Setelah melakukan pengakuan cinta tak langsung, Leo kembali ke tenda. Duduk di samping Willy yang tengah tertidur nyenyak seorang diri. Leo memikirkan kembali perkataannya pada Mireya yang terlihat shock. Apa Leo sudah salah bicara? Seperti itulah yang ada dalam pikirannya. Gimana setelah ini Mireya menjauhi aku?
Andrea datang dan duduk di sisi lain Willy. Ia menoleh pada Leo yang sedang melamun, dan wajah Leo langsung mengingatkannya pada tangis Audry. "Le," panggil Andrea.
"Kenapa?" tanya Leo sembari menatap Andrea.
"Apa arti Audry di hidup lo?"
"Tentu saja keluarga kayak lo sama Willy, atau mungkin lebih? Walau usia kita sama kadang gue merasa Audry itu kayak sesosok adik perempuan," jawab Leo yang terlihat jujur.
"Jadi kalian gak bisa lebih?"
"Lebih? Maksud lo kayak pasangan?"
"Iya."
"Dari dulu gue gak punya perasaan seperti itu sama Audry."
Tentu saja Andrea tidak bisa berbuat apa-apa. Andrea sedih melihat Audry terlihat sesakit itu, namun ia hanya bisa diam. Tidak bisa Andrea memaksa Leo untuk mencintai Audry.
Beberapa saat kemudian semua murid dikumpulkan untuk jelajah malam (night tracking) dengan membagi para murid ke dalam beberapa regu, menjelajahi rute yang sudah ditentukan hanya dengan bantuan senter kecil. Di sepanjang rute, mereka akan menemui pos-pos berisi tantangan (menjawab teka-teki, permainan keberanian, atau uji kerja sama).
Tim Leo bergabung dengan tim Audry di mana Audry nampak senang. Karena ada salah satu anggota tim yang penakut, Mireya masuk ke dalam regu tersebut. Menemani siswi yang takut itu. Berjalan di samping siswi yang terus menatap ke setiap penjuru arah dengan bulu kuduk yang selalu berdiri.
Regu Mireya berhenti di pos 1 dengan tantangan 'tebak bayangan'. Semua orang terlihat serius menatap layar dari tenda di mana mereka harus menebak benda yang dibentuk dari bayangan senter di layar tenda.
"Kelinci!" tebak salah seorang siswi berambut hitam lurus sedikit di bawah telinga dengan cepat.
"Benar," kata anggota osis laki-laki itu yang menjaga pos 1.
Selanjutnya melaju pos 2!
Regu Leo diberikan kertas berisi kode morse. Mereka diberi waktu maksimal 10 menit untuk mengartikan pesan. Semua orang berkumpul untuk melihat isi pesan di mana nampak wajah-wajah bingung.
.--- .- -. --. .- -. / - .- -.- ..- - / --. . .-.. .- .--. --..-- / -.- .- -.. .- -. --. / - . .-. .- -. --. / -.. .- - .- -. --. / ... . - . .-.. .- .... -. -.-- .- .-.-.-
"Sumpah gue gak ngerti!" kata Willy yang terlihat frustasi.
Audry memperhatikan huruf-huruf itu dengan seksama, lalu mengangkat tangannya. "Jangan takut gelap, kadang terang datang setelahnya," ujar Audry dengan yakin.
"Benar," ujar anggota osis itu.
Willy dan yang lain langsung memasang wajah gembira. "Gimana bisa kamu menjawabnya?" tanya Andrea yang berjalan di samping Audry, penasaran.
"Dulu, waktu SMP aku pernah ikut eskul pramuka. Jadi masa rada ingat."
Tidak jauh dari pos 2, terdapat pos 3 yang sudah menunggu regu Leo. Di sana sudah terdapat beberapa ban di tanah. Membutuhkan satu perwakilan untuk melompati satu ban ke ban lainnya dengan mata tertutup. Mereka yang menjadi penonton boleh mengarahkan.
Willy maju sebagai perwakilan. Setelah matanya ditutup Willy mengambil langkah dengan sudah menghafalkan posisi ban ban itu.
Sudah masuk di ban pertama, Willy menjulurkan salah satu kaki ke arah ban selanjutnya sebelum melompat. "Kurang sedikit! Agak majuan!" ujar Audry.
Willy mengikuti interuksi Audry di mana ia berhasil melompat ke ban kedua, dan tersisa 3 ban lainnya. Salah satu kaki Willy kembali menjulur namun belum sampai posisinya. "Agak ke kiri sedikit!" kata Andrea. Willy kembali berhasil melompati sampai ban ke-lima dengan bantuan arahan teman seregunya.
Setelahnya pergi ke pos 4!
Anggota osis perempuan itu memberitahu bahwa regu yang terdapat Mireya itu diminta membuat cerita horor singkat selama 2 menit. Salah satu siswi berkacamata maju untuk membuat cerita.
"Pernah suatu malam saat Ibuku sedang melayani pembeli es di mana kami memiliki warung kecil di depan Rumah yang menjual berbagai macam es dan makanan ringan, salah seorang pembeli di mana seorang gadis SMA, bergeser dari posisi berdirinya sebelumnya. Ibuku bertanya pada gadis itu "es apa?" gadis itu berkata "anak kecil perempuan yang tadi ke mana?" Ibuku seketika bingung, dan bertanya anak kecil yang mana, gadis itu berkata anak kecil yang tadi berdiri di dekatnya, anak kecil yang gadis itu pikir ingin beli juga makanya gadis itu menyingkir sedikit, memberi anak kecil itu ruang untuk berdiri. Ibuku yang mulai merasa merinding pun berkata, kalau gak ada anak kecil perempuan di sana," cerita siswi itu dengan nada santai.
Berbeda dengan teman-temannya yang mendengarkan terlihat mulai takut. Bisa-bisanya bercerita horor di tengah sunyinya jalanan yang hanya terdengar suara jangkrik, dan pohon-pohon besar.
"Berhasil," kata anggota osis yang pasti sedang merinding. Haha
Siswi yang penakut itu menggandeng tangan Mireya, sedikit kencang. Mireya pun tentu mengerti dan membiarkan saja. Sampai mereka berjalan lagi menuju pos 5, ketika Mireya akan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan, ia baru menyadari bahwa gelangnya tidak ada! Di tengah langkah kaki Mireya bahkan sampai membuka jaket osisnya, dan gelangnya tetap tak ada.
"Ada apa?" tanya siswi penakut itu.
"Gelang aku hilang, entah terjatuh di mana." Dengan wajah panik.
"Apa sepenting itu?"
"Iya. Aku harus mencarinya, dan kamu bisa duluan bersama yang lain. Tenang saja, gak akan ada hantu yang muncul. Ada mereka yang akan menjaga kamu."
Akhirnya Mireya berpisah dengan regunya. Berjalan mencari ke gelang yang hilang di mana sudah tidak ada orang karena mereka regu terakhir. Mireya hanya fokus pada jalanan, berharap bisa menemukan gelang pemberian Leo itu, hingga Mireya tak sadar bahwa ia melangkah masuk jauh ke dalam hutan.
"Sepertinya aku tadi gak lewat sini," gumam Mireya dengan wajah cemas dan panik. Mencoba mengarahkan senter dari handphone ke berbagai arah, mencari jalan kembali. Pikirannya soal gelang mendadak hilang, walau tak hilang 100 persen. Mireya masih berharap bahwa gelangnya akan ia temukan, karena gelang itu cukup berarti.
Semua orang telah kembali ke tempat camping terkecuali Mireya, di mana orang-orang tak menyadari hilangnya Mireya kecuali gadis penakut itu yang memasang wajah khawatir, namun ragu untuk bicara. Mengumpulkan banyak keberanian, lalu mengangkat tangan di tengah Salsa yang sedang bicara.
"Ada apa?" tanya Salsa.
"Mireya kan sebelumnya berada di regu aku, menemani aku karena dia tahu aku penakut ...."
"Iya, terus kenapa?"
"Di tengah perjalanan menuju pos 5 Mireya kehilangan gelanganya dan dia berpisah dari regu dan sampai sekarang belum kembali!"
Semua orang yang mendengar itu langsung memasang wajah terkejut.
Terlihat Leo yang melangkah pergi dari sana, menarik perhatian beberapa orang.
Salah satunya Kinanti yang segera menyusul, karena ia tahu pasti—Leo akan mencari Mireya.