ini dia ingin mencoba. Barangkali saja kedua orang tuanya berubah pikiran. 

"Mama," panggil Maya. 

"Iya adek,ada apa?" respon mamanya. 

"Kalo aku keluar sama temen ke Gresik boleh?" izin Maya padahal perasaannya sangat deg-degan. 

"Sama temen siapa? Ngapain? " tanya Papanya. 

"Ada teman kelasku namanya Novi, pengen ngemall papa. Di Lamongan nggak ada mall, cuma Plaza doang. Isinya cuma dikit! Bosen," ujar Maya menjelaskan. 

Karena memang di Lamongan hanya memiliki Plaza Lamongan tidak seperti di kota besar yang memiliki mall begitu megah dan Plaza itu tidak memiliki banyak isi dan kurang hiburan. Tentu saja Maya merasa bosan, bingung harus menuju kemana jika bermain ke Lamongan. 

"Ngapain sama temen, nggak usah bahaya. Kalo ngemall papa mama temenin aja, oke? Kalau lagi libur sekolah. Nggak apa ya?" Papa melarang dengan nada halus. 

Dan ya, tidak terkejut. Maya sudah biasa dengan jawaban ini, orang tuanya selalu ingin mendampinginya jika Maya ingin pergi ke luar kota atau kemana pun. Jika hanya bermain di Lamongan saja, kedua orang tuanya tidak pernah melarangnya. 

"Hemm yaudah iya, pas libur sekolah. Beneran ditemenin ya?" jawab Maya. 

"Iya dek ditemenin. Pokoknya kalo keluar luar kota bolehnya cuma sama mama papa aja. Diinget-inget itu," celetuk mamanya menegaskan.

"Iya mama." 

Maya pun terdiam, dia lalu menyandarkan badannya dan melihat jalanan lalu lalang melalui kaca mobil. Dia tidak mood seketika dan tidak ingin banyak bicara, dia merasa keinginannya tidak dihargai oleh kedua orang tuanya. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
HABLUR
1067      485     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
139      124     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...
Andai Kita Bicara
690      522     3     
Romance
Revan selalu terlihat tenang, padahal ia tak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Alea selalu terlihat ceria, padahal ia terus melawan luka yang tak kasat mata. Dua jiwa yang sama-sama hilang arah, bertemu dalam keheningan yang tak banyak bicaratetapi cukup untuk saling menyentuh. Ketika luka mulai terbuka dan kenyataan tak bisa lagi disembunyikan, mereka dihadapkan pada satu pilihan: tetap ...
Taruhan
62      59     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
Behind The Spotlight
3443      1682     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...
Sweet Punishment
214      142     10     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
Bittersweet Memories
47      47     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
Perjalanan Tanpa Peta
59      54     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...
Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
2045      785     3     
Romance
"Aku hanya sebuah tas hitam di punggung seorang remaja bernama Aditya. Tapi dari sinilah aku melihat segalanya: kesepian yang ia sembunyikan, pencarian jati diri yang tak pernah selesai, dan keberanian kecil yang akhirnya mengubah segalanya." Sebuah cerita remaja tentang tumbuh, bertahan, dan belajar mengenal diri sendiri diceritakan dari sudut pandang paling tak terduga: tas ransel.
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
1161      401     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...